KITAB HIKAM HIKMAH KE - 212
وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ
بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ
بِشَىْءٍ
Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada
ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau
berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu.
A. Definisi
Wushul
Wushul (sampai kepada Allah) maksudnya adalah
sampai kepada ilmu tentang Allah swt (وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ). (Hikam)
Wushul kepada Allah swt yang di maksud oleh
ahli tarekat adalah mengetahui ilmu hakekat tentang Allah swt (العلم الحقيقي بالله تعالى). Ini menjadi puncaknya orang yang meniti jalan menuju Allah
swt (غاية السالكين) dan menjadi
batas akhir perjalanan orang yang mengadakan perjalanan menuju Allah swt (سير السائرين). Adapun pemahaman wushul adalah persentuhan antara beberapa
dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adahal sesuatu yang
tidak mungkin (وأما
الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). (Ghaitsul Mawahib)
Wushul adalah mengetahui sifat – sifat Allah
swt. Bukan wushul secara fisik (jasmani), seperti misalnya kamu bisa duduk
berdampingan dengan Allah swt. Sebab manusia yang hadits tidak akan bisa
bersama dengan Allah Yang Qadim. (Gus Baha)
B. Pembagian
Wushul
Menurut Ibnu `Athaillah as-Sakandari dalam
kitab Hikam Wushul itu ada dua:
1. Wushul kepada ilmu tentang Allah
swt. Ini wushul yang benar.
2. Wushul selain itu, seperti sesuatu
bersentuhan (nyambung) dengan Allah swt atau Allah swt bersentuhan (nyambung)
dengan sesuatu. Ini wushul yang sesat.
Menurut Muhammad bin Ibrahim An-Nafzi dalam
kitab Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah wusshul itu ada dua:
1. Wushul kepada ilmu hakekat tentang
Allah swt. Ini wushul yang benar
2. Wushul antara beberapa dzat,
seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adalah sesuatu yang tidak
mungkin (وأما الوصول المفهوم
بين الذوات متعال عنه). Ini wushul yang sesat.
Menurut Gus Baha Wushul itu ada dua:
1. Mengetahui sifat Allah. Ini wushul
yang benar
2. Wushul jasmaniah, yaitu
bersandingnya manusia dengan dzat Allah swt. Ini wushul yang sesat
C. Contoh
orang yang pernah wushul : Abu Hasan Asy-Syazili, Abu Yazid Al-Busthomi, Abu
Qasim Al-Junaidi (Gus Baha)
D. Pondasi
Memahami Teori Wushul
Agar tidak sesat dalam memahami teori wushul
maka Gus Baha membangun penjelasannya minimal di atas beberapa pondasi berikut:
1. Pertama
Allah swt bersifat Mukhalafatu lil hawaditsi (مخالفة للحوادث) berbeda dengan sesuatu yang baru.
2. Kedua
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ (الشورى:١١)ـ
Tidak ada sesuatupun yang
serupa dengan Dia, (Asy-Syura [42] ayat 11)
3. Ketiga
Allah bersifat Qadim dan manusia bersifat
hadits, yang hadits tidak mungkin sampai pada hakekat yang Qadim
4. Keempat
لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ
ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (الأنعام:١٠٣)ـ
Dia tidak dapat dicapai
oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan
Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(Al-An`am [6] ayat 103)
5. Kelima
كُلُّ ما خطر ببالك فإنّ الله بخلاف ذلك
E. Penjelasan
Tentang Melihat Allah, Allah Bertempat, Dan Sejenisnya
Lalu bagaimana menjelaskan ayat – ayat yang
mengabarkan bahwa manusia bisa melihat Allah di surga, tetang kursi, arasy, dan
sejenisnya?
Maka penjelasannya tetap berpatokan pada lima
pondasi di atas plus tidak bisa kita banyangkan tetang bagaimana, cara, dan
detailnya (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ).
1. Tentang
melihat Allah swt
وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ (22) إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23) (القيامة)ـ
Wajah-wajah (orang-orang
mukmin) pada hari itu berseri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah
[75] ayat 22-23)
2. Terbukanya hijab Allah swt
كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ
( المطففين : 15 ) ـ
Sekali-kali tidak,
sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan
mereka. (Al-Muthaffifin [83] ayat 15)
Imam Syafii mengatakan bahwa
hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat
Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.
Walaupun nanti di akherat
manusia diijinkan melihat Allah swt, tetap saja penglihatannya berbeda dengan
yang kita gambarkan (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ), karena sifat qadim tidak bisa di sentuh sifat hadits.
3. Tentang arasy Allah swt
الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ (طه:٥)ـ
(yaitu) Yang Maha
Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy (Taha [20] ayat 5)
4. Tentang kursi Allah swt
وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
(البقرة:٢٥٥)ـ
Kursi Allah
meliputi langit dan bumi. (Al-Baqarah [2] ayat 255)
5. Tentang Melihat Allah di Surga
Adapun mengenai
dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu
Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya
seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa
orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman
surga) dan di taman-taman surga. (Tafsir Ibnu Katsir)
F. Kritik
Gus Baha
Ketika menjelaskan teori wushul, Gus Baha
mengkritik beberapa orang yang di sinyalir tidak paham, kurang paham, salah
paham, atau tersesat dari jalan Allah swt. Kelompok tersebut misalnya
1. Orang yang berpandangan wushul
adalah sampai kepada hakekat Allah swt, padahal yang benar adalah pada ilmu
hakekat tentang Allah swt.
2. Orang yang ingin wushul agar bisa
satu majlis dengan Allah swt, padahal keinginan tersebut merupakan sesuatu yang
tidak mungkin.
3. Orang yang mengaku wali tetapi bodoh,
tidak pernah wushul kepada Allah swt.
4. Para Mubaligh yang menjelaskan bahwa
manusia bisa bertemu Allah swt tanpa ilmu yang cukup sehingga banyak di salah
pahami orang awam.
5. Para mubaligh yang menjelaskan tentang
melihat Allah swt secara tidak proporsional, padahal banyak mazhab mengenai hal
ini
G. Tambahan
Mengenai bisa atau tidak melihat
Allah, dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tiga pendapat besar. Pendapat
pertama Siti Aisyah dan kawan kawan yang mengatan walaupun di dunia tidak bisa
di lihat tetapi di akherat Allah swt bisa dilihat. Pendapat kedua Ibnu Abbas penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di
dunia dan akhirat). Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw.
pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Pendapat
ketiga pendapat bodoh Mu`tazilah bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia
maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli
sunnah wal jama'ah. (Tafsir Ibnu Katsir)
H. Sumber:
1.
Ibnu `Abad (غيث
المواهب العلية) : hlm.259
2.
Abil Abbas (إيقاظ
الهِمَم) Bab 23.1. ,
hlm.409.
3.
Syarqawi (المنح
القدسية) Hikmah 212,
hlm. 252.
4.
Syarnubi (شرح
الحكم العطائية) Hikmah
213. Hlm. 142.
5.
Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 292.
6.
Terjemah Salim B. : Hikmah 225. Hlm.161. pdf. 83.
7.
Terjemah Syarnubi : Hikmah 205. Hlm. 786.
8.
Terjemah Matan Hikam : Hikmah 213. Hlm. 214.
9.
Gus Baha: https://www.youtube.com/watch?v=uVt_lK1pBVc Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah
[Hikmah 213]
10.
Guru Bahith : https://www.youtube.com/watch?v=uEFO04gBpbU [ Hikmah 213]
11.
Hikam online https://www.nafahat-tarik.com/2015/01/soufia_22.html [Hikmah 215]
12.
Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar