AL-JAAMI` (Yang
Maha Mengumpulkan) (الجامع)
Salah
satu Asma Allah swt adalah al-Jaami`. Ketika kita berpikir
dimanakah Allah swt mengumpulkan sebagian ilmu-ilmunya? maka kita akan mendapatkan jawaban bahwa
sebagian ilmu Allah swt terkumpul di dalam surat Al-Fatihah, pada level
berikutnya terkumpul dalam tiga buah hadits yang sangat istimewa, dan pada
level berikutnya terkumpul dalam satu kaidah i`ibarul mashalih (demi
kebaikan).
A.
YANG MENGUMPULKAN MAKNA AL-QURAN
Salah
satu Asma Allah swt adalah al-Jaami`, Allah swt mengumpulkan
makna 104 kitab yang pernah diturunkanNya di dalam empat kitab Taurat, Zabur,
Injil, dan Al-Furqan. Kemudian Allah swt mengumpukan makna keempat kitab
tersebut di dalam Al-Furqan. Kemudian Allah swt mengumpulkan makna Al-Furqan di
dalam Al-Mufashshal (surat pendek). Kemudian Allah swt mengumpulkan
makna Al-Mufashshal di dalam Fatihatul Kitab (SuratAl-Fatihah). Oleh karena itu
barang siapa yang mengetahui tafsir Al-Fatihah maka ia seperti orang yang mengetahui
tafsir semua kitab yang pernah diturunkan. Barang siapa yang membacanya maka
seakan-akan ia membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qurqan.
Kenapa
demikian? Karena isi semua kitab Ilahiyah adalah tentang ilmu ushul, ilmu
furu`, dan ilmu mukasyafah, sedangkan surat Al-Fatihah mengandung semua itu,
oleh karenanya seakan-akan semua makna kitab yang pernah diturunkan terkandung
di dalam surat Al-Fatihah.
Dihimpun
dari kitab Tafsir Al-Kabir karya Imam Fakhrur Razi Juz I halaman 189:
وَعَنِ الْحُسَيْنِ
قَالَ: أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى مِائَةً وَأَرْبَعَةَ كُتُبٍ مِنَ السَّمَاءِ فَأَوْدَعَ
عُلُومَ الْمِائَةِ فِي الْأَرْبَعَةِ، وَهِيَ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ وَالزَّبُورُ
وَالْفَرْقَانُ، ثُمَّ أَوْدَعَ عُلُومَ هَذِهِ الْأَرْبَعَةِ فِي الْفُرْقَانِ، ثُمَّ
أَوْدَعَ عُلُومَ الْفُرْقَانِ فِي الْمُفَصَّلِ، ثُمَّ أَوْدَعَ عُلُومَ الْمُفَصَّلِ
فِي الْفَاتِحَةِ فَمَنْ عَلِمَ تَفْسِيرَ الْفَاتِحَةِ كَانَ كَمَنْ عَلِمَ تَفْسِيرَ
جَمِيعِ كُتُبِ اللَّهِ الْمُنَزَّلَةِ، وَمَنْ قَرَأَهَا فَكَأَنَّمَا قَرَأَ التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَالزَّبُورَ وَالْفُرْقَانَ.(كتاب تفسير الرازي مفاتيح الغيب أو التفسير
الكبير . الباب الثاني في فضائل هذه السورة وفيه مسائل).
قُلْتُ: وَالسَّبَبُ
فِيهِ أَنَّ الْمَقْصُودَ مِنْ جَمِيعِ الْكُتُبِ الْإِلَهِيَّةِ عِلْمُ الْأُصُولِ
وَالْفُرُوعِ وَالْمُكَاشَفَاتِ وَقَدْ بَيَّنَّا أَنَّ هَذِهِ السُّورَةَ مُشْتَمِلَةٌ
عَلَى تَمَامِ الْكَلَامِ فِي هَذِهِ الْعُلُومِ الثَّلَاثَةِ، فَلَمَّا كَانَتْ هَذِهِ
الْمَطَالِبُ الْعَالِيَةُ الشَّرِيفَةُ حَاصِلَةٌ فِيهَا لَا جَرَمَ كَانَتْ كَالْمُشْتَمِلَةِ
عَلَى جَمِيعِ الْمَطَالِبِ الْإِلَهِيَّةِ. (كتاب تفسير الرازي مفاتيح الغيب أو التفسير
الكبير . الباب الثاني في فضائل هذه السورة وفيه مسائل).
B.
YANG MENGUMPULKAN MAKNA HADITS
Hadits
Nabi Muhammad saw jumlahnya sangat banyak sampai dengan puluhan ribu. Dari
puluhan ribu hadits tersebut ada tiga hadits yang memiliki kedudukan sangat
istimewa karena maknanya masing – masing mengumpulkan sepertiga ilmu agama islam. Hadits tersebut
adalah hadits tentang niat (Bukhari no:1 , Muslim no:1907), hadits tentang amal
yang tidak memiliki dalil (Bukhari no:2697, Muslim no:1718), dan hadits tentang
halal dan haram (Bukhari no:52, Muslim no:1599)
Dikumpulkan
dari Kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Jilid II
halaman 10.
وَاتَّفَقَ عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، وَالشَّافِعِيُّ فِيمَا نَقَلَهُ الْبُوَيْطِيُّ عَنْهُ
وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، وَعَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَالتِّرْمِذِيُّ،
وَالدَّارَقُطْنِيُّ، وَحَمْزَةُ الْكِنَانِيُّ عَلَى أَنَّهُ ثُلُثُ الْإِسْلَامِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ رُبُعُهُ، وَاخْتَلَفُوا فِي تَعْيِينِ الْبَاقِ. وَوَجَّهَ
الْبَيْهَقِيُّ كَوْنَهُ ثُلُثَ الْعِلْمِ بِأَنَّ كَسْبَ الْعَبْدِ يَقَعُ بِقَلْبِهِ
وَلِسَانِهِ وَجَوَارِحِهِ، فَالنِّيَّةُ أَحَدُ أَقْسَامِهَا الثَّلَاثَةِ وَأَرْجَحُهَا
؛ لِأَنَّهَا قَدْ تَكُونُ عِبَادَةً مُسْتَقِلَّةً وَغَيْرُهَا يَحْتَاجُ إِلَيْهَا،
وَمِنْ ثَمَّ وَرَدَ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ، فَإِذَا نَظَرْتَ
إِلَيْهَا كَانَتْ خَيْرَ الْأَمْرَيْنِ. وَكَلَامُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ يَدُلُّ عَلَى
أَنَّهُ بِكَوْنِهِ ثُلُثَ الْعِلْمِ أَنَّهُ أَرَادَ أَحَدَ الْقَوَاعِدِ الثَّلَاثَةِ
الَّتِي تُرَدُّ إِلَيْهَا جَمِيعُ الْأَحْكَامِ عِنْدَهُ، وَهِيَ هَذَا وَمَنْ عَمِلَ
عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ وَالْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ
بَيِّنٌ.
Ketiga hadits
tersebut adalah
Hadits Pertama
إنَّما الأعمالُ
بالنِّيَّاتِ وإنَّما لِكلِّ امرئٍ ما نوى ـ أخرجه البخارى (1) مسلم (1907) ـ
Sesungguhnya
setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan memperoleh sesuai
dengan niatnya masing-masing.(HR.
Bukhari:1 ,Muslim:1907)
Hadits Kedua
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. أخرجه البخاري (2697)، ومسلم (1718)ـ
Barangsiapa
yang melakukan suatu amalan yang bukan bagian dari perkara (agama) kami maka
amalan itu tertolak. (HR.
Bukhari:2697, Muslim :1718)
Hadits Ketiga
الحَلَالُ بَيِّنٌ،
والحَرَامُ بَيِّنٌ، وبيْنَهُما مُشَبَّهَاتٌ لا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
ـ أخرجه البخاري (52) مسلم (1599)ـ
Yang halal itu
jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapat perkara -
perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. (HR. Bukhari:52 , Muslim:1599)
C.
YANG MENGUMPULKAN HUKUM FIKIH
Syeh
Izuddin bin Abdussalam mengembalikan semua persoalaan fikih kepada kaidah i`tibarul
mashaalih wa dar`ul mafasid (اعْتِبَار الْمَصَالِح
وَدَرْء الْمَفَاسِد) pertimbangan
kemaslahatan dan menolak kerusakan. Bahkan terkadang dikembalikan hanya
pada satu kaidah (اعْتِبَار الْمَصَالِح) pertimbangan kemaslahatan, karena dar`ul mafaasid
bagian dari i`tibaarul mashaalih.
Dikumpulkan
dari kitab Al-Asybah wan Nazhair karya Imam Suyuthi, Kitab
pertama kaidah pertama.
بَلْ رَجَّعَ
الشَّيْخ عِزُّ الدِّينِ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ الْفِقْه كُلّه إلَى اعْتِبَار
الْمَصَالِح وَدَرْء الْمَفَاسِد، بَلْ قَدْ يَرْجِع الْكُلّ إلَى اعْتِبَار
الْمَصَالِح، فَإِنَّ دَرْء الْمَفَاسِد مِنْ جُمْلَتهَا
a