٦٣٣٧ــ
كُلُّ كَلَامٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللّٰهِ فَهُوَ أَجْدَمُ (د) عن أبي هريرة
(صح)ـ
٦٣٣٧ــ
كُلُّ كَلَامٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللّٰهِ فَهُوَ أَجْدَمُ (د) عن أبي هريرة
(صح)ـ
٦٢٨٣ــ
كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِالْحَمْدِ لِلّٰهِ أَقْطَعُ (ه هق) عن
أبي هريرة (ح)ـ
6283-
Setiap perkara baik (penting) yang tidak didahului dengan hamdalah
adalah buntung. (HR. Ibnu Majah dan Baihaki dari Abu Hurairah. SHAHIH)[1]
٣٩٥٦ــ
خَمْسٌ مِنْ حَقِّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ: رَدُّ التَّحِيَّةِ، وَإِجَابَةُ
الدَّعْوَةِ، وَشُهُوْدُ الْجَنَازَةِ، وَعِبَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَتَشْمِيْتُ العَاطِشِ
إِذَاحَمِدَ اللهَ (ه) عن أبى هريرة (صح)ـ
3956-
Lima perkara merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya: Membalas
penghormatan, mendatangi undangan, menyaksikan jenazah, menengok orang sakit,
menyahuti orang bersin kalau ia membaca hamdalah. (HR. Ibnu Majah dari Abu
Hurairah. SHAHIH)
Lima
hak orang lain yang harus kita berikan: membalas penghormatan yang dia berikan
kepada kita semisal dia mengucapkan salam (السلام عليكم) maka kita wajib menjawabnya. Mendatangi undangan pernikahan
atau lainnya, yang pertama hukumnya wajib dan yang kedua sunnah. Menyaksikan
jenazah dan mensholatinya, lebih utama lagi jika ikut mengurus dan mengantarkannya
ke pemakaman. Menengok orang sakit. Menyahuti orang bersin yang membaca
hamdalah, misalkan dengan mendoakannya yarhamukallah (يَرْحَمُكَ اللهُ).[1]
١٧٩٥ــ
إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَرْضٰى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبَ
الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ ٱللهَ عَلَيْهَا (حم م ت ن) عن أنس (صح)ـ
1795-
Sesungguhnya Allah swt ridha dari seorang hamba untuk makan sesuap atau minum
seteguk kemudian memuji Allah atasnya (misalnya dengan membaca alhamdulillah).
(HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaai dari Anas. SHAHIH)[1]
٣٤٠٣ــ
اَلتَّسْبِيْحُ نِصْفُ الْمِيْزَانِ، وَ الْحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَؤُهُ، وَ لَا إِلهَ
إِلَّا اللّهُ لَيْسَ لَهَا دُوْنَ ٱللهِ حِجَابٌ حَتَّى تَخْلُصُ إِلَيْهِ (ت) عن
إبن عمرو (صح)ـ
3403-
Tasbih (سُبْحَانَ
اللّهِ)
separuh timbangan, dan hamdalah (الْحَمْدُ لِلّهِ) memenuhinya, dan tahlil (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) tidak ada dinding baginya dihadapan Allah sehingga ia lolos
kepada-Nya (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar. SHAHIH)[1]
Mengenai pahala tasbih
dan tahmid ada dua penjelasan: Pertama, pahala keduanya sama, sama –
sama separuh timbangan, sehingga jika disatukan memenuhi timbangan. Dzikir merupakan ibu (pokok) dari ibadah
badaniah, asal disyariatkannya adalah untuk mensucikan Allah swt (tabih) dan
memuji Allah swt (tahmid), nah… bacaan tasbih memenuhi satu unsur ibadah
tersebut sehingga dikatakan hanya berpahala separuh timbangan.
Kedua, pahala tahmid
dua kali lipat pahala tasbih. Karena bacaan tahmid bisa memenuhi kedua
unsur dzikir badaniah, yaitu tahmid jelas memuji Allah swt yang bersifat
Maha Sempurnah. Jika Maha Sempurnah maka Allah swt suci dari sifat – sifat kekurangan,
nah… ini dia yang disebut tasbih (mensucikan Allah swt). Jadi bacaan
tahmid mencakup dua hal, yaitu tahmid dan tasbih, oleh karena itu disebutkan
pahalanya dua kali lipat tasbih.
[1] Jaami`ush
Shaghiir 3403. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3403.
٤٠٢٨ــ
خَيْرُ الْكَلَامِ أَرْبَعٌ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدأْتَ: سُبْحَانَ اللّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ
وَ اللّهُ أَكْبَرُ (ابن النجار فر) عن أبى هريرة (صح)ـ
4028-
Kalimat terbaik itu ada empat, tidak membahayakanmu dengan yang mana kamu
memulainya: (سُبْحَانَ
اللّهِ وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا
اللّهُ وَ اللّهُ أَكْبَرُ). (HR. Ibnu Najjaar dan Dailami dari Abu Hurairah. SHAHIH)[1]
٦٧٠١ــ كَانَ إِذَا رَأَى مَايُحِبُّ قَالَ: اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَإِذَا رَأَى مَايَكْرَهُ قَالَ: اَلْحَمْدُ
لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ (ه) عن
عائشة (صح)ـ
6701- Apabila beliau melihat sesuatu yang dicintainya maka
beliau berkata (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ) Segala puji bagi Allah yang dengan nikmat-Nya segala hal baik jadi
sempurna dan apabila beliau melihat sesuatu yan tidak disukainya maka
beliau membaca (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ
النَّارِ) Segala puji bagi Allah atas segala keadaan, Wahai Tuhanku, aku
berlindung kepada-Mu dari keadaan ahli neraka. (HR. Ibnu Majah dari Aisyah.
SHAHIH)[1]
٧٨٤٣ــ مَاأَنْعَمَ ٱللهُ تَعَالَى عَلَى عَبْدٍ
مِنْ نِعْمَةٍ فَقَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ إِلَّا أَدَّى شُكْرَهَا فَإِنْ قَالَهَ
الثَّانِيَةَ جَدَّدَ اللهُ لَهُ ثَوَابَهَا فَإِنْ قَالَهَا الثَّالِثَةَ غَفَرَ اللهُ
لَهُ ذُنُوْبَهُ (ك ه) عن جابر (صح)ـ
7843- Tidaklah Allah swt
memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian mengucapkan Alhamdulillah (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ)
melainkan ia telah melaksanakan syukurnya, kemudian
apabila mengucapkannya kedua kalinya maka Allah swt akan memperbaharui pahalanya
untuknya, kemudian apabila mengucapkannya ketiga kalinya maka Allah akan
mengampuni dosa-dosanya. (HR. Haakim dan Ibnu Majah dari Jabir. SHAHIH)[2]