1.
١٢٥٣ـ
أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلّهِ
(ت ن ه حب ك) عن جابر (صح)ـ
1253- Dzikir paling utama adalah (لَا
إِلهَ إِلَّا اللّهُ) dan doa paling utama adalah (الْحَمْدُ لِلّهِ). (HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu
Hibban dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)
Kalimat (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) paling utama karena
tidak sah iman terkecuali dengan kalimat tersebut, dan kalimat tersebut
menafikan ketuhanan selain Allah swt dan menetapkan Allah swt sebagai
satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa.
Sesungguhnya orang yang memuji Allah swt tidak lain dan tidak bukan sama saja
dengan memuji nikmat-nikmat Allah swt dan memuji nikmat-nikmat Allah swt sama
saja dengan melipatgandakan nikmat tersebut. Selain itu kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ) merupakan bagian dari dzikir. Dengan kata
lain satu kalimat mencakup tiga hal sekaligus: dzikir, doa, dan melipatgandakan
nikmat. Maka pantaslah kalau kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ)
menjadi doa yang paling utama.
٣٨٣٥ــ
الحَمْدُ رَأْسُ الشُّكْرِ مَاشَكَرَ اللهَ عَبْدٌ لَايَحْمَدَهُ (عب هب) عن ابن عمر
(ح)ـ
3835-
Hamdalah (memuji Allah swt) adalah pokoknya syukur, tidaklah dikatakan
bersyukur kepada Allah seorang hamba yang tidak memuji-Nya. (HR. Abdurrahman
dan Baihaqi dari Ibnu `Amr. HASAN)
Karena
memuji bisa dilakukan dengan lisan saja, sedangkan syukur bisa dilakukan dengan
lisan, hati, dan anggota badan. Dari ketiga cara bersyukur tersebut maka memuji
Allah swt (misalnya dengan mengucapkan alhahdulillah) merupakan pokok
atau pangkalnya syukur. Karena mengucapkan nikmat dengan lisan dan memuji
(Allah swt) yang memberi kenikmatan itu lebih menampakkan nikmat dan menunjukan
syiar.
Berbeda jika bersyukur menggunakan
hati maka orang lain tidak bisa mengetahuinya. Jika bersyukur dengan anggota
badan atau perbuatan maka bisa jadi orang lain tidak memahaminya dan salah
sangka.
Oleh karena itu bersyukur dengan
menggunakan lisan dan memuji Allah swt dengan menggunakan lisan menjadi pokonya
syukur (رَأْسُ الشُّكْرِ).
Seseorang belumlah dikatakan
bersyukur jika ia belum memuji (Allah swt) yang telah memberikan kenikmatan.
Karena hakekat syukur adalah menampakan nikmat (إِظْهَارُ النِّعْمَةِ) dan hakekat kufur nikmat adalah menyembunyikan nikmat (إِخْفَاءُ النِّعْمَةِ).
٣٨٣٦ــ
الْحَمْدُ عَلَى النِّعْمَةِ أَمَانٌ لِزَوَالِهَا (فر) عن عمر (ح)ـ
3836-
Pujian atas nikmat adalah keamanan dari hilangnya. (HR. Dailami dari Umar.
HASAN)
Memuji
Allah swt (misalnya dengan mengucapkan الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ) atas nikmat
yang kita terima akan mengamankan dan menjaga nikmat tersebut tidak pergi dari
kita. Dan orang yang tidak memuji Allah swt atas nikmat yang diterimanya sama
saja dengan mempersilahkan nikmat tersebut pergi.
Allah
swt berfirman dalam surat Ibrahim ayat: 7
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ
ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم:٧)ـ
Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya
jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"
٧٨٤٣ــ
مَاأَنْعَمَ ٱللهُ تَعَالَى عَلَى عَبْدٍ مِنْ نِعْمَةٍ فَقَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ
إِلَّا أَدَّى شُكْرَهَا فَإِنْ قَالَهَ الثَّانِيَةَ جَدَّدَ اللهُ لَهُ ثَوَابَهَا
فَإِنْ قَالَهَا الثَّالِثَةَ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَهُ (ك ه) عن جابر (صح)ـ
7843-
Tidaklah Allah swt memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian
mengucapkan Alhamdulillah (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ) melainkan ia telah melaksanakan syukurnya, kemudian
apabila mengucapkannya kedua kalinya maka Allah swt akan memperbaharui pahalanya
untuknya, kemudian apabila mengucapkannya ketiga kalinya maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya. (HR. Haakim dan Ibnu Majah dari Jabir. SHAHIH)
٤٠٢٨ــ
خَيْرُ الْكَلَامِ أَرْبَعٌ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدأْتَ: سُبْحَانَ اللّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ
وَ اللّهُ أَكْبَرُ (ابن النجار فر) عن أبى هريرة (صح)ـ
4028-
Kalimat terbaik itu ada empat, tidak membahayakanmu dengan yang mana kamu
memulainya: (سُبْحَانَ
اللّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا
اللّهُ وَ اللّهُ أَكْبَرُ). (HR. Ibnu Najjaar dan Dailami dari Abu Hurairah. SHAHIH)
٣٤٠٣ــ
اَلتَّسْبِيْحُ نِصْفُ الْمِيْزَانِ، وَ الْحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَؤُهُ، وَ لَا إِلهَ
إِلَّا اللّهُ لَيْسَ لَهَا دُوْنَ ٱللهِ حِجَابٌ حَتَّى تَخْلُصُ إِلَيْهِ (ت) عن
إبن عمرو (صح)ـ
3403-
Tasbih (سُبْحَانَ
اللّهِ)
separuh timbangan, dan hamdalah (الْحَمْدُ لِلّهِ) memenuhinya, dan tahlil (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) tidak ada dinding baginya dihadapan Allah sehingga ia lolos
kepada-Nya (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar. SHAHIH)
١٧٩٥ــ
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَرْضٰى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبَ
الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ ٱللهَ عَلَيْهَا (حم م ت ن) عن أنس (صح)ـ
1795-
Sesungguhnya Allah swt ridha dari seorang hamba untuk makan sesuap atau minum
seteguk kemudian memuji Allah atasnya (misalnya dengan membaca alhamdulillah).
(HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaai dari Anas. SHAHIH)
٣٩٥٦ــ
خَمْسٌ مِنْ حَقِّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ: رَدُّ التَّحِيَّةِ، وَإِجَابَةُ
الدَّعْوَةِ، وَشُهُوْدُ الْجَنَازَةِ، وَعِبَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَتَشْمِيْتُ العَاطِشِ
إِذَاحَمِدَ اللهَ (ه) عن أبى هريرة (صح)ـ
3956-
Lima perkara merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya: Membalas
penghormatan, mendatangi undangan, menyaksikan jenazah, menengok orang sakit,
menyahuti orang bersin kalau ia membaca hamdalah. (HR. Ibnu Majah dari Abu
Hurairah. SHAHIH)
Lima
hak orang lain yang harus kita berikan: membalas penghormatan yang dia berikan
kepada kita semisal dia mengucapkan salam (السلام عليكم) maka kita wajib menjawabnya. Mendatangi undangan pernikahan
atau lainnya, yang pertama hukumnya wajib dan yang kedua sunnah. Menyaksikan
jenazah dan mensholatinya, lebih utama lagi jika ikut mengurus dan
mengantarkannya ke pemakaman. Menengok orang sakit. Menyahuti orang bersin yang
membaca hamdalah, misalkan dengan mendoakannya yarhamukallah (يَرْحَمُكَ اللهُ).
٦٢٨٣ــ
كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِالْحَمْدِ لِلّٰهِ أَقْطَعُ (ه هق) عن
أبي هريرة (ح)ـ
6283-
Setiap perkara baik (penting) yang tidak didahului dengan hamdalah
adalah buntung. (HR. Ibnu Majah dan Baihaki dari Abu Hurairah. SHAHIH)
٦٣٣٧ــ
كُلُّ كَلَامٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللّٰهِ فَهُوَ أَجْدَمُ (د) عن أبي هريرة
(صح)ـ
6337-
Setiap pembicaraan yang tidak diawali dengan Alhamdulillah maka sedikit
keberkahannya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. SHAHIH).
٧٥٨٧ــ
لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللهِ، وَلَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مَعَاذِيْرَ
مِنَ ٱللهِ (طب) عن الأسود بن سريع (صح)ـ
7587-
Tidak ada seorangpun yang lebih senang pujian daripada Allah, dan tidak ada
seorangpun yang lebih banyak ampunannya daripada Allah. (HR. Thabrani dari
Al-Aswad bin Sarii`. SHAHIH)
Allah
swt senang pujian dari hamba-Nya agar mereka mendapatkan pahala dan nikmat
dari-Nya. Pujian disini (misalnya dengan mengucapkan hamdalah) sebagai
perwujudan rasa syukur, ibadah, dan pengakuan kepada Allah swt sebagai Dzat
Maha Pemberi Nikmat dan satu – satunya yang patut dipuji.
Tidak
ada seorangpun yang paling banyak bisa menerima alasan – alasan dari para hamba
selain Allah swt. Hanya Allah Yang Paling Banyak ampunannya dan hanya Dia
sajalah yang bisa memberi ampunan.
٦٧١٠ــ
كَانَ إِذَا رَكَعَ قَالَ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، ثَلَاثًا،
وَإِذَا سَجَدَ قَالَ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ، ثَلَاثًا (د) عن
عقبة بن عامر (ح)ـ
6710-
Apabila beliau rukuk membaca (سُبْحَانَ
رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ) dan apabila sujud membaca (سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ). (HR. Abu
Dawud dari `Uqbah bin `Amir. HASAN)
٦٧٠١ــ
كَانَ إِذَا رَأَى مَايُحِبُّ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ،
وَإِذَا رَأَى مَايَكْرَهُ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ
بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ (ه) عن عائشة (صح)ـ
6701-
Apabila beliau melihat sesuatu yang dicintainya maka beliau berkata (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ) dan apabila
beliau melihat sesuatu yan tidak disukainya maka beliau membaca (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ
حَالِ أَهْلِ النَّارِ).
٦٧٠٨ــ
كَانَ إِذَا رُفِعَتِ مَائِدَتُهُ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا
مُبَارَكًا فِيْهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى
كَفَانَاوَآوَانَا غَيْرُ مَكْفِيٍّ وَلَامَكْفُوْرٍ وَلَامُوَدَّعٍ وَلَامُسْتَغْنًى
عَنْهُ رَبَّنَا (حم خ د ت ه) عن أبى أمامة (صح)ـ
6708-
Apabila hidangan beliau diangkat maka beliau berkata: (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ، اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى كَفَانَاوَآوَانَا غَيْرُ
مَكْفِيٍّ وَلَامَكْفُوْرٍ وَلَامُوَدَّعٍ وَلَامُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا) (HR. Ahmad,
Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Umamah. SHAHIH)
٧٥٨٨ــ
لَيْسَ أَحَدٌ أَفْضَلُ عِنْدَ اللهِ مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَمَّرُ فِى الْإِسْلَامِ لِتَكْبِيْرِهِ
وَتَحْمِيْدِهِ وَتَسْبِيْحِهِ وَتَهْلِيْلِهِ (حم) عن طلحة (صح)ـ
7588-
Tidak ada seorang yang lebih utama di sisi Allah daripada seorang mukmin yang
diberi umur panjang di dalam islam karena takbirnya, tahmidnya, tasbihnya, dan
tahlilnya. (HR. Ahmad dari Thalhah. SHAHIH)