Apabila
datang warid ilahiyyah kepadamu maka ia akan menghancurkan kebiasaan –
kebiasaan (buruk) mu. "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu
negeri, niscaya mereka membinasakannya”.
Warid
Ilahiyyah (الْوَارِدَاتُ الإِلَهِيَّةُ) terkadang juga disebut rasa cinta dan takut kepada Allah swt, tajalli
atau nafahat (pemberian).
Apabila
warid ilahiyyah masuk ke dalam diri seseorang maka ia punya kekuatan
untuk menghancurkan kebiasaan – kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan
kebiasaan – kebiasaan terpuji. Makin besar kekuatan warid ilahiyyah maka
makin banyak pula kebiasaan buruk yang bisa dihilangkannya.
Apabila
warid ilahiyyah tersebut tidak masuk ke dalam diri maka carilah dengan
cara berguru kepada orang – orang yang telah menerima warid ilahiyyah tersebut,
apabial tak kunjung dapat maka hancurkanlah kebiasaan – kebiasaan buruk kita,
mulailah dengan kebiasaan anggota lahir terlebih dahulu karena warid ilahiyyah
akan masuk lewat anggota lahir tersebut.
Kekuatan
warid ilahiyyah tersebut bagaikan pasukan raja yang masuk ke suatu desa dan
menghancurkan para penduduknya. Kemudian mengganti dengan kebiasan baru.
Kenapa
warid ilahiyyah bisa menghancurkan kebiasaan buruk seseorang? Maka di jelaskan
oleh shahibul hikam pada hikmah berikutnya.
Sumber
1.Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 261
2.Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.4. hlm. 417.
3.Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 215, hlm. 255.
4.Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 216. hlm.143.
5.Terjemah Salim B. : Hikmah 228.
Hlm.163. pdf. 84
Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada
ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau
berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu.
A.Definisi
Wushul
Wushul (sampai kepada Allah) maksudnya adalah
sampai kepada ilmu tentang Allah swt (وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ). (Hikam)
Wushul kepada Allah swt yang di maksud oleh
ahli tarekat adalah mengetahui ilmu hakekat tentang Allah swt (العلم الحقيقي بالله تعالى). Ini menjadi puncaknya orang yang meniti jalan menuju Allah
swt (غاية السالكين) dan menjadi
batas akhir perjalanan orang yang mengadakan perjalanan menuju Allah swt (سير السائرين). Adapun pemahaman wushul adalah persentuhan antara beberapa
dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adahal sesuatu yang
tidak mungkin (وأما
الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). (Ghaitsul Mawahib)
Wushul adalah mengetahui sifat – sifat Allah
swt. Bukan wushul secara fisik (jasmani), seperti misalnya kamu bisa duduk
berdampingan dengan Allah swt. Sebab manusia yang hadits tidak akan bisa
bersama dengan Allah Yang Qadim. (Gus Baha)
B.Pembagian
Wushul
Menurut Ibnu `Athaillah as-Sakandari dalam
kitab Hikam Wushul itu ada dua:
1.Wushul kepada ilmu tentang Allah
swt. Ini wushul yang benar.
2.Wushul selain itu, seperti sesuatu
bersentuhan (nyambung) dengan Allah swt atau Allah swt bersentuhan (nyambung)
dengan sesuatu. Ini wushul yang sesat.
Menurut Muhammad bin Ibrahim An-Nafzi dalam
kitab Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah wusshul itu ada dua:
1.Wushul kepada ilmu hakekat tentang
Allah swt. Ini wushul yang benar
2.Wushul antara beberapa dzat,
seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adalah sesuatu yang tidak
mungkin (وأما الوصول المفهوم
بين الذوات متعال عنه). Ini wushul yang sesat.
Menurut Gus Baha Wushul itu ada dua:
1.Mengetahui sifat Allah. Ini wushul
yang benar
2.Wushul jasmaniah, yaitu
bersandingnya manusia dengan dzat Allah swt. Ini wushul yang sesat
C.Contoh
orang yang pernah wushul : Abu Hasan Asy-Syazili, Abu Yazid Al-Busthomi, Abu
Qasim Al-Junaidi (Gus Baha)
D.Pondasi
Memahami Teori Wushul
Agar tidak sesat dalam memahami teori wushul
maka Gus Baha membangun penjelasannya minimal di atas beberapa pondasi berikut:
1.Pertama
Allah swt bersifat Mukhalafatu lil hawaditsi (مخالفة للحوادث) berbeda dengan sesuatu yang baru.
2.Kedua
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ (الشورى:١١)ـ
Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, (Asy-Syura [42] ayat 11)
3.Ketiga
Allah bersifat Qadim dan manusia bersifat
hadits, yang hadits tidak mungkin sampai pada hakekat yang Qadim
Dia tidak dapat dicapai
oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(Al-An`am [6] ayat 103)
5.Kelima
كُلُّ ما خطر ببالك فإنّ الله بخلاف ذلك
E.Penjelasan
Tentang Melihat Allah, Allah Bertempat, Dan Sejenisnya
Lalu bagaimana menjelaskan ayat – ayat yang
mengabarkan bahwa manusia bisa melihat Allah di surga, tetang kursi, arasy, dan
sejenisnya?
Maka penjelasannya tetap berpatokan pada lima
pondasi di atas plus tidak bisa kita banyangkan tetang bagaimana, cara, dan
detailnya (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ).
Sekali-kali tidak,
sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan
mereka. (Al-Muthaffifin [83] ayat 15)
Imam Syafii mengatakan bahwa
hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat
Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.
Walaupun nanti di akherat
manusia diijinkan melihat Allah swt, tetap saja penglihatannya berbeda dengan
yang kita gambarkan (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ), karena sifat qadim tidak bisa di sentuh sifat hadits.
3.Tentang arasy Allah swt
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ (طه:٥)ـ
(yaitu) Yang Maha
Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy (Taha [20] ayat 5)
Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. (Al-Baqarah [2] ayat 255)
5.Tentang Melihat Allah di Surga
Adapun mengenai
dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu
Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa
orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman
surga) dan di taman-taman surga. (Tafsir Ibnu Katsir)
F.Kritik
Gus Baha
Ketika menjelaskan teori wushul, Gus Baha
mengkritik beberapa orang yang di sinyalir tidak paham, kurang paham, salah
paham, atau tersesat dari jalan Allah swt. Kelompok tersebut misalnya
1.Orang yang berpandangan wushul
adalah sampai kepada hakekat Allah swt, padahal yang benar adalah pada ilmu
hakekat tentang Allah swt.
2.Orang yang ingin wushul agar bisa
satu majlis dengan Allah swt, padahal keinginan tersebut merupakan sesuatu yang
tidak mungkin.
3.Orang yang mengaku wali tetapi bodoh,
tidak pernah wushul kepada Allah swt.
4.Para Mubaligh yang menjelaskan bahwa
manusia bisa bertemu Allah swt tanpa ilmu yang cukup sehingga banyak di salah
pahami orang awam.
5.Para mubaligh yang menjelaskan tentang
melihat Allah swt secara tidak proporsional, padahal banyak mazhab mengenai hal
ini
G.Tambahan
Mengenai bisa atau tidak melihat
Allah, dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tiga pendapat besar. Pendapat
pertama Siti Aisyah dan kawan kawan yang mengatan walaupun di dunia tidak bisa
di lihat tetapi di akherat Allah swt bisa dilihat. Pendapat kedua Ibnu Abbas penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di
dunia dan akhirat). Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw.
pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Pendapat
ketiga pendapat bodoh Mu`tazilah bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia
maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli
sunnah wal jama'ah. (Tafsir Ibnu Katsir)
H.Sumber:
1.Ibnu `Abad (غيث
المواهب العلية) : hlm.259
2.Abil Abbas (إيقاظ
الهِمَم) Bab 23.1. ,
hlm.409.
3.Syarqawi (المنح
القدسية) Hikmah 212,
hlm. 252.
4.Syarnubi (شرح
الحكم العطائية) Hikmah
213. Hlm. 142.
5.Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 292.
6.Terjemah Salim B. : Hikmah 225. Hlm.161. pdf. 83.
Dekatmu
kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak
(bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya.
A.Definisi dekat dengan Allah swt
Kamu
dekat dengan Allah itu maknanya kamu yakin kalau Allah itu dekat. Maksudnya rahmat
Allah dekat, semua prilaku kamu disaksikan Allah, semua nikmat yang ada dalam
dirimu datangnya dari Allah.
Jika
dekat dengan Allah tidak dimaknai demikian maka siapakah kamu sampai merasa
kamu dekat dengan Allah, kamu adalah perkara hadits yang tidak mungkin
menyentuh Yang Qadim.
Intinya,
orang yang dekat dengan Allah swt adalah orang yang yakin kalau Allah itu
dekat.
B.Contoh Hubungan Allah Dengan Manusia
Hubungan
Khalik dan makhluk. Jika ada yang
Tanya bagaimana hubunganmu dengan Allah swt? Maka jawabnya adalah sangat dekat.
Kenapa demikian? Jawabnya, karena saya adalah makhluk yang diciptakan oleh
Khalik, tentu hubungan mahkluk sangat dekat dengan khaliknya. Tapi sudah hanya
sebatas itu saja, jangan berlanjut membayangkan seperti kedekan dengan mahkluk
yang ada dalam pikiran kita.
Hubungan
Hamba dan Majikannya. Kita adalah
hamba Allah swt, tentu seorang hamba sangat dekat dengan majikannya. Tapi
sampai situ saja, jangan sampai membayangkan seperti hubungan majikan dan anak
buahnya seperti yang sering kita lihat di dunia.
Hubungan
Pendangan Manusia dengan Allah.
Kita mesti yakin bahwa orang beriman akan melihat Allah swt di surga, tetapi
meskipun bagaimanapun pendangan yang terjadi tidak bisa dibayangkan dan tidak
seperti pandangan kita kepada orang lain. Karena walau bagaimanapun manusia itu
hadits dan Allah qadim,yang hadits tidak bisa menggapai Yang Qadim.
C.Hikmah dibalik definisi
Hikmah
di balik hikmah ini adalah supaya kita tidak membayangkan Allah swt sebagai
fisik seperti fisik yang kita bayangkan. (Gus Baha)
D.Dalil Allah Maha Dekat
1.Al-Baqarah [2] ayat 186 (Allah itu Maha Dekat, mengetahui dan Mengabulkan
Doa)
Dan apabila hamba-hamba-Ku
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku
Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah
mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh
kebenaran. (Al-Baqarah [2] ayat 186)
Imam Suyuthi menjelaskan bahwa
ilmu Allah itu dekat (بالعلم), Ibnu Abbas menjelaskan bil ijabah (بالإجابة).
Imam Ahmad mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami
Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan
bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Aku
menurut dugaan hamba-Ku mengenai diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika dia
berdoa kepada-Ku."
Imam Ahmad mengatakan pula, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami
Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir,
telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ubaidillah, dari Karimah binti Ibnu
Khasykhasy Al-Muzaniyyah yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami
Abu Hurairah yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt.
berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku selagi ia ingat kepada-Ku dan
kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku."
4.Allah Bersama Orang Yang Takwa dan Berbuat Baik
Menurut kami, hadis di atas sama pengertiannya dengan firman
Allah Swt. yang mengatakan:
Allah
berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu
berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Thaha [20]
ayat 46)
Maksudnya,
janganlah kamu berdua takut kepada Fir'aun sesungguhnya Aku selalu bersamamu,
Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicaraannya, dan Aku melihat tempatmu dan
tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan
ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir'aun berada di dalam
genggaman kekuasaan-Ku.
Maka tidaklah
ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku
dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku,
pertolongan dan dukungan-Ku.
Makna yang dimaksud dari kesemuanya itu adalah, Allah Swt. tidak akan
mengecewakan doa orang yang berdoa kepada-Nya dan tidak sesuatu pun yang
menyibukkan (melalaikan) Dia, bahkan Dia Maha Mendengar doa. Di dalam
pengertian ini terkandung anjuran untuk berdoa, dan bahwa Allah Swt. tidak akan
menyia-nyiakan doa yang dipanjatkan kepada-Nya (Tafsir Ibnu Katsir)
6.Allah Lebih Dekat Dari Para
Pelayat - Al-Waqiah [56] ayat 85
dan Kami lebih
dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf [50] ayat
16)
Yakni
malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya.
Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu Allah,
sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan adanya
bertempat atau kemanunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal yang
mustahil bagi Allah Swt.
8.Allah Bersama Hamba Yang Dicintainya
فإذا
أحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذي يَسْمَعُ به، وبَصَرَهُ الَّذي يُبْصِرُ به، ويَدَهُ
الَّتي يَبْطِشُ بها، ورِجْلَهُ الَّتي يَمْشِي بها، وإنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ،
ولَئِنِ اسْتَعاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ (بخارى:٦٥٠٢)ـ
jika Aku sudah
mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan
pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan
untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia
meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti
Ku-lindungi..(Bukhari 6502)
1.Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 259.
2.Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.2. hlm. 411.
3.Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 213, hlm. 253.
4.Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 214. hlm.142.
5.Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 293.
6.Terjemah Salim B. : Hikmah 226. Hlm.162. pdf. 84.
Ilmu hakekat yang datang dalam keadaan
tajalli secara global dan setelah ada penerimaan maka akan ada penjelasan . (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka
ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah [75]
ayat 18 – 19).
Ilmu hakekat
akan datang ke dalam hati ketika seseorang mengalami alam tajalli, yaitu ketika
seseorang merasa sangat dekat dengan Allah swt.
Sebab seseorang mengalami tajalli
sangat banyak, diantaranya adalah tajalli melalui ilmu tauhid. Seperti
ketika seseorang berpikir mendalam hingga sampai pada kesimpulan dan kesadaran
bahwa dirinya bukanlah siapa – siapa, tidak penting sama sekali. Yang penting
hanyalah Allah swt. Mau percaya mahluk mahluk akhirnya rusak, mau percaya amal
akhirnya tidak jelas, akhirnya yang pantas di sebut hanyalah Allah semata.
Contoh takbir dalam shalat
sebagai salah satu cara untuk menanamkan keyakinan dalam diri jika Allah Maha
Besar.
A.Pengertian Hakekat
Hakekat (اَلْحَقَائِق) adalah “sesuatu” yang datang ke dalam hati seseorang (al`arifin)
ketika dia mengalami tajalli.
B.Macam – Macam Hakekat
Hakekat yang datang ke dalam
hati seseorang terkadang berupa ilmu hakekat (ilmu laduni), terkadang
berupa hikmah, terkadang berupa pengetahuan (ma`arif), dan terkadang berupa
tersingkapnya tabir ghaib mengenai sesuatu yang sudah terjadi atau akan
terjadi.
C.Cara Datangnya Hakekat
Hakekat masuk ke dalam hati
seseorang bisa melalui beberapa proses seperti melalui ilham, mimpi, proses belajar,
dan wahyu ahkam (khusus untuk Nabi dan Rasul).
Wahyu (الوحي) dalam bahasa arab memiliki beberapa arti seperti mewahyukan,
mengajarkan, menunjukan, mengilhamkan, atau mengutus.
لأن الوحي على أربعة أقسام : وحي
إلهام ووحي منام ووحي إعلام ووحي أحكام. فشاركت الأولياء الأنبياء فى ثلاثة: وحي إلهام
ووحي منام ووحي إعلام. وانفردت الأنبياء بوحي الأحكام
Karena sesungguhnya wahyu
itu ada empat bagian: wahyu ilham, wahyu manam, wahyu i`lam, dan wahyu ahkam.
Para wali dan Nabi sama – sama memiliki tiga wahyu: wahyu ilham, wahyu manam,
wahyu i`lam. Namun wahyu ahkam hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. (Ghaitsul
Mawahib).
Wahyu yang diterima oleh
para Nabi dan Rasul di jaga oleh Allah swt sedangkan ilham yang diterima oleh
para wali tidak, oleh karena itu perlu menuliskannya agar tidak lupa.
D.Jumlah Hakekat Yang Datang
Hakekat yang datang ke dalam
hati seseorang terkadang datang secara mujmal (global) atau mufashalat
(terperinci).
Hakekat yang awalnya datang
secara mujmal (global) pada akhirnya akan mendapatkan penjelasan dari
syariat atau dari dalil naqli dan `aqli sehingga kemudian jelas apakah hakekat
tersebut sesuai dengan syariat atau tidak. Hakekat tersebut akan terus
bertambah atau terlupakan oleh orang yang pernah menerima hakekat.
Sementara hakekat yang
datang secara mufashalat (terperinci) bisa terus bertambah sedikit demi
sedikit atau terhenti atau terlupakan sama sekali oleh orang yang pernah
menerima hakekat tersebut.
E.Hubungan Hakekat dan Syariat
Hakekat yang diterima seseorang
ada dua macam: sesuai dengan syariat (dalil naqli dan `aqli) atau tidak sesuai
dengan syariat.Yang sesuai dengan syariat bisa diterima dan yang tidak sesuai
dengan syariat jangan diterima, buang jauh – jauh karena hakekatnya itu
bukanlah hakekat tetapi bisikan dari syetan.
Ilmu hakekat haruslah sesuai
dengan ilmu syariat, jika tidak, maka setiap ilmu hakekat yang tidak sesuai
dengan ilmu syariat bisa menyebabkan kekafiran (كل حقيقة تخالف الشريعة فهي كفر).
Hakekat
tanpa syariat adalah bathil dan syariat tanpa hakekat adalah ibarat tanpa
hiasan (حقيقة بلا شريعة باطلة و شريعة بلا حقيقة عاطلة). (Syarqawi)
ومع هذا كان الشيخ أبو الحسن رضي
الله عنه يقول إذا عارض كشفك الصحيح الكتاب والسنة فاعمل بالكتاب والسنة ودع الكشف
وقل لنفسك أن الله تعالى ضمن لي العصمة في الكتاب والسنة ولم يضمنها لي في جانب الكشف
والإلهان ومثل هذا أيضاً قول الجنيد أن النكتة لتقع في قلبي من جهة الكشف فلا أقبلها
إلا بشاهدى عدل الكتاب والسنة (إيقاظ الهمم شرح متن الحكم)ـ
Syekh Abul
Hasan rda. Berkata: “apabila kasyafmu yang shahih bertentangan dengan Al-Kitab
dan sunnah maka beramallah dengan Al-Kitab dan Sunnah dan tinggalkanlah
kasyafmu tersebut. Dan katakanlah kepada hatimu sesungguhnya Allah swt menjamin
kebenaran Al-Qur`an dan sunnah dan tidak menanggung kebenaran kasyaf dan
ilham”. Hal serupa dikataan oleh Al-Junaid:”Sesungguhnya ilham telah jatuh ke
dalam hatiku ketika kasyaf , kemudian aku tidak akan menerimanya sampai ada dua
saksi yang adil, yakni Al-Kitab dan As-Sunnah”. (Iqazhul Himam Syarah Matan
Hikam)
F.Cara Mendapatkan Hakekat
Hakekat (اَلْحَقَائِق) yang datang kepada seseorang adalah murni karunia dari Allah
swt sehingga siapa saja bisa memperolehnya dan siapa saja bisa tidak
memperolehnya, tergantung kehendak Allah swt kepada siapa Dia mau memberikan hakekat
tersebut.
Tetapi bagaimana
cara kita bisa mendapatkan ilmu hakekat dan menilai apakah ilmu yang kita
peroleh adalah ilmu hakekat atau bukan itu bisa kita pelajari. Misalnya seperti
teori yang diajarkan oleh kitab Hikam untuk bisa mendapatkan ilmu
hakekat atau ilmu laduni, mulailah dari wushul (وُصُوْل), Qarbuhu (قُرْبُهُ), tajalli (تَجَلِّى), barulah akan turun hakekat atau ilmu laduni secara mujmal
(global), kemudian ilmu hakekat yang turun tersebut akan menghilangkan kebiasan
– kebiasaan buruk penerimanya, setelah itu jika ada sesuatu yang melawan ilmu
hakekat maka dia akan terkalahkan, dan pada akhirnya seseorang akan melihat
cahaya Allah swt begitu terang.
Mari kita
pelajari kembali cara memperoleh hakekat tersebut:
Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada
ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau
berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu. (Matan Hikam)
Dekatmu
kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak
(bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya. (Matan Hikam)
3.Tajalli (تَجَلِّى)
Tajalli (تَجَلِّى) terjadi ketika hati seseorang menyaksikan betapa jelasnya
Allah swt (تجلى الله على قلوبهم), ketika seseorang paham terhadap sifat – siat Allah swt dan
menyaksikan betapa dekatnya Allah swt.
Ikuti fase berikutnya pada artikel berikutnya
G.Sumber
1.Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 260.
2.Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.3. hlm. 411.
3.Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 214, hlm. 254.
4.Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 215. hlm.142.
5.Terjemah Salim B. : Hikmah 227.
Hlm.163. pdf. 84