=
٤٣٣٠ـ ذِكْرُ اللهِ شِفَاءُ القُلُوْبِ (فر) عن
أنس (ض)ـ
4330- Mengingat Allah swt adalah penyembuh
hati. (HR. Dailami dari Anas. DHAIF)
Obat dari gelapnya hati karena dosa-dosa
dan membersihkan dari sampah kelalaian.[1]
=
=
٤٣٣٠ـ ذِكْرُ اللهِ شِفَاءُ القُلُوْبِ (فر) عن
أنس (ض)ـ
4330- Mengingat Allah swt adalah penyembuh
hati. (HR. Dailami dari Anas. DHAIF)
Obat dari gelapnya hati karena dosa-dosa
dan membersihkan dari sampah kelalaian.[1]
=
=
٨٤٦٣ـ مَنْ أطَاعَ اللهَ فَقَدْ ذَكَرَ اللهَ
وَإِن قَلَّتْ صَلَاتُهُ وَصِيَامُهُ وَتِلَاوَتُهُ لِلْقُرْآنِ، وَمَنْ عَصَى اللهَ
فَلَمْ يَذْكُرْهُ اللهَ وَإِن كَثُرَتْ صَلَاتُهُ وَصِيَامُهُ وَتِلَاوَتُهُ لِلْقُرْآنِ
(طب) عن واقد (ح)ـ
8463- Barangsiapa yang taat kepada
Allah swt maka benar-benar telah berdzikir kepada Allah swt walaupun sedikit
shalatnya, sedikit puasanya, dan sedikit membaca al-Qur`an-nya. Dan barangsiapa
yang maksiat / tidak taat kepada Allah swt maka belum berdzikir kepada Allah
swt walaupun banyak shalatnya, banyak puasanya, dan banyak membaca
al-Qur`an-nya. (HR. Thabrani dari Waqid. HASAN).
Hadits ini menjelaskan bahwa hakekat
dzikir adalah menjalankan perintah Allah swt dan menjauhi larangannya.
Sedangkan orang yang banyak dzikir tetapi tetap banyak menjalankan maksiat bagaikan
orang yang mentertawakan hokum-hukum Allah swt.[1]
=
=
٧٤١٢ـ لَوْ أَنَّ رَجُلًا فِى حِجْرِهِ دَرَاهِيْمُ
يَقْسِمُهَا وَآخَرَ يَذْكُرُ اللهَ كَانَ الذَّاكِرُ لِلهِ أَفْضَلُ (طس) عن أبي موسى
(ح)ـ
7412- Seandainya seseorang
dipangkuannya ada beberapa dirham yang dibagikannya dan yang lainnya berdzikir
kepada Allah maka orang yang berdzikir kepada Allah lebih utama. (HR. Thabrani
dari Abu Musa. HASAN)
Hadits ini menunjukan dzikir lebih
utama dari sedekah harta, tetapi sebagian kecil ulama ada berpendapat
sebaliknya dengan menggunakan dalil-dalil yang lainnya.[1]
=
=
١٢٥٣ـ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ
وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلّهِ (ت ن ه حب ك) عن جابر (صح)ـ
1253-
Dzikir paling utama adalah (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ)
dan doa paling utama adalah (الْحَمْدُ لِلّهِ).
(HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)
Kalimat
(لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) paling utama karena
tidak sah iman terkecuali dengan kalimat tersebut, dan kalimat tersebut menafikan
ketuhanan selain Allah swt dan menetapkan Allah swt sebagai satu-satunya Tuhan
Yang Maha Esa.
Sesungguhnya
orang yang memuji Allah swt tidak lain dan tidak bukan sama saja dengan memuji
nikmat-nikmat Allah swt dan memuji nikmat-nikmat Allah swt sama saja dengan melipatgandakan
nikmat tersebut. Selain itu kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ)
merupakan bagian dari dzikir. Dengan kata lain satu kalimat mencakup tiga hal
sekaligus: dzikir, doa, dan melipatgandakan nikmat. Maka pantaslah kalau
kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ) menjadi doa yang
paling utama.[1]
=
=
٧٠٢٦ـ كَانَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى عَلَى كُلِّ
أَحْيَانِهِ (م د ت ه) عن عائشة (صح)ـ
7026- Beliau berdzikir kepada Allah
swt dalam setiap waktunya. (HR. Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari
Aisyah. SHAHIH)
Rasulullah shallallahu `alaihi wa
sallam mengingat Allah swt sepanjang waktu, baik dalam keadaan suci maupun
berhadats, baik dalam keadaan duduk mapun berdiri atau berbaring.
Hadits diatas bersifat umum,
ditakhshih dengan kemakruhan berdzikir ketika buang hajat, junub atau bersetubuh.[1]
=
=
٤٠٠٩ـ خَيْرُ الذِّكْرِ الْخَفِيُّ، وَخَيْرُ
الرِّزْقِ مَايَكْفِى (حم حب هب) عن سعد (صح)ـ
4009- Sebaik-baik dzikir adalah yang
tersembunyi dan sebaik-baik rizki adalah yang mencukupi. (HR. Ahmad, Ibnu
Hibban, an Baihaqi dari Sa`d. SHAHIH).
Orang yang menyembunyikan dzikirnya
sehingga tidak ada yang tahu selain dirinya sendiri maka Allah swt akan
menyembunyikan betapa besar pahalanya sehingga tidak ada yang tahu selain Dia.[1]
=
=
٨٦٧٤ـ مَنْ ذَكَرَ اللهَ فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ
مِنْ خَشْيَةِ اللهِ حَتَّى يُصِيْبَ الْأَرْضَ مِنْ دُمُوْعِهِ لَمْ يُعَذِّبْهُ اللهُ
يَوْمَ الْقِيَامَةِ (ك) عن أنس (ح)ـ
8674- Barangsiapa yang dzikir kepada
Alah swt lalu kedua matanya mengeluarkan air mata karena takut kepada Allah swt
sehingga sebagian air matanya mengenai bumi maka Allah swt tidak akan
menyiksanya kelak pada hari kiamat. (HR. Hakim dari Anas. HASAN).
Karena Allah swt tidak akan
mengumpulkan dua ketakutan. Barang siapa yang takut kepada Allah swt di dunia
maka kelak di akherat dia masuk kelompok orang – orang yang tidak mengalami
ketakutan dan kesedihan.[1]
=