١٧٤٣ــ
إِنَّ اللهَ تَعَالَى رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَيْهِ مَالَايُعْطِى
عَلَى الْعُنْفِ (خد د) عن عبد الله بن مغفل (ه حب) عن أبى هريرة (حم هب) عن على (طب)
عن أبى أمامة (البزار) عن أنس (ح)ــ
1743-
Sesungguhnya Allah swt Maha Lemah Lembut (رَفِيْقٌ) dan mencintai kelemah-lembutan, dan memberinya apa yang tidak
diberikan-Nya kepada kekerasan. (HR. Bukhari dalam Al-Adab dan Abu Dawud dari
Abdullah bin Mughaffal. Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah.
Riwayat Ahmad dan Baihaqi dalam Syu`abul Iman dari Ali. Riwayat Thabrani dari
Abi Umamah. Riwayat Al-Bazzar dari Anas. HASAN)
Menurut
Imam Nawawi menyebut Allah swt Ar-Rafiiq boleh saja seperti bolehnya
menamakan Allah dengan nama-nama yang lain berdasarkan khabar ahad. Sedangkan
menurut ulama yang lain tidak boleh memutlakan nama Ar-Rafiiq kepada
Allah swt karena tidak adanya khabar yang mutawatir, sedankan nama – nama Allah
harus ditetapkan berdasarkan khabar yang mutawatir. [1]