٩٠٣ـ اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا يَقُوْلُ الْمُنَافِقُوْنَ
اِنَّكُمْ تُرَاؤُوْنَ (طب) عن ابن عباس (ض)ـ
903- Berdzikirlah kepada Allah swt
dengan dzikir yang membuat orang-orang munafik berkata sesungguhnya kalian
sedang berbuat riya. (HR. Thabrani ari Ibnu Abbas. DHAIF)
Berdzikirlah sebanyak-banyaknya
sehingga orang-orang munafik menuduh kalian sedang berbuat riya.[1]
٩٠٢ـ اذْكُرُوا اللهَ فَإِنَّهُ عَوْنٌ لَكَ عَلَى
مَا تَطْلُبُ (ابن عساكر) عن عطاء بن أبى مسلم مرسلا (ض)ـ
902- Berdzikirlah kepada Allah swt
karena hal tersebut membantu mewujudkan apa yang kalian cari. (HR. Ibnu Asaakir
dari `Atha` bin Abi Mulim secara mursal. DHAIF)
Allah swt cinta kepada orang-orang
yang berdzikir dan apabila mereka minta maka Allah swt akan memberi apa yang
dimintanya tersebut. [1]
8463- Barangsiapa yang taat kepada
Allah swt maka benar-benar telah berdzikir kepada Allah swt walaupun sedikit
shalatnya, sedikit puasanya, dan sedikit membaca al-Qur`an-nya. Dan barangsiapa
yang maksiat / tidak taat kepada Allah swt maka belum berdzikir kepada Allah
swt walaupun banyak shalatnya, banyak puasanya, dan banyak membaca
al-Qur`an-nya. (HR. Thabrani dari Waqid. HASAN).
Hadits ini menjelaskan bahwa hakekat
dzikir adalah menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi larangannya.
Sedangkan orang yang banyak dzikir tetapi tetap banyak menjalankan maksiat bagaikan
orang yang mentertawakan hokum-hukum Allah swt.[1]
٧٤١٢ـ لَوْ أَنَّ رَجُلًا فِى حِجْرِهِ دَرَاهِيْمُ
يَقْسِمُهَا وَآخَرَ يَذْكُرُ اللهَ كَانَ الذَّاكِرُ لِلهِ أَفْضَلُ (طس) عن أبي موسى
(ح)ـ
7412- Seandainya seseorang
dipangkuannya ada beberapa dirham yang dibagikannya dan yang lainnya berdzikir
kepada Allah maka orang yang berdzikir kepada Allah lebih utama. (HR. Thabrani
dari Abu Musa. HASAN)
Hadits ini menunjukan dzikir lebih
utama dari sedekah harta, tetapi sebagian kecil ulama ada berpendapat
sebaliknya dengan menggunakan dalil-dalil yang lainnya.[1]
١٢٥٣ـ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ
وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلّهِ (ت ن ه حب ك) عن جابر (صح)ـ
1253-
Dzikir paling utama adalah (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ)
dan doa paling utama adalah (الْحَمْدُ لِلّهِ).
(HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)
Kalimat
(لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) paling utama karena
tidak sah iman terkecuali dengan kalimat tersebut, dan kalimat tersebut menafikan
ketuhanan selain Allah swt dan menetapkan Allah swt sebagai satu-satunya Tuhan
Yang Maha Esa.
Sesungguhnya
orang yang memuji Allah swt tidak lain dan tidak bukan sama saja dengan memuji
nikmat-nikmat Allah swt dan memuji nikmat-nikmat Allah swt sama saja dengan melipatgandakan
nikmat tersebut. Selain itu kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ)
merupakan bagian dari dzikir. Dengan kata lain satu kalimat mencakup tiga hal
sekaligus: dzikir, doa, dan melipatgandakan nikmat. Maka pantaslah kalau
kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ) menjadi doa yang
paling utama.[1]
7026- Beliau berdzikir kepada Allah
swt dalam setiap waktunya. (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari
Aisyah. SHAHIH)
Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam mengingat Allah swt sepanjang waktu, baik dalam keadaan suci maupun
berhadats, baik dalam keadaan duduk mapun berdiri atau berbaring.
Hadits diatas bersifat umum,
ditakhshih dengan kemakruhan berdzikir ketika buang hajat, junub atau bersetubuh.[1]