Syarah Hikam Hikmah ke-206
٢٠٦ـ أَنْوَارٌ أُذِنَ لَها فِي الوُصُولِ ، وَأَنْوَارٌ
أٌذِنَ لَهَا فِي الدُّخُولِ ـ
206- Ada cahaya – cahaya yang diijinkan
sampai ke hati dan ada cahaya – cahaya yang diijinkan masuk ke dalam hati.
Cahaya yang datang dari Allah swt kepada hati
manusia terbagi menjadi dua: (1) cahaya yang sampai kepada zhahirnya hati saja
(2) cahaya yang masuk ke dalam hati.
Cahaya yang berada di bagian luar hati membuat
seseorang masih melihat dirinya dan Tuhan-nya, dunianya dan akheratnya,
terkadang ia bersama dirinya dan terkadang bersama Tuhan-Nya, terkadang beramal
untuk dunianya dan terkadang beramal untuk akheratnya.
Cahaya yang berada dalam hati seseorang membuat
seseorang hanya melihat wujudnya Allah swt semata, oleh karena hal tersebut
maka ia tidak mencintai selain hanya mencintai Allah semata, tidak beribadah
selain hanya beribadah kepada Allah semata. (Ghaitsul Mawahib).
Contoh cahaya yang baru sampai ke hati (di
bagian luar): Uangku yang aku sedekahkan karena Allah swt untuk hukumnya Allah
swt. Cahaya seperti ini sudah benar tetapi masih ada aku dan Allah, masih
merasa uang adalah uangku dan aku berikan demi kepentingan agama Allah swt.
Contoh cahaya yang telah sampai ke dalam
relung hati: Ini uang Allah dan aku sedekahkan sesuai perintah Allah swt.
Cahaya seperti ini sudah benar karena yang ada hanya Allah swt dan tidak lagi
melihat terhadap diri sendiri. (Gus Baha)
Untuk menjelaskan hikmah ini Syarah
Iiqaazhul Himam mengutip sebuah hadits Nabi saw:
النُّورُ إِذَا دَخَلَ القَلبَ انفسحَ وانشرَحَ
، قِيْلَ: فَهَلْ لَهُ مِنْ عَلَامَةٍ يَا رَسُوْل الله؟ قَالَ: نَعَمْ، التَّجَافِي
عَن دَارِ الغُرورِ، والإنابةُ إلى دارِ الخُلودِ، وَالتَّزَوَّدُ لَسُكْنَى الْقُبُوْرِ،
وَالتَّأَهُّبُ لِيَوْمِ النُّشُوْرِ
Cahaya apabila masuk ke dalam hati maka hati
tersebut menjadi luas dan lapang, ditanyakan: ”Apakah ia mempunyai tanda Ya
Rasululallah?” dijawab: “benar, ada”, (yaitu) merenggang
dari rumah yang menipu, memilih rumah yang kekal, mempersiapkan diri untuk alam
kubur, dan bersiap untuk hari kebangkitan.
Hadits sejenis juga banyak di kutip
para mufassir seperti Imam Thabari ketika menafsirkan surat Al-An`am ayat 125:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا
يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ
لَا يُؤْمِنُونَ (125)ـ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah
menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS.
Al-An`am: 125)
Sumber
1.
Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 252-253.
2.
Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 22.1. Hlm.396
3. Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 206, hlm. 248.
4.
Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 204. Hlm 138.
5.
Al-Buthi (الحكم العطاية شرح وتحليل) Hikmah 200. Juz 4. Hlm.385.
6.
Terjemah A. Sunarto Hikmah 90. Hlm. 281-284.
7.
Terjemah Syarnubi : Hikmah 197. Hlm. 759.
8.
https://www.youtube.com/watch?v=WfiZGT8dRZM [01:09:35 - ]