Kitab
Ridha Allah swt dan Cara Meraihnya
Berdasarkan Kamus Arab Indonesia karangan
Prof. Mahmud Yunus kata ridha berasal dari kata (رَضِيَ يَرْضَى رِضًى) radhiya yardha ridhan yang berarti rela, suka, senang.
Berdasarkan Kamus al-Munawwir, kata ridha ( رِضَا)
berasal dari kata (رَضِيَ يَرْضَى رِضْوَانًا) radhiya yardha ridhwaanan yang bisa berarti
senang, suka, rela, menyetujui, menerima, puas, membenarkan, memandang baik,
rahmat. Ridha juga berarti (ضِدُّ
سَخِط)
lawan kata murka.
Dalam kitab ini
kita akan mengutip beberapa hadits Nabi saw yang secara tekstual atau tersurat
mengandung kata ridha atau turunannya dari kital Al-Jaami` Ah-Shaghiir
karya Imam Suyuthi.
Selain itu kita
juga akan menambahkan satu bab tambahan yang berisi kutipan beberapa ayat
Al-Qur`an yang secara tekstual atau tersurat mengandung kata ridha atau
turunannya.
Pada akhirnya kita
berharap akan mengetahui beberapa ilmu ridha yang mudah mengamalkannya sehingga
Allah ridha kepada kita sekalian. Amin.
1.
Bab Kalimat Taradhi
٤٣٠٩ــ
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا،
وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ
4309- Niscaya akan merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap
Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR.
Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).
Orang yang bisa mencicipi dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat,
manis, atau gambaran rasa lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan
puas serta tidak mencari tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas
serta tidak akan mencari jalan lain selain jalan syariat islam, dan merasa
cukup dan puas akan kenabian dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW
Sunan
Abu Dawud Hadits Nomor 1529
من قالَ: رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا،
وبِمُحمَّدٍ رسولًا، وجَبت لَهُ الجنَّةُ (سنن أبى داود:١٥٢٩) عن أبى سعيد الخدري
(صحيح)ـ
Barang
siapa yang mengucapkan (رَضيتُ
باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا) Aku ridaha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama,
dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka wajib baginya surga.
(HR. Abu Dawud dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)
Shahih
Muslim Hadits Nomor 1884
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: يَاأَبَا سَعِيْدٍ
مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه
وسلم نَبِيًّا وجَبت لَهُ الجنَّةُ ... (صيح مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ
Sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: Ya Aba Sa`iid, Barangsiapa yang ridha Allah sebagai
Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka
wajib baginya surga. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)
Sunan
Tirmidzi Hadits 3389
مَن قالَ حينَ يُمسي : رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ
دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا ، كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرْضيَهُ (سنن الترمذى:٣٣٨٩)
عن ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم
(ضعيف) قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه ـ
Barangsiapa
berkata saat masuk waktu sore: (رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha
Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah
seorang) Nabi, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Tirmidzi
dari Tsaubaan maula Rasulallah saw. DHAIF). Abu Musa berkata hadits ini hasan
gharib dari wajah ini.
Sunan
Abu Dawud Hadits Nomor 5072
من قالَ إذا أصبحَ وإذا أمسى رضينا باللَّهِ ربًّا
وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضيَهُ (ابو
داود:٥٠٧٢) عن رجل خدم النبي (ضعيف)ـ
Barangsiapa
berkata apabila masuk waktu subuh (pagi) dan apabila masuk waktu sore (kalimat)
(رضينا باللَّهِ
ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا) Kami ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama,
dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka dia berhak
mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Abu Dawud dari seorang laki – laki pembantu
Rasulullah saw).
Sunan
Ibnu Majah Hadits Nomor 3870
ما مِن مسلمٍ أو إنسانٍ أو عبدٍ يقولُ حينَ يُمسي
وحينَ يصبحُ رضيتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا إلَّا كانَ حقًّا
على اللَّهِ أن يُرضِيَهُ يومَ القيامةِ (ابن
ماجه:٣٨٧٠) عن أبى سَلاَّمٍ خَادِمِ النبي صلى الله عليه وسلم (ضعيف)ـ
Tiada
seorang muslim atau seorang manusia atau seorang hamba apabila masuk waktu sore
dan masuk waktu subuh (pagi) mengucapkan (kalimat) (رَضِيْتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسْلاَمِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha
Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah
seorang) Nabi, terkecuali Allah berhak meridhainya pada hari kiamat. (HR.
Ibnu Majah dari Abu Sallam pelayan Rasulullah saw. DHAIF)
Shahih
Muslim Hadits Nomor 386
مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ أشْهَدُ أنْ
لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ،
رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ له ذَنْبُهُ.
قالَ ابنُ رُمْحٍ في رِوَايَتِهِ: مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ: وأَنَا أشْهَدُ
ولَمْ يَذْكُرْ قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ: وأَنَا (مسلم:٣٨٦) عن سعد بن أبي وقاص (صح)ـ
Barangsiapa
saat mendengar adzan membaca: (أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له،
وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا،
وبالإسْلَامِ دِينًا) maka diampuni dosa – dosanya. Ibnu Rumhin berkata dalam
riwayatnya: Barangsiapa saat mendengar adzan membaca(وأَنَا أشْهَدُ) dan Qutaibah tidak menyebutkan perkataan (وأَنَا). (HR. Muslim dari Sa`d bin Abi Waqash. SHAHIH).
Musnad
Ahmad
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
عَنْ أَبِي عَقِيلٍ قَاضِي وَاسِطٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ
قَالَ مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقَالُوا هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي حَدِيثًا
سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَدَاوَلُهُ
بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ (مسند أحمد)ـ
Telah menceritakan kepada kami [Aswad bin Amir] Telah
menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu 'Aqil] Qadli Wasith, dari [Sabiq
bin Najiyah] dari [Abu Sallam] ia berkata; [Seorang laki-laki] berjalan
melewati Masjid Himsh, maka orang-orang pun berkata, "Orang ini adalah
Khadimnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." Maka saya pun
beranjak ke arahnya dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang
telah Anda dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa
seorang perantara pun." Ia pun berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim membaca, 'RADLITU BILLAHI
RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridla Allah sebagai
Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia
memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib
bagi Allah untuk meridlainya pada hari kiamat." (Hadits Ahmad Nomor 18199, sumber: https://tafsirq.com/en/hadits/ahmad/18199 atau https://al-maktaba.org/book/25794/15517#p2)
Al-Qur`an Surat Al-Maidah Ayat 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا (المائدة:٣)ـ
Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3)
Keutamaan doa taradhi: Meraih
ridha Allah swt, Meraih rahmat Allah swt, mendapat ridha Allh swt di hari
kiamat, Masuk surga tanpa hisab, diampuni dosa – dosa, merasakan manisnya iman,
dlln
Waktu
membaca doa taradhi bisa kapan saja dan dimana saja, namun dibaca pagi hari,
sore hari, dan setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.
Jumlah
hitungan bacaan doa taradhi bisa berapa saja, tetapi membaca tiga kali di waktu
pagi, tiga kali di waktu sore, sekali setelah mendengar adzan sangat
dianjurkan.
٣٥٠٧ــ ثلاثةٌ من قالهنَّ دخل الجنَّةَ : من رضِيَ بالله
ربًّا ، و بالإسلامِ دينًا ، و بمحمدٍ رسولًا ، و الرابعةُ لها من الفضلِ كما بين السماءِ
، و الأرضِ ، و هي : الجهادُ في سبيلِ اللهِ عزَّ و جلَّ (حم) عن أبى سعيد (ح)ـ
3507-
Tiga (hal) barangsiapa mengucapkannya maka masuk surga: Barangsiapa rela Allah
sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, dan yang
keempat mempunyai keutamaan seperti antara langit dan bumi yaitu jihad di jalan
Allah azza wa jalla. (HR. Ahmad dari Abi Sa`iid. HASAN)
Shahih
Muslim Hadits Nomor 1884
يا أبا سَعِيدٍ، مَن رَضِيَ باللَّهِ رَبًّا، وبالإسْلامِ
دِينًا، وبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا، وجَبَتْ له الجَنَّةُ، فَعَجِبَ
لها أبو سَعِيدٍ، فقالَ: أعِدْها عَلَيَّ يا رَسولَ اللهِ، فَفَعَلَ، ثُمَّ قالَ: وأُخْرَى
يُرْفَعُ بها العَبْدُ مِئَةَ دَرَجَةٍ في الجَنَّةِ، ما بيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ
كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، قالَ: وما هي يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ
اللهِ، الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ. (مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صح)ـ
Wahai
Aba Sa`iid, Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan
Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. Abu Sa`iid merasa
kagum karenanya dan berkata: “Ulangi untuk saya Ya Rasulullah?”, kemudian
Rasulullah melakukannya, setelah itu kemudian bersabda: “Dan yang lainnya sebab
perkara tersebut seorang hamba bisa diangkat seratus derajat di surga, jarak
antara dua derajat seperti apa yang ada diantara langit dan bumi”, Abu Sa`iid
bertanya:”Apakah perkara itu Ya Rasulullah?” Nabi bersabda:”Jihad di jalan
Allah, Jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid Al-Khudri. SHAHIH)
٣١٢٥ــ
بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الْإِيْمَانِ أَنْ يَقُوْلَ: رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ
رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا (طس) عن ابن عباس (ض)ـ
3125-
Cukuplah dari seseorang dari keimanan bahwa ia mengucapkan (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama. (HR. Thabrani dari
Ibnu Abbas. DHAIF)
Jika
seseorang telah mengucapkan kalimat (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama maka telah dianggap
sebagai orang beriman dan berlaku baginya hukum – hukum orang beriman seperti
dilindungi darahnya, hartanya, dan hukum – hukum duniawi lainnya. Kemudian
apabila perkataannya tersebut disertai dengan hatinya maka jadilah dia mukmin
sejati yang dengannya dia berhak masuk surga.
2. Bab Memuji Allah swt Setelah Makan
dan Minum
١٧٩٥ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَرْضٰى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ
أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ ٱللهَ عَلَيْهَا (حم م ت ن) عن أنس (صح)ـ
1795- Sesungguhnya Allah swt ridha dari seorang hamba untuk makan sesuap atau
minum seteguk kemudian memuji Allah atasnya (misalnya dengan membaca alhamdulillah).
(HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaai dari Anas. SHAHIH)
٦٣٨٣ــ كُلْ بِاسْمِ اللهِ، ثِقَةً بِاللهِ، وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ (ع حب ك) عن
جابر (صح)ـ
6383- Makanlah dengan menybut Asma Allah (بِاسْمِ
اللهِ،), percaya kepada Allah, dan tawakal kepada Allah. (HR. Abu
Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)
3. Bab
Perkataan Ridha
١٩٧٣ــ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ
مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَايَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللهُ
لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ
بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغُ مَابَلَغَتْ فَيَكْتُبُ
اللهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (مالك حم ت ن ه حب ك) عن
بلال بن الحارث (صح)ـ
“Sesungguhnya (ada)
seorang laki-laki mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah swt, ia
tidak mengira (perkataannya itu) akan sampai pada apa yang telah dicapainya,
maka sebab itu Allah menuliskan untuknya
keridhaan-Nya sampai hari kiamat, Sesungguhnya (ada) seorang laki-laki
mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah swt, ia tidak mengira (perkataannya
itu) akan sampai pada apa yang telah dicapainya, maka sebab itu Allah menuliskan untuknya kemurkaan-Nya sampai hari
kiamat”. (HR. Malik, Ahmad, Tirmidzi (2319), Nasaai, Ibnu Majah (3969), Ibnu
Hibban dari Bilal bin Al-Haarits. SHAHIH)
Ada seseorang yang mengucapkan
perkataan – perkataan yang diridhai dan dicintai Allah swt yang dia sendiri
tidak menyangka jika perkataannya tersebut bernilai sangat tinggi dalam
keridhaan Allah swt. Sejak perkataanya tersebut Allah menetapkan keridhaan-Nya
di sepanjang sisa hidupnya hingga hari kiamat, maka dia meninggal dalam keadaan
islam, tidak di siksa dalam kuburnya, dan tidak dihinakan dalam hari
berbangkit.
Ada seseorang yang mengucapkan
perkataan – perkataan yang mengandung kebencian Allah swt yang dia sendiri
tidak menyangka jika perkataannya tersebut bernilai sangat tinggi dalam
kemurkaan Allah swt. Sejak perkataanya tersebut Allah menetapkan kemurkaan-Nya
di sepanjang sisa hidupnya hingga hari kiamat, maka dia meninggal dalam keadaan
celaka, di siksa dalam kuburnya, dan dihinakan dalam hari berbangkit sehingga
dimasukan ke dalam api neraka.
٢٠٦٠ــ
إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِن رِضْوانِ اللَّهِ، لا يُلْقِي لها بالًا،
يَرْفَعُهُ اللَّهُ بها دَرَجاتٍ، وإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِن سَخَطِ
اللَّهِ، لا يُلْقِي لها بالًا، يَهْوِي بها في جَهَنَّمَ. (حم خ) عن أبي هريرة (صح)ـ
2060- “Sesungguhnya
(ada) seorang hamba berbicara suatu perkataan yang diridhai Allah, yang ia
tidak pernah memikirkan dan menghiraukannya, tetapi disebabkan kalimat itu
Allah akan mengangkat beberapa derajatnya. Dan sesungguhnya ada seorang hamba
yang berkata kata – kata yang termasuk kemurkaan Allah yang tidak pernah
diperhatikannya tetapi sebab kata – kata
tersebut ia bisa jatuh ke dalam neraka. (HR. Ahmad dan Bukhari (6478) dari Abu
Hurairah. SHAHIH)
Yang dimaksud (بالكَلِمَةِ مِن رِضْوانِ اللَّهِ)
Kata dari perkataan yang diridhai Allah swt adalah (كلام الله) kalamullah yang diridhai Allah swt seperti kalimat -
kalimat yang bisa menolak kegelapan.
Yang dimaksud (لا يُلْقِي لها بالًا)
tidak pernah memperhatikannya adalah tidak pernah membayangkannya, tidak
pernah memikirkannya, tidak pernah memperhitungkannya, dan bahkan dia beranggapakan
perkataannya tersebut adalah sesuatu yang kecil, tetapi justru di sisi Allah
swt adalah sesuatu yang teramat besar.
Sehingga sebab
perkataannya tersebut Allah swt mengankat derajat hamba tersebut kepada derajat
yang tinggi.
Tetapi sebaliknya
ada seorang hamba yang mengatakan satu kata yang dibenci dan menyebabkan murka
Allah yang tidak pernah ia perhatikan sehingga sebab kata – katanya tersebut ia
bisa masuk neraka.
4. Bab Bersiwak Mendatangkan Ridha
Allah swt
٤٨٣٢ــ السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ (حم) عن أبى بكر
(الشافعى حم ن حب ك هق) عن عائشة (ه) عن أبى أمامة (صح)ـ
4832- Siwak
(gosok gigi) adalah membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha. (HR. Ahmad dari
Abu Bakar. Riwayat Asy-Syafi`i, Ahmad, Nasaai, Ibnu Hibban, Hakim, dan Baihaqi
dari Aisyah. Riwayat Ibnu Majah dari Abu Umamah. SHAHIH)
Membersihakan
gigi dengan kayu siwak atau yang sejenisnya bisa membersihkan dan mengharumkan
mulut serta mendapatkan ridha dari Allah swt karena sesungguhnya Allah swt Dzat
Yang Maha Suci / bersih dan mencintai kesucian / kebersihan.
٤٨٣٣ــ
السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ وَمَجْلَاةٌ لِلْبَصَرِ (طس)
عن إبن عباس (ضع)ـ
4833- Siwak (gosok gigi) membersihkan mulut, mendatangkan ridha Allah,
dan membuat terang penglihatan. (HR. Thabraani dari Ibnu Abbas. DHAIF)
٤٨٣٤ــ
السِّوَاكُ يُطَيِّبُ الْفَمَ وَيُرْضِى الرَّبِّ (طب) عن إبن عباس (ح)ـ
4834- Siwak (gosok gigi) membuat mulut jadi baik dan
mendatangkan ridha Allah swt. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. HASAN)
5. Bab
Ridha Orang Tua
٤٤٥٦ــ
رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِى سُخْطِ الْوَالِدِ (ت ك)
عن إبن عمرو (البزار) عن إبن عمر (صح)ـ
4456- Keridhaan Tuhan itu di dalam
keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan orang tua. (HR.
Tirmidzi dan Malik dari Ibnu Umar. Riwayat Al-Bazzar dari Ibnu Umar. SHAHIH)
Sesungguhnya Allah swt
memerintahkan agar taat dan memuliakan bapak (termasuk ibu) maka barangsiapa
yang mengikuti perintah Allah swt maka benar – benar telah berbuat baik,
memuliakan dan mengagungkan Allah swt dan oleh karena itu maka Allah swt ridha
kepadanya dan barangsiapa yang tidak mengikuti perintah Allah swt maka Allah
swt murka kepadanya.
Tetapi jika kedua orang tua
memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah swt maka ridha
Allah swt terletak pada tidak menjalankan perintah orang tua tersebut.
٤٤٥٧ــ
رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُهُ فِى سُخْطِهِمَا (طب) عن إبن عمرو
(صح)ـ
4457- Keridhaan Tuhan itu di dalam
keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan keduanya.
(HR. Thabrani dari Ibnu Umar. SHAHIH)
Imam Ghazali berkata, diantara
beberapa adab seorang anak kepada orang tua adalah mendengarkan perkataannya,
berdiri apabila ia berdiri, mematuhi perintahnya, tidak berjalan di depannya,
tidak meninggikan suara, bersegera memenuhi panggilannya, bersemangat mencari
keridhaannya, merendahkan sikap, tanpa pamrih berbakti kepada keduanya, tidak
memandang buruk kepadanya, tidak merendahkannya, tidak bermuka masam kepadanya.
٩٦٦١ــ
الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ (حم ت ه ك) عن أبي الدرداء (صح)ـ
9661-
Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah (paling baik). (HR Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Abu Dardaa`. SHAHIH)
Maksudnya
taat kepada orang tua dan tidak durhaka kepadanya bisa menyebabkan kita masuk
surga dari pintu tengah. Menurut Al-Baidhawi awsathu abwaabil jannah
adalah pintu terbaik atau pintu tertinggi. Maknanya adalah sesuatu yang bisa
kita jadikan wasilah untuk sampai dan masuk surga adalah taat dan berada di
sisi orang tua.
6. Bab
Tiga Perkara Yang DiRidhai Allah swt
١٩٠٨ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ
لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ: أنْ تَعْبُدُوهُ، ولا تُشْرِكُوا به شيئًا، وأَنْ
تَعْتَصِمُوا بحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا ولا تَفَرَّقُوا، وأن تُنَاصِحوا مَن وَلَّاهُ
اللهُ أمرَكُمْ ويَكْرَهُ لَكُمْ: قيلَ وقالَ،
وكَثْرَةَ السُّؤالِ، وإضاعَةَ المالِ. (حم م) عن أبى هررة (صح)ـ
1908-
Sesungguhnya Allah swt meridhai tiga perkara dan membenci tiga perkara untuk
kalian, maka Allah swt ridha kepada kalian (1) apabila kalian menyembahnya dan
tidak menyekutukannya dengan sesuatupun, (2) apabila kalian berpegang teguh
dengan tali Allah swt dan tidak bercerai berai, dan (3) apabila kalian berbuat
tulus terhadap orang – orang yang telah Allah swt angkat untuk mengurusi urusan
kalian. Dan membenci tiga perkara untuk kalian, (1) qil wa qal (banyak
bicara dan larut dalam cerita manusia), (2) banyak bertanya-tanya (tentang
khabar atau harta), (3) menyia-nyiakan harta (menggunakannya di jalan yang
tidak diridhai Allah swt). (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. SHAHIH)
Tiga
hal yang diridhai Allah swt dan Allah swt ridha kepada orang orang yang melakukannya: (1) menyembah Allah
swt dan tidak menyekutukannya dengan apapun, (2) berpegang teguh dengan tali
Allah swt (Al-Qur`an) dan janganlah bercerai berai (mengenai Al-Quran), (3)
bersikap baik terhadap pemimpin dan para wakilnya yang telah Allah jadikan
untuk memimpin dan mengurusi urusan kalian. Jika harus melakukan kritik maka
lakukanlah dengan baik, selama pemimpin tersebut amanah dalam memimpin.
7. Bab
Perkara Yang Diridhai Ibnu Mas`ud
٤٤٥٨ــ
رَضِيْتُ لِأُمَّتِى مَا رَضِىَ لَهَا ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ (ك) عن إبن مسعود (صح)ـ
4458-
Aku ridha untuk umatku apa – apa yang Ibnu Umi `Abdin (Abdullah Ibnu Mas`ud)
ridha kepadanya. (HR. Hakim dari Ibnu Mas`ud. SHAHIH)
Rasulullah
saw ridha terhadap pilihan – pilihan Ibnu Mas`ud untuk umat Nabi.
8. Bab
Mempermudah Perkara
١٧٤٢ــ
إِنَّ اللهَ تَعَالَى رَضِىَ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْيُسْرَ وَكَرِهَ لَهَا العُسْرَ
(طب) عن محجن بن الأدرع (صح)ـ
1742-
Sesungguhnya Allah swt meridhai (menghendaki) kemudahan untuk umat ini
dan membenci kesusahan untuknya. (HR. Thabrani dari Mihjan bin Al-Adra`.
SHAHIH)
Allah menghendaki kemudahan bagi umat ini dengan menurunkan
syariat yang mudah dan tidak berat dan tidak menghendaki kesukaran bagi umat
ini. Sejalan dengan yang difirmankan
dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 185 (يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ) Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki
kesukaran bagimu.
Menurut Al-Haraani mudah adalah perbuatan yang tidak membuat jiwa
susah payah dan tidak memberatkan jasmani, sedangkan susah adalah perbuatan
yang membuat jiwa bersusah payah dan membahayakan jasmani.
١٠٠١٠ــ يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا، وَبشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوا (حم ق ن)
عن أنس (صح) ـ
10010- Permudahlah
dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat (mereka) lari. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Nasaa-i dari Anas.
SHAHIH)
Sampaikanlah sesuatu yang bisa mempermudah mereka sehingga mereka mudah
menerima pelajaran dan mudah pula mengamalkannya, dan janganlah membuat mereka
menjauh dari dakwah karena pelajaran - pelajaran sulit yang kita sampaikan.
Sampaikanlah kabar gembira mengenai rahmat Allah SWT, pemberian-Nya,
ampunan-Nya, pertolongan-Nya, surga-Nya dan semua yang membuat manusia gembira,
dan janganlah kalian sampaikan sesuatu dengan cara-cara yang membuat mereka
lari dan menjauh dari dakwah.
Dengan hadits ini maka permudahlah urusan – urusan dalam majelis dzikir
dan gembirakanlah mereka agar betah dan selalu datang ke majelis – majelis dzikir.
٩١٠٨ــ
مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
(ه) عن أبي هريرة (صح)ـ
9108- Barangsiapa yang memudahkan
orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akherat. (HR.
Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)
Orang yang mau membantu meringankan
beban atau kesusahan orang lain, baik yang dibantunya muslim atau non muslim,
dengan berbagai cara yang memungkinkan seperti membebaskannya dari hutangnya,
memberinya hadiah, memberinya sedekah, memberinya nasehat, memberinya jalan
keluar atau bentuk pertolongan lainnya maka Allah swt akan memudahkan urusan
dan hajat orang tersebut di dunia dan akherat. Balasan di dunia misalnya dengan
dijaga dari segala kesusahan, dilapangkan rizkinya, dan ditolong dalam
menjalankan kebaikan demi kebaikan. Balasan di akherat misalnya dimudahkan hisab,
diampuni dari siksaan, dan di beri kemulian – kemulian akherat lainnya.
9. Bab
Allah Ridha dan Kita pun Ridha
٨٧٠٦ــ
مَنْ رَضِيَ عَنِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ (ابن عساكر) عن عائشة (ض)ـ
8706-
Barangsiapa ridha kepada Allah maka Allah ridha kepadanya. (HR. Ibnu `Asakir.
DHAIF)
Barangsiapa
yang ridha kepada Qadha dan Takdir Allah swt maka Allah swt akan meridhainya
dengan cara memasukannya ke dalam surga dengan segala kenikmatan tertinggi plus
ridha Allah swt.
Surat Al-Maidah ayat 119
قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ
الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ
خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ
الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Allah berfirman, “Inilah saat
orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga
yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.
Itulah kemenangan yang agung.” (Al-Maidah 119)
Inilah
saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari
kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari
keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh
manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin)
memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush
Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)
٤٣٠٩ــ
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا،
وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ
4309- Niscaya akan
merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap Allah
sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR. Ahmad,
Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).
Orang yang bisa mencicipi
dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat, manis, atau gambaran rasa
lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan puas serta tidak mencari
tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas serta tidak akan mencari jalan
lain selain jalan syariat islam, dan merasa cukup dan puas akan kenabian dan
syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
٦٠٥١ـ قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا
فَلَهُ وَ إِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ (حم) عن أبي هريرة (صح)ـ
6051-
Allah swt berifirman: “Aku adalah pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, kalau ia
menyangka baik maka baginya (kebaikan) dan kalau ia menyangka buruk maka
baginya (keburukan). (HR. Ahmad dari Abu Hurairah. SHAHIH)
Misalnya, jika kita berprasangka baik kepada Allah swt akan mengabulkan doa
kita maka Allah swt Maha Tahu dan Maha Kuasa mewujudkan keinginan kita
tersebut, dan sebaliknya jika kita berprasangka buruk kepada Allah swt tidak
akan mengabulkan doa kita maka Allah swt Maha Tahu dan Maha Kuasa untuk tidak
mengabulkan keinginan kita tersebut dan bahkan memberikan siksa karena
prasangka buruk kita tersebut.
10.
Bab Ridha Allah kepada orang yang bertaubat
٧١٩٢ــ لَلّهُ أَشَدُّ فَرْحًا بِتَوْبَةِ
عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ إِذَا سَقَطَ عَلَيْهِ بَعِيْرُهُ قَدْ أَضَلَّهُ
بِأَرْضِ فَلَاةٍ (ق) عن أنس (صح)ـ
7192- Sesungguhnya Allah lebih gembira
karena tobat hamba-Nya (dibandingkan kegembiraan) salah seorang dari kalian
yang tiba-tiba menemukan untanya yang hilang di padang luas. (HR. Bukhari dan
Muslim dari Anas. SHAHIH)
Allah SWT ridha dan melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang
bertaubat.
11.
Bab Berdoa Dengan Ridha Allah
١٥٢١ــ
اللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ
وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلٰى
نَفْسِكَ (م ٤) عن عائشة (صح)ـ
1521-
Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan
penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari (amarah) Mu.
Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. (HR.
Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah dari Aisyah. SHAHIH)
Ya
Allah sesungguhnya aku berlindung dengan sesuatu yang Engkau ridhai dari
sesuatu yang Engkau murkai dan aku berlindung dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu
dan aku berlindung dengan rahmat-Mu dari amarah-Mu. Aku tidak bisa menghitung
pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. Sesungguhnya aku tidak bisa
menghitung dan bersyukur atas satu nikmat yang telah Engkau berikan.
12.
Bab Jiwa Yang Tenang
٦١٣٦ـ
قُلْ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى
بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ (طب والضياء) عن أبى أمامة (ض)ـ
6173-
Bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu jiwa (hati) yang tenang
yang percaya akan bertemu dengan-Mu dan yang ridha dengan putusan – putusan-Mu
dan yang puas dengan pemberian-Mu. (HR. Thabrani dan Dhiyaa dari Abu Umamah.
DHAIF)
Jiwa
yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب
الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt
(الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur
terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء
الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan
Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap
ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء
الله), yang terima dengan pemberian – pemberian
Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)
13.
Bab Ketika Allah Swt Ridha
١٦٦٩ــ
إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا رَضِىَ عَنِ الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ أَصْنَافٍ
مِنَ الْخَيْرِ لَمْ يَعْمَلْهُ وَإِذَا سَخِطَ عَلَى الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ
أَصْنَافٍ مِنَ الشَّرِّ لَمْ يَعْمَلْهُ (حم حب) عن أبى سعيد (ح)ـ
1669- Sesungguhnya Allah swt
apabila ridha kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya dengan tujuh puluh
macam kebaikan yang tidak pernah dilakukannya. Sesungguhnya apabila Allah swt
murka kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya (mencelanya) dengan tujuh
puluh macam keburukan yang tidak pernah dilakukannya. (HR. Ahmad dan Ibnu
Hibban dari Abu Sa`id. HASAN)
Apabila Allah swt ridha kepada
seorang hamba maka Ia akan memberitahu para Malaikat dan memujinya dihadapan
para Malaikat, kemudian hal tersebut di tembakan ke dalam hati – hati penghuni
bumi sehingga merekapun memuji hamba tersebut.
Apabila Allah swt ridha kepada
seorang hamba maka Ia kuasa memberikan taufiq kepada hamba tersebut
untuk mengerjakan tujuh puluh kebaikan di masa datang, dan memuji hamba
tersebut sebelum ia mengerjakan tujuh puluh kebaikan tersebut.
14.
Bab Tambahan
Surat Al-Maidah [5] ayat
119
قَالَ
اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ
تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ
عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ
Allah berfirman, “Inilah
saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh
surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah
kemenangan yang agung.” (Al-Maidah [6] ayat 119)
Inilah saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari
kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari
keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh
manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin)
memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush
Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)
Surat
At-Taubah [9] ayat 100
وَالسّٰبِقُوْنَ
الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ
رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا
الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ (١٠٠) ـ
Orang-orang yang terdahulu lagi
yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya.
Itulah kemenangan yang besar. (Surat At-Taubah ayat 100)
Ayat ini menjelaskan kepada kita
ada tiga kelompok manusia yang mendapatkan ridha Allah swt yaitu Muhajirin,
Ansor, dan orang – orang yang mengikuti mereka dengan berbuat kebaikan (وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ).
Orang yang mengikuti kaum ansor
dan muhajirin dengan berbuat kebaikan menurut Tafsir Ibnu Abbas adalah orang –
orang yang menjalankan ibadah fardhu dan
menjauhi perbuatan maksiat sampai hari kiamat. Menurut Tafsir Jalalain bil
ihsaan adalah berbuat kebaikan dalam
beramal. Menurut Tafsir Munir adalah orang – orang yang menyebut – nyebut kaum
muhajirin dan kaum anshar sebagai ahli surga dan memohonkan rahmat kepada Allah
swt bagi mereka serta menyebut – nyebut kebaikan mereka.
Surat
Al-Fath [48] ayat 18
لَقَدْ
رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ
مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا
قَرِيْبًاۙ ( ١٨)ـ
Sungguh,
Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu
(Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan
yang dekat, (Al-Fath ayat 18)
Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin, yaitu para
sahabat Nabi (yang berjumlah sekitar 1300 orang lebih atau sekitar 1500 orang),
ketika mereka berjanji setia kepadamu wahai Nabi Muhammad untuk meluhurkan
agama Islam, memerangi musuh-musuhnya, dan tidak lari dari pertempuran. Janji
setia itu berlangsung di di bawah pohon (Samrah) di tempat bernama
Hudaibiyah, ketika Nabi dan para Sahabat dihalangi oleh kaum musyrik Mekah
melaksanakan umrah.
Surat
Al-Mujadalah [58] ayat 22
رَضِىَ
ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ
Allah ridha
terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. (Al—Mujadalah
ayat 22).
Allah ridha
kepada keimanan dan amal perbuatan orang - orang yang beriman dan merekapun
puas dengan balasan dan kemulian dari Allah swt. (Tasir Ibnu Abbas)
Surat
Al-Fajr [89] ayat 27 - 30
يٰٓاَيَّتُهَا
النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ(27) ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً
(28) فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ (29) وَادْخُلِيْ
جَنَّتِيْ (30)ـ
Wahai
jiwa yang tenang!(27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan
diridai-Nya.(28) Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,(29) dan
masuklah ke dalam surga-Ku.(30).
Jiwa
yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب
الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt
(الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur
terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء
الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan
Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap
ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء
الله), yang terima dengan pemberian – pemberian
Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)
Jiwa
yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang tenang karena dzikir dan taat kepada Allah
swt. (Tafsir Munir Imam Nawawi).
Jiwa
yang tenang (النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ) akan di panggil oleh Allah swt
atau Malaikat sebanyak tiga kali: waktu kematian, waktu bangkit dari
kubur, waktu masuk ke surga, dalam keadaan ridha (puas terhadap pahala
dan nikmat Allah swt) dan diridhai (amal perbuatannya ketika didunia)
oleh Allah swt. (Tafsir Munir Imam Nawawi)
Jiwa
yang tenang (النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ) pada akhirnya akan dikumpulkan bersama hamba – hamba Allah
yang shaleh di surga. (Tafsir Jalalain)
Hadits
Shahih Sunan Abu Dawud Nomor 4753
حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا
جَرِيرٌ، ح وَحَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ،
ـ وَهَذَا لَفْظُ هَنَّادٍ ـ عَنِ الأَعْمَشِ، عَنِ الْمِنْهَالِ، عَنْ زَاذَانَ، عَنِ
الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ : خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه
وسلم فِي جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا
يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا
عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِي الأَرْضِ، فَرَفَعَ
رَأْسَهُ فَقَالَ : " اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ
" . مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ـ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ هَا هُنَا ـ وَقَالَ
: " وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ
حِينَ يُقَالُ لَهُ : يَا هَذَا مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ
" . قَالَ هَنَّادٌ قَالَ : " وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ
فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ : رَبِّيَ اللَّهُ . فَيَقُولاَنِ
لَهُ : مَا دِينُكَ فَيَقُولُ : دِينِي الإِسْلاَمُ . فَيَقُولاَنِ لَهُ :
مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ : هُوَ رَسُولُ اللَّهِ
صلى الله عليه وسلم . فَيَقُولاَنِ : وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ : قَرَأْتُ كِتَابَ
اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ " . زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ :
" فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ { يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا
} " . الآيَةَ . ثُمَّ اتَّفَقَا قَالَ : " فَيُنَادِي مُنَادٍ
مِنَ السَّمَاءِ : أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا
لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ " . قَالَ
: " فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا " . قَالَ :
" وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ " . قَالَ : " وَإِنَّ
الْكَافِرَ " . فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ : " وَتُعَادُ رُوحُهُ فِي
جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ : مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ
: هَاهْ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي . فَيَقُولاَنِ لَهُ : مَا دِينُكَ فَيَقُولُ
: هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي . فَيَقُولاَنِ : مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ
فِيكُمْ فَيَقُولُ : هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي . فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ
: أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ النَّارِ، وَافْتَحُوا
لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ " . قَالَ : " فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا
وَسَمُومِهَا " . قَالَ : " وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى
تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ " . زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ :
" ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ،
لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا " . قَالَ : " فَيَضْرِبُهُ
بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ
فَيَصِيرُ تُرَابًا " . قَالَ : " ثُمَّ تُعَادُ فِيهِ الرُّوحُ
" .
‘Utsman bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain)
Hannad bin As-Sari telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu
Mu’awiyah menceritakan kepada kami. Ini adalah lafal riwayat Hannad. Dari Al-A’masy,
dari Al-Minhal, dari Zadzan, dari Al-Bara` bin ‘Azib. Beliau mengatakan:
Kami pernah keluar bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam penyelenggaraan jenazah
seorang ansar. Kami sudah sampai di kuburan, namun kuburan belum selesai digali.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami juga duduk di
sekitar beliau seakan-akan di kepala-kepala kami ada burung. Di tangan beliau
ada sebatang ranting yang beliau gunakan untuk menggaris-garis tanah. Lalu
beliau mengangkat kepala seraya bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah
dari azab kubur.” Sebanyak dua atau tiga kali. Beliau menambah dalam hadis
Jarir di sini dan bersabda, “Sungguh dia benar-benar mendengar suara
sandal-sandal mereka ketika mereka kembali pulang. Ketika itu, ditanyakan
kepadanya: Wahai engkau ini, siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?”
Hannad berkata: Nabi bersabda,
“Dua malaikat datang kepadanya lalu mendudukkannya seraya bertanya kepadanya:
Siapa Rabb-mu? Dia menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Dua malaikat tadi bertanya
kepadanya: Apa agamamu? Dia menjawab: Agamaku adalah Islam. Dua malaikat tadi
bertanya kepadanya: Siapa pria yang diutus kepada kalian ini? Dia berkata: Maka
dia menjawab: Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua
malaikat tadi bertanya: Dari mana engkau tahu? Dia menjawab: Aku membaca
Alquran, lalu aku mengimani dan membenarkannya.” Beliau menambahkan dalam hadis
Jarir, “Itulah firman Allah taala { يُثَبِّتُ اللَّهُ
الَّذِينَ آمَنُوا } (yang artinya): Allah meneguhkan orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
Kemudian keduanya bersepakat, beliau
bersabda, “Lalu ada yang menyeru dari langit: Hamba-Ku telah benar. Bentangkan
untuknya hamparan dari janah, sandangkan kepadanya pakaian dari janah, dan
bukakan untuknya suatu pintu menuju janah.” Beliau bersabda, “Maka sebagian
ketenteraman dan aroma wangi janah pun mendatanginya.” Nabi bersabda, “Dan
dibukakan kubur untuknya sejauh mata memandang.”
Beliau bersabda, “Dan sesungguhnya
orang kafir,” lalu beliau menyebutkan kematiannya. Beliau bersabda, “Rohnya
akan dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu ada dua malaikat yang mendatanginya
dan mendudukkannya. Keduanya bertanya: Siapa Rabb-mu? Dia menjawab: Hah hah
hah, aku tidak tahu. Dua malaikat tadi bertanya kepadanya: Apa agamamu? Dia
menjawab: Hah hah, aku tidak tahu. Dua malaikat tadi bertanya: Siapa lelaki
yang diutus kepada kalian ini? Dia menjawab: Hah hah, aku tidak tahu. Lalu ada
yang menyeru dari langit: Dia telah berdusta, bentangkan hamparan dari neraka,
sandangkan pakaian dari neraka, dan bukakan suatu pintu menuju neraka.” Beliau
bersabda, “Maka, sebagian hawa dan angin panas neraka pun menerpanya.” Beliau
bersabda, “Kuburnya menghimpitnya sampai tulang-tulang rusuknya bersilangan.”
Dia menambahkan dalam hadis Jabir, beliau bersabda, “Kemudian dia diserahkan
kepada malaikat yang buta dan bisu tuli yang membawa palu godam dari besi.
Andai besi itu dipukulkan ke suatu gunung, niscaya gunung itu akan menjadi
tanah.” Beliau bersabda, “Lalu malaikat itu memukulnya dengan keras yang
terdengar oleh semua makhluk antara timur dengan barat kecuali manusia dan jin
sehingga menjadi tanah.” Beliau bersabda, “Kemudian roh dikembalikan ke
jasadnya.” (HR. Abu Dawud nomor 4753.
SHAHIH)
Hadits Shahih Muslim Nomor 2872
إذا خَرَجَتْ رُوحُ المُؤْمِنِ تَلَقَّاها مَلَكانِ
يُصْعِدانِها. قالَ حَمَّادٌ: فَذَكَرَ مِن طِيبِ رِيحِها وذَكَرَ المِسْكَ. قالَ:
ويقولُ أهْلُ السَّماءِ: رُوحٌ طَيِّبَةٌ جاءَتْ مِن قِبَلِ الأرْضِ، صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْكِ وعلَى جَسَدٍ كُنْتِ تَعْمُرِينَهُ، فيُنْطَلَقُ به إلى رَبِّهِ عزَّ وجلَّ،
ثُمَّ يقولُ: انْطَلِقُوا به إلى آخِرِ الأجَلِ. قالَ: وإنَّ الكافِرَ إذا خَرَجَتْ
رُوحُهُ، قالَ حَمَّادٌ وذَكَرَ مِن نَتْنِها، وذَكَرَ لَعْنًا، ويقولُ أهْلُ السَّماءِ
رُوحٌ: خَبِيثَةٌ جاءَتْ مِن قِبَلِ الأرْضِ. قالَ فيُقالُ: انْطَلِقُوا به إلى آخِرِ
الأجَلِ. قالَ أبو هُرَيْرَةَ: فَرَدَّ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ رَيْطَةً
كانَتْ عليه، علَى أنْفِهِ، هَكَذا.
"Apabila ruh seorang mukmin keluar (dari
jasadnya), dua malaikat menerima dan menaikkannya." Hammad (salah satu
perawi hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Muslim) berkata, "Disebutkan
bau wangi ruhnya, dikatakan seperti kasturi". Abu Hurairah berkata, "Penghuni langit berseru, 'Ruh baik datang
dari bumi. Semoga Allah bersalawat atasmu dan atas jasad yang sebelumnya kau
gunakan', lalu ia dibawa menghadap Tuhannya, kemudian Dia berkata, 'Pergilah
kalian bersamanya sampai ke ajal terakhir.' (sidratul muntaha). Jika ruh orang
kafir keluar dari jasadnya-Hammad berkata, "Disebutkan baunya busuk
seperti kotoran"—para penghuni langit berseru, "Ruh jahat dari bumi,
lalu ada dikatakan, "Pergilah bersamanya sampai ajal
terakhir"(Sijjin). Abu Hurairah berkata:
Kemudian Rasulullah saw mengibaskan kain tipis diatas hidungnya seperti ini.
(HR. Muslim nomor 2872. SHAHIH)
Surat
Al-Bayyinah [98] ayat 8
جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي
مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ
وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)ـ
Balasan mereka di sisi Tuhan
mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya.
(Al-Bayyinah ayat 8)
Dalam surat ini disebutkan empat
orang yang dalam kebaikan, yaitu orang beriman dan mengerjakan amal shaleh,
khairul bariyyah (sebaik - baik makhluk), orang yang ridha kepada Allah swt,
dan orang yang takut kepada Allah swt.
Nikmat terbesar yang bisa di capai
manusia adalah ridha Allah swt, yaitu kemulian dan pujian yang diberikan Allah
swt. Cara mendapatkan ridha Allah swt adalah dengan cara takut kepada Allah swt
(takwa).
Takut kepada Allah swt menurut
Tafsir Ibnu Abbas adalah meng-Esa-kan Allah swt (tauhid), menurut Tafsir
Jalalain adalah takut kepada siksa Allah swt sehingga meninggakan maksiat
kepada-Nya, menurut Tafsir Munir orang yang takut kepada Allah swt adalah orang
yang mengetahui urusan - urusan Allah swt (العالم بشؤون الله تعالى).
Tafsir Ringkas Kemenag: Balasan mereka di
sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya bersama segala kenikmatan di dalamnya.
Selain itu, mereka mendapat nikmat yang lebih besar. Allah rida terhadap mereka
atas keimanan dan amal saleh mereka dan mereka pun rida kepada-Nya atas
kemuliaan yang Allah anugerahkan kepada mereka. Yang demikian itu adalah
balasan yang agung bagi orang yang takut kepada Tuhannya. Ketakutannya pada
siksaan Allah mendorongnya untuk menjauhkan diri dari larangan Allah, termasuk
kemusyrikan dan kekafiran.