1.
٦١٣٦ـ
قُلْ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى
بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ (طب والضياء) عن أبى أمامة (ض)ـ
6173-
Bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu jiwa (hati) yang tenang
yang percaya akan bertemu dengan-Mu dan yang ridha dengan putusan – putusan-Mu
dan yang puas dengan pemberian-Mu. (HR. Thabrani dan Dhiyaa dari Abu Umamah.
DHAIF)[1]
Jiwa
yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب
الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt
(الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur
terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء
الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan
Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap
ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء
الله), yang terima dengan pemberian – pemberian
Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar