٤٢٥٩ــ الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ
وَالْإِقَامَةِ (حم د ت ن حب) عن أنس (صح)ـ
4259- Doa itu tidak akan ditolak di antara
adzan dan iqamat. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, dan Ibnu Hibban dari
Anas. SHAHIH)[1]
٤٢٥٩ــ الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ
وَالْإِقَامَةِ (حم د ت ن حب) عن أنس (صح)ـ
4259- Doa itu tidak akan ditolak di antara
adzan dan iqamat. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, dan Ibnu Hibban dari
Anas. SHAHIH)[1]
٨٨١ــ إِذَا نُوْدِيَ لِلصَّلَاةِ فُتِحَتْ أَبْوَابُ
السَّمَاءِ وٱسْتُجِيْبَ الدُّعَاءُ (الطيالسى، ع، والضياء) عن أنس (ح)ـ
881- Apabila dipanggil untuk shalat
maka dibukalah pintu-pintu langit dan dikabulkan doa. (HR. Thayaalisi, Abu
Ya`laa dan Dliyaa dari Anas. HASAN)[1]
٣٥٦٦ــ ثِنْتَانِ مَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ
النِّدَاءِ و تَحْتَ الْمَطَرِ (ك) عن سهل بن سعد (ح)ـ
3566- Dua (doa) tidak ditolak: Doa di
waktu adzan dan doa di bawah hujan. (HR. Hakim dari Sahl bin Sa`d. HASAN)
Hujan adalah rahmat, waktu turunnya
hujan aktu turunnya rahmat sehingga doa-doa yang dipanjatkan tidak akan ditolak.[1]
٣٥٦٥ــ
ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءَ عِنْدَ النِّدَاءِ و عِنْدَ الْبَأْسِ حِيْنَ
يَلْحَمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا (د حب ك) عن سهل بن سعد (صح)ـ
3565- Dua (doa) tidak ditolak: Doa
ketika adzan dan doa ketika pertempuran saat sebagian mereka bergumul dengan
sebagiannya. (HR. Abu Dawud, Ibnu Hibban dan Hakim dari Sahl bin Sa`d. SHAHIH)
Ada dua doa yang tidak akan ditolak,
yaitu doa ketika telah dikumandangkannya adzan hingga shalat didirikan dan doa
ketika dalam barisan jihad fi sabilillah saat mereka saling serang dengan
musuh. [1]
١٩٤١ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى يُمْهِلْ حَتَّى إِذَا كَانَ ثُلُثُ اللَيْلِ
الآخِرُ نَزَلَ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَنَادَى: هَلْ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ؟ هَلْ مِنْ
تَائِبٍ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ؟ هَلْ مِنْ دَاعٍ؟
حَتَّى يَنْفَجِرَ الْفَجْرُ (حم م) عن أبى سعيد وأبى هريرة معا (صح)ـ
1941- Sesungguhnya Allah swt
menagguhkan sehingga apabila telah datang sepertiga malam yang akhir maka turun
ke langit dunia (terdekat) kemudian memanggil: “Apakah ada yang meminta
ampunan? Apakah ada yang bertaubat? Apakah ada yang meminta? Apakah ada yang
berdoa?” (begitu) sampai terang fajar. (HR. Ahmad dan Muslim dari Abi Sa`id dan
Abi Hurairah secara bersamaan. SHAHIH)
Hadits ini menunjukan keutamaan waktu
sepertiga malam yang akhir karena Allah swt menurunkan rahmat, ridha,
ampunan, pemberian, dan ijabah. [1]
١٣٤٩ــ أَقْرَبُ مَا يَكُوْنُ الرَّبُّ مِنَ الْعَبْدِ
فِى جَوْفِ الْلَيْلِ الآخِرِ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُوْنَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللهَ
فِى تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ (ت ن ك) عن عمرو عبسة (صح)ـ
1349- Yang paling dekat Tuhan dari
hamba adalah di waktu tengah malam yang akhir, maka apabila engkau bisa menjadi
orang yang berdzikir kepada Allah di waktu tersebut maka jadilah. (HR.
Tirmidzi, Nasaa-I, dan Hakim dari `Amr bin `Abasah. SHAHIH).
٨١٠٠ــ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَبِيْتُ عَلَى ذِكْرٍ
طَاهِرًا فَيَتَعَارَّ مِنَ اللَّيْلِ فَيَسْأَلُ اللهَ تَعَالَى خَيْرًا مِنْ أَمْرِ
الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ (حم د ه) عن معاذ (ح)ـ
8100- Tiada seorang muslim yang
bermalam dalam keadaan dzikir dan suci kemudian bangun pada sebagian waktu
malam kemudian meminta kepada Allah swt mengenai kebaikan dunia dan akherat terkecuali
Allah swt akan memberi apa yang dimintanya. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu
Majah dari Mu`adz. HASAN).
Seseorang yang bersuci dan berdzikir
sehingga dia tertidur dalam keadaan terebut maka ruhnya akan naik dan bersujud
di bawah Arasy tempat keluarnya anugrah – anugrah Allah swt. Sedangkan orang
yang tidur tidak dalam keadaan bersuci maka tidak dapat mencapai derajat
tersebut.
Kemudian apabila ia terbangun pada waktu
ijabah, kemudian minta kepada Allah swt mengenai kebaikan dunia dan akherat
maka Allah akan memberikan apa yang dimintanya tersebut.[1]