1.
٧٤٩ــ إِذَاظَهَرَتْ الْحَيَّةُ فِى الْمَسْكَنِ
فَقُوْلُوا لَهَا: إِنَّا نَسْأَلُكِ بِعَهْدِ نُوْحٍ وَ بِعَهْدِ سُلَيْمَانَ بِنْ
دَاوُدَ أَن لَا تُؤْذِيْنَا فَإِنْ عَادَتْ فَاقْتُلُوْهَا (ت) عن إبن أبى ليلى (ح)ـ
749-
Apabila ada ular tampak di pemukiman maka katakanlah kepadanya (إِنَّا نَسْأَلُكِ بِعَهْدِ نُوْحٍ وَ بِعَهْدِ سُلَيْمَانَ
بِنْ دَاوُدَ أَن لَا تُؤْذِيْنَا) “Sesungguhnya kami minta kepadamu dengan janji Nuh dan
Janji Sulaiman bin Dawud janganlah engkau menyakiti kami” kemudian apabila
dia balik lagi maka kalian bunuh saja. (HR. Tirmidzi dari Ibnu Abi Laila.
HASAN)
Apabila
ada penampakan ular di pemukiman, seperti di rumah atau lainnya, maka di sunnahkan
(ada pendapat yang mewajibkan) mengusir ular tersebut dengan kata – kata terlebih
dahulu dengan mengucapkan (إِنَّا
نَسْأَلُكِ بِعَهْدِ نُوْحٍ وَ بِعَهْدِ سُلَيْمَانَ بِنْ دَاوُدَ أَن لَا تُؤْذِيْنَا) “Sesungguhnya
kami minta kepadamu dengan janji Nuh dan Janji Sulaiman bin Dawud janganlah
engkau menyakiti kami. Kemudian ketika ular tersebut tidak mau pergi atau
kembali lagi maka boleh dibunuh.
Sebab
ketika ular tersebut disusir dengan kata – kata tersebut diatas tidak mau pergi
atau telah pergi tetapi datang kembali maka jadi diketahui jika ular terebut
bukanlah ular yang menghuni tempat tersebut dan juga bukan ular jelmaan dari
jin islam sehingga boleh dibunuh dan bahkan ada yang mengatakan wajib.
Ada
pendapat mengatakan hal tersebut hanya berlaku di awal islam atau berlaku pada
ular – ular kota mainah saja.[1]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar