1.
٨٦٨ــ
إِذَا نَادَى الْمُنَادِى فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ واسْتُجِيْبَ الدُّعَاءُ
(ع ك) عن أبى أسامة (صح)ـ
868-
Apabila penyeru (adzan) menyeru maka dibukalah pintu – pintu langit dan
dikabulkanlah doa. (HR. Abu Ya`laa dan Hakim dari Abu Umamah. SHAHIH)
Dibukanya
pintu langit merupakan perumpamaan dari diangkatnya hijab dan dihilangkannya
penghalang sehingga doa diterima Allah swt. Pintu langit tetap terbuka selama
muadzin mengumandangkan adzan.
Hadits
ini aslinya memiliki lafazh yang panjang yaitu:
إذا نادَى المُنادي فُتِّحَتْ أبوابُ السَّماءِ
، واستُجيبَ الدُّعاءُ ، فمَن نزلَ بهِ كربٌ أو شِدَّةٌ فلْيتحَينِ المُنادي ، فإذا
كبَّرَ كبَّرَ ، وإذا تشهَّدَ تشهَّدَ ، وإذا قال : ( حيَّ على الصَّلاةِ ) قال :
( حيَّ على الصَّلاةِ ) ، وإذا قال : ( حيَّ على الفلاحِ ) قال : ( حيَّ على الفلاحِ
) ، ثمَّ يقولُ : ( اللَّهمَّ ربَّ هذهِ الدَّعوةِ التَّامَّةِ الصَّادقةِ المُستَجابةِ
المُستَجابُ لها دعوةُ الحقِّ ، وكلمةُ التَّقوَى ، أحْينا علَيها ، وأمتْنا علَيها
، وابعثْنا علَيها ، واجعلْنا مِن خيارِ أهلِها مَحْيَانَا وَمَمَاتَنَا ) . ثمَّ يسألُ
اللهَ حاجتَهُ ـ
Doa Setelah Adzan
اللَّهمَّ ربَّ هذهِ الدَّعوةِ التَّامَّةِ الصَّادقةِ
المُستَجابةِ المُستَجابُ لها دعوةُ الحقِّ ، وكلمةُ التَّقوَى ، أحْينا علَيها ، وأمتْنا
علَيها ، وابعثْنا علَيها ، واجعلْنا مِن خيارِ أهلِها مَحْيَانَا وَمَمَاتَنَا
Apabila adzan dikumandangkan maka
maka jawablah panggilan adzan tersebut dengan cara mengikuti bacaan muadzin.
Setelah itu bacalah doa sesudah adzan, doa taradhi, shalawat Nabi Saw, dan
berdoalah hajat apa saja yang kita inginkan.
٦٩١ــ
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ المُؤَذِّنُ (حم ق
٤) عن أبى سعيد (صح)ـ
691-
Apabila kalian mendengar panggilan azan maka ucapkanlah
seperti apa yang diucapkan muadzin. (HR Ahmad, Bukhari, Muslim,
Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaa-i dan Ibnu Majah dari Abu Sa`id. SHAHIH)
Hukum menjawab adzan adalah sunat menurut madzhab syafi`i
dan wajib menurut madzhab hanafi.
٦٨٩ــ
إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللهَ (طب) عن كعب بن عجرة (ح)ـ
689-
Apabila kalian mendengar seruan (adzan) maka penulihah (seruan) penyeru Allah.
(HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Ka`b bin Ujrah. SHAHIH)
Jika
muadzin mengumandangkan adzan maka jawablah dengan melakukan tiga hal berikut:
pertama mendengarkan suara adzan, kedua jawablah muadzin dengan cara
mengucapkan lafazh yang sama seperti yang dikumandangkan muadzin, ketiga
mendatangi shalat jamaah jika tidak ada udzur.
٧٠٢ــ
إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ
فإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَليَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا
اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ؛ فإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إلَّا
لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ تعالى وَأَرْجُو أنْ أكونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ
لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ (حم م ٣) عن إبن عمر (صح)ـ
702-
Apabila kalian mendengar (suara adzan) muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang
diucapkannya, kemudian bershalawatlah kalian kepadaku karena
sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan
bershalawat kepadanya sepuluh, setelah itu kalian mohonlah al-wasiilah
kepada Allah untukku, karena sesungguhnya al-wasiilah adalah suatu
kedudukan di surga yang tidak patut terkecuali bagi seorang hamba dari hamba –
hamba Allah swt dan aku berharap hamba tersebut adalah aku, maka barangsiapa
yang meminta al-wasiilah untukku maka halal-lah (wajiblah
mendapatkan) syafaat. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasaa-I, dan Tirmidzi dari
Ibnu Umar. SHAHIH)
Syafaat
bisa diperoleh oleh orang shalih dan orang durhaka karena fungsi syafaat adalah
menambahkan pahala kebaikan dan atau menghapuskan siksaan. Dalil ini
membatalkan pendapat mu`tazilah yang mengatakan jika syafaat khusus untuk orang
shalih saja.
Shahih
Bukhari Hadits 614
مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ
رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ
والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ، حَلَّتْ له شَفَاعَتي
يَومَ القِيَامَةِ.
Barangsiapa saat mendengar
panggilan adzan berkata: (اللَّهُمَّ
رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ
والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ) maka halal
(wajib) baginya syafaatku. (HR. Bukhari dari Jabir bin Abdillah. SHAHIH)
٦٧٢٣ــ
كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ قَالَ مِثْلَ مَا يَقُوْلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ حَيَّ
عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ
(حم) عن أبى رافع (ح)ـ
6723-
Apabila beliau mendengar orang adzan maka beliau mengucapkan seperti apa yang
diucapkan orang adzan tersebut sehingga apa bila sampai pada “Hayya
‘alash shalaah, Hayya ‘alal falaah” (حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ) “Mari kita menunaikan sholat, Mari kita meraih kemenangan” beliau mengucapkan “Laa haula
wa laa quwwata illaa billah “ (لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ) “Tiada daya dan tiada kekuatan, selain dengan (pertolongan)
Allah”. (HR. Ahmad dari Abi Abu Rai`. HASAN)
٦٧٢٤ــ
كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ يَتَشَهَّدُ قَالَ وَأَنَا وَأَنَا (د ك) عن عائشة
(صح)ـ
6724-
Apabila beliau mendengar orang adzan bertasyahud maka beliau mengucapkan : “Dan
aku, dan aku”. (HR. Abu Dawud dan Haakim dari Aisyah. SHAHIH)