1.
١٤٧٥ــ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ غِنَايَ
وَمَوْلَاىَ (طب) عن ابى صرمة (صح)ـ
1475- Ya
Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu kekayaanku dan (مَوْلَاىَ) orang – orang dekatku. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu
Shirmah. SHAHIH)
Dalam
kontek ini Al-Munawi mengutip pendapat Zamahsyari bahwa maula (مَوْلَاىَ) adalah setiap orang yang bisa menjadi wali seperti ayah, saudara
laki – laki, anak laki – laki dari saudara laki – laki, saudara laki – laki ayah,
anak laki – laki dari saudara laki – laki ayah, dan semua orang yang berhak
mendapatkan ashabah. Sedang makna maula (مَوْلَاىَ) dalam kamus yang mungkin sesuai dengan maksud hadits ini
adalah sahabat, kerabat, tetangga,
pemimpin kita, penolong kita, orang yang memberi kita, orang yang mencintai
kita, orang yang mengikuti kita, dan orang – orang yang berbagi dengan kita.
Sedang
yang dimaksud kaya / Ghina (الغِنَى) dalam kontek hadits ini menurut Al-Munawi adalah jiwa yang
kaya / Ghinan Nafsi (غِنَى
النَّفْسِى), bukan kaya harta benda dan keadaan. Lebih lanjut Al-Munawi
menyebutkan pendapat Ibnu Athaillah bahwa tidak sah merasa gnina (merasa
cukup) terkecuali dengan wujudnya faqir (butuh/kurang), karena setiap orang
yang merasa butuh kepada Allah maka dia akan merasa cukup dengan-Nya. Maka
setiap orang yang merasa cukup dengan Allah maka dia akan dapat meraih kekayaan
sejati.[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar