Laman
- Beranda
- جمع الجوامع
- الجامع الصغير
- الفتح الكبير
- كنوز الحقائق
- صحيح الجامع الكبير
- صحيح الجامع الصغير
- صحيح الفتح الكبير
- صحيح كنوز الحقائق
- صحيح الإمام السيوطي
- صحيح البخاري
- صحح مسلم
- لُبَابُ الحَدِيْثِ
- Muttafaq `Alaihi [ق ]
- Shahih Bukhari
- Shahih Muslim
- Mukhtashar Shahih Bukhari Muslim Imam Suyuthi
- Dzikir dan Do`a
- Pengobatan Islam
- Al-Arba`iin wa Al-Arba`iin
- Adzkar Nawawi
- YouTube
- Tafsir Munir Imam Nawawi
- MANHAJ ILMU GUS BAHA
- HIKAM
Selasa, 12 Agustus 2025
Sabtu, 15 Februari 2025
INTISARI SEBAGIAN ILMU ALLAH SWT - AL-JAAMI` (Yang Maha Mengumpulkan) (الجامع)
AL-JAAMI` (Yang
Maha Mengumpulkan) (الجامع)
Salah
satu Asma Allah swt adalah al-Jaami`. Ketika kita berpikir
dimanakah Allah swt mengumpulkan sebagian ilmu-ilmunya? maka kita akan mendapatkan jawaban bahwa
sebagian ilmu Allah swt terkumpul di dalam surat Al-Fatihah, pada level
berikutnya terkumpul dalam tiga buah hadits yang sangat istimewa, dan pada
level berikutnya terkumpul dalam satu kaidah i`ibarul mashalih (demi
kebaikan).
A.
YANG MENGUMPULKAN MAKNA AL-QURAN
Salah
satu Asma Allah swt adalah al-Jaami`, Allah swt mengumpulkan
makna 104 kitab yang pernah diturunkanNya di dalam empat kitab Taurat, Zabur,
Injil, dan Al-Furqan. Kemudian Allah swt mengumpukan makna keempat kitab
tersebut di dalam Al-Furqan. Kemudian Allah swt mengumpulkan makna Al-Furqan di
dalam Al-Mufashshal (surat pendek). Kemudian Allah swt mengumpulkan
makna Al-Mufashshal di dalam Fatihatul Kitab (SuratAl-Fatihah). Oleh karena itu
barang siapa yang mengetahui tafsir Al-Fatihah maka ia seperti orang yang mengetahui
tafsir semua kitab yang pernah diturunkan. Barang siapa yang membacanya maka
seakan-akan ia membaca Taurat, Injil, Zabur, dan Al-Qurqan.
Kenapa
demikian? Karena isi semua kitab Ilahiyah adalah tentang ilmu ushul, ilmu
furu`, dan ilmu mukasyafah, sedangkan surat Al-Fatihah mengandung semua itu,
oleh karenanya seakan-akan semua makna kitab yang pernah diturunkan terkandung
di dalam surat Al-Fatihah.
Dihimpun
dari kitab Tafsir Al-Kabir karya Imam Fakhrur Razi Juz I halaman 189:
وَعَنِ الْحُسَيْنِ
قَالَ: أَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى مِائَةً وَأَرْبَعَةَ كُتُبٍ مِنَ السَّمَاءِ فَأَوْدَعَ
عُلُومَ الْمِائَةِ فِي الْأَرْبَعَةِ، وَهِيَ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ وَالزَّبُورُ
وَالْفَرْقَانُ، ثُمَّ أَوْدَعَ عُلُومَ هَذِهِ الْأَرْبَعَةِ فِي الْفُرْقَانِ، ثُمَّ
أَوْدَعَ عُلُومَ الْفُرْقَانِ فِي الْمُفَصَّلِ، ثُمَّ أَوْدَعَ عُلُومَ الْمُفَصَّلِ
فِي الْفَاتِحَةِ فَمَنْ عَلِمَ تَفْسِيرَ الْفَاتِحَةِ كَانَ كَمَنْ عَلِمَ تَفْسِيرَ
جَمِيعِ كُتُبِ اللَّهِ الْمُنَزَّلَةِ، وَمَنْ قَرَأَهَا فَكَأَنَّمَا قَرَأَ التَّوْرَاةَ
وَالْإِنْجِيلَ وَالزَّبُورَ وَالْفُرْقَانَ.(كتاب تفسير الرازي مفاتيح الغيب أو التفسير
الكبير . الباب الثاني في فضائل هذه السورة وفيه مسائل).
قُلْتُ: وَالسَّبَبُ
فِيهِ أَنَّ الْمَقْصُودَ مِنْ جَمِيعِ الْكُتُبِ الْإِلَهِيَّةِ عِلْمُ الْأُصُولِ
وَالْفُرُوعِ وَالْمُكَاشَفَاتِ وَقَدْ بَيَّنَّا أَنَّ هَذِهِ السُّورَةَ مُشْتَمِلَةٌ
عَلَى تَمَامِ الْكَلَامِ فِي هَذِهِ الْعُلُومِ الثَّلَاثَةِ، فَلَمَّا كَانَتْ هَذِهِ
الْمَطَالِبُ الْعَالِيَةُ الشَّرِيفَةُ حَاصِلَةٌ فِيهَا لَا جَرَمَ كَانَتْ كَالْمُشْتَمِلَةِ
عَلَى جَمِيعِ الْمَطَالِبِ الْإِلَهِيَّةِ. (كتاب تفسير الرازي مفاتيح الغيب أو التفسير
الكبير . الباب الثاني في فضائل هذه السورة وفيه مسائل).
B.
YANG MENGUMPULKAN MAKNA HADITS
Hadits
Nabi Muhammad saw jumlahnya sangat banyak sampai dengan puluhan ribu. Dari
puluhan ribu hadits tersebut ada tiga hadits yang memiliki kedudukan sangat
istimewa karena maknanya masing – masing mengumpulkan sepertiga ilmu agama islam. Hadits tersebut
adalah hadits tentang niat (Bukhari no:1 , Muslim no:1907), hadits tentang amal
yang tidak memiliki dalil (Bukhari no:2697, Muslim no:1718), dan hadits tentang
halal dan haram (Bukhari no:52, Muslim no:1599)
Dikumpulkan
dari Kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani Jilid II
halaman 10.
وَاتَّفَقَ عَبْدُ
الرَّحْمَنِ بْنُ مَهْدِيٍّ، وَالشَّافِعِيُّ فِيمَا نَقَلَهُ الْبُوَيْطِيُّ عَنْهُ
وَأَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ، وَعَلِيُّ بْنُ الْمَدِينِيِّ، وَأَبُو دَاوُدَ، وَالتِّرْمِذِيُّ،
وَالدَّارَقُطْنِيُّ، وَحَمْزَةُ الْكِنَانِيُّ عَلَى أَنَّهُ ثُلُثُ الْإِسْلَامِ،
وَمِنْهُمْ مَنْ قَالَ رُبُعُهُ، وَاخْتَلَفُوا فِي تَعْيِينِ الْبَاقِ. وَوَجَّهَ
الْبَيْهَقِيُّ كَوْنَهُ ثُلُثَ الْعِلْمِ بِأَنَّ كَسْبَ الْعَبْدِ يَقَعُ بِقَلْبِهِ
وَلِسَانِهِ وَجَوَارِحِهِ، فَالنِّيَّةُ أَحَدُ أَقْسَامِهَا الثَّلَاثَةِ وَأَرْجَحُهَا
؛ لِأَنَّهَا قَدْ تَكُونُ عِبَادَةً مُسْتَقِلَّةً وَغَيْرُهَا يَحْتَاجُ إِلَيْهَا،
وَمِنْ ثَمَّ وَرَدَ: نِيَّةُ الْمُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ، فَإِذَا نَظَرْتَ
إِلَيْهَا كَانَتْ خَيْرَ الْأَمْرَيْنِ. وَكَلَامُ الْإِمَامِ أَحْمَدَ يَدُلُّ عَلَى
أَنَّهُ بِكَوْنِهِ ثُلُثَ الْعِلْمِ أَنَّهُ أَرَادَ أَحَدَ الْقَوَاعِدِ الثَّلَاثَةِ
الَّتِي تُرَدُّ إِلَيْهَا جَمِيعُ الْأَحْكَامِ عِنْدَهُ، وَهِيَ هَذَا وَمَنْ عَمِلَ
عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ وَالْحَلَالُ بَيِّنٌ وَالْحَرَامُ
بَيِّنٌ.
Ketiga hadits
tersebut adalah
Hadits Pertama
إنَّما الأعمالُ
بالنِّيَّاتِ وإنَّما لِكلِّ امرئٍ ما نوى ـ أخرجه البخارى (1) مسلم (1907) ـ
Sesungguhnya
setiap amalan tergantung niatnya, dan setiap orang akan memperoleh sesuai
dengan niatnya masing-masing.(HR.
Bukhari:1 ,Muslim:1907)
Hadits Kedua
مَنْ عَمِلَ عَمَلًا
لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ. أخرجه البخاري (2697)، ومسلم (1718)ـ
Barangsiapa
yang melakukan suatu amalan yang bukan bagian dari perkara (agama) kami maka
amalan itu tertolak. (HR.
Bukhari:2697, Muslim :1718)
Hadits Ketiga
الحَلَالُ بَيِّنٌ،
والحَرَامُ بَيِّنٌ، وبيْنَهُما مُشَبَّهَاتٌ لا يَعْلَمُهَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ
ـ أخرجه البخاري (52) مسلم (1599)ـ
Yang halal itu
jelas dan yang haram itu jelas, dan diantara keduanya terdapat perkara -
perkara syubhat (samar) yang tidak diketahui oleh kebanyakan manusia. (HR. Bukhari:52 , Muslim:1599)
C.
YANG MENGUMPULKAN HUKUM FIKIH
Syeh
Izuddin bin Abdussalam mengembalikan semua persoalaan fikih kepada kaidah i`tibarul
mashaalih wa dar`ul mafasid (اعْتِبَار الْمَصَالِح
وَدَرْء الْمَفَاسِد) pertimbangan
kemaslahatan dan menolak kerusakan. Bahkan terkadang dikembalikan hanya
pada satu kaidah (اعْتِبَار الْمَصَالِح) pertimbangan kemaslahatan, karena dar`ul mafaasid
bagian dari i`tibaarul mashaalih.
Dikumpulkan
dari kitab Al-Asybah wan Nazhair karya Imam Suyuthi, Kitab
pertama kaidah pertama.
بَلْ رَجَّعَ
الشَّيْخ عِزُّ الدِّينِ بْنُ عَبْدِ السَّلَامِ الْفِقْه كُلّه إلَى اعْتِبَار
الْمَصَالِح وَدَرْء الْمَفَاسِد، بَلْ قَدْ يَرْجِع الْكُلّ إلَى اعْتِبَار
الْمَصَالِح، فَإِنَّ دَرْء الْمَفَاسِد مِنْ جُمْلَتهَا
a
Rabu, 20 Maret 2024
Minggu, 01 Januari 2023
SYARAH HIKAM HIKMAH KE-208: Melatih Diri Ridha Kepada Takdir
٢٠٨ـ حُقُوقٌ فِي الأَوْقَاتِ يُمْكِنُ قَضَاؤُهَا
، وَحُقُوقُ الأَوْقَاتِ لا يُمْكِنُ قَضَاؤُهَا، إِذْ مَا مِنْ وَقْتٍ يَرِدُ إِلاَّ
وَللهِ عَلَيْكَ فِيهِ حَقٌّ جَدِيدٌ ، وَ أَمْرٌ أَكِيْدٌ ، فَكَيْفَ تَقْضِي فِيْهِ
حَقَّ غَيْرِهِ وَأَنْتَ لمْ تَقْضِ حَقَّ اللهِ فِيهِ ـ
208- Hak – hak yang di atur di
dalam waktu mungkin saja diqodha tetapi hak – haknya waktu tidak mungkin dikodha
karena tidak ada satu waktupun yang datang terkecuali ada hak baru yang wajib
atasmu dan perintah (baru) yang ditekankan. Bagaimana kamu bisa menunaikan hak
selain Allah padahal kamu tidak menunaikan hak Allah dalam waktu tersebut.
Salah satu contoh perbuatan yang tidak bisa
diqadha adalah sikap kita kepada Allah swt yang harus selalu baik dan ridha
kepada Allah swt.
Untuk melatih sikap tersebut Gus Baha
mengajarkan beberapa hal berikut:
1. Membaca doa bangun tidur, terus
wudhu, terus shalat.
2. Jika belum bisa yang penting ingat
Allah, ingatlah sisi baik Allah swt saja
3. Membaca doa taradhi pagi
dan sore masing – masing tiga kali
4. Latihlah ridha setiap bangun tidur
dengan cara menikmati atau melakukan yang disenangi seperti ngopi.
5. Bahagia, Senang, Tertawa sebagai
tanda ridha kepada takdir Allah swt
6. Jangan sampai mrengut kepada Allah
swt
7. Dosa terbesar adalah lupa kepada
Allah swt
Al-`Ankabut
وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ ۖ
وَمَا يَعْقِلُهَا إِلَّا الْعَالِمُونَ (43)ـ
43- Dan
perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia; dan tidak ada yang akan
memahaminya kecuali mereka yang berilmu. (QS. Al-Ankabut: 43)
Bangun Tidur
يَعْقِدُ الشَّيْطَانُ عَلَى قَافِيَةِ رَأْسِ أَحَدِكُمْ
إِذَا هُوَ نَامَ ثَلاَثَ عُقَدٍ، يَضْرِبُ كُلَّ عُقْدَةٍ عَلَيْكَ لَيْلٌ طَوِيلٌ
فَارْقُدْ. فَإِنْ اسْتَيْقَظَ فَذَكَرَ اللَّهَ انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ تَوَضَّأَ
انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَإِنْ صَلَّى انْحَلَّتْ عُقْدَةٌ، فَأَصْبَحَ نَشِيطًا طَيِّبَ
النَّفْسِ وَإِلاَّ أَصْبَحَ خَبِيثَ النَّفْسِ كَسْلاَنَ (بخارى:١١٤٢، مسلم:٧٧٦)ـ
Setan mengikat tiga tali
ikatan di atas tengkuk kepala seseorang dari kalian saat dia tidur, setan
mengencangkan ikatan tersebut (sambil berkata): Malam
masih panjang maka tidurlah. Jika dia
bangun dan mengingat Allah maka lepaslah satu tali ikatan. Jika kemudian dia berwudhu maka lepaslah tali yang
kedua, dan jika ia mendirikan shalat lepaslah satu tali ikatan, dan pada pagi
harinya ia akan merasakan semangat dan jiwa yang tentram. Namun bila dia tidak melakukan itu, maka pagi itu
jiwanya tidak tentram dan ia merasa malas.(HR. Bukhari 1142. Muslim 776)
Sumber
https://www.youtube.com/watch?v=ietbHgd-ULs [28:07 – 1:01:20]
SYARAH HIKAM HIKMAH KE-207: Supaya Cahaya Ilahi Betah di Hati
٢٠٧ـ رُبَّمَا وَرَدَتْ عَلَيْكَ الأَنْوَارُ
فَوَجَدَتِ القَلْبَ مَحْشُوَّاً بِصُوَرِ الآثَارِ فَارتَحَلَتْ من حَيْثُ جَاءَتْ،
فَرِّغْ قَلْبَكَ مِنَ الأَغْيَارِ يمْلأْهُ بِالمَعَارِفِ وَالأَسْرَارِ، لا تَسْتَبْطِئْ
النَّوَالَ ، وَلَكِنْ اسْتَبْطِئْ مِنْ نَفْسِكَ وُجُودَ الإِقْبَالِ ـ
207- Terkadang banyak cahaya telah datang
kepadamu dan mendapatkan hatimu penuh dengan gambaran – gambaran keduniawian
maka dia pergi kembali ke tempat asal dia datang. Kosongkanlah hatimu dari
keduniawian maka Allah akan memenuhinya dengan ma`rifat dan rahasia – rahasia. Janganlah
kamu menganggap lambat datangnya berbagai karunia tetapi anggaplah dirimu yang
lambat menghadap kepada – Nya.
Gus Baha menjelaskan shuwaril atsar
dengan Sifat ananiah,fir`auniyah, mengatur, sifat saya merupakan salah satu
yang membuat nur pergi.
Air hujan itu suci mensucikan tetapi nasibnya
akan di tentukan oleh wadah yang menampungnya, jika alat penampungnya suci maka
air tersebut akan dihukumi suci tetapi jika alat penampungnya najis maka air
tersebut akan dihukumi najis.
Sumber
1.
Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 255-253.
2.
Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 22.2. Hlm.397-400.
3. Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 207, hlm. 248.
4.
Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 205-207. Hlm 138.
5.
Al-Buthi (الحكم العطاية شرح وتحليل) Hikmah 200. Juz 4. Hlm.385.
6.
Terjemah A. Sunarto Hikmah 90. Hlm. 282-284.
7.
Terjemah Syarnubi : Hikmah 198-200. Hlm.762-766.
8.
https://www.youtube.com/watch?v=ietbHgd-ULs [..: 28:07]
Minggu, 25 Desember 2022
SYARAH HIKAM HIKMAH KE-206 : Cahaya Yang Sampai dan Masuk Ke Dalam Hati
Syarah Hikam Hikmah ke-206
٢٠٦ـ أَنْوَارٌ أُذِنَ لَها فِي الوُصُولِ ، وَأَنْوَارٌ
أٌذِنَ لَهَا فِي الدُّخُولِ ـ
206- Ada cahaya – cahaya yang diijinkan
sampai ke hati dan ada cahaya – cahaya yang diijinkan masuk ke dalam hati.
Cahaya yang datang dari Allah swt kepada hati
manusia terbagi menjadi dua: (1) cahaya yang sampai kepada zhahirnya hati saja
(2) cahaya yang masuk ke dalam hati.
Cahaya yang berada di bagian luar hati membuat
seseorang masih melihat dirinya dan Tuhan-nya, dunianya dan akheratnya,
terkadang ia bersama dirinya dan terkadang bersama Tuhan-Nya, terkadang beramal
untuk dunianya dan terkadang beramal untuk akheratnya.
Cahaya yang berada dalam hati seseorang membuat
seseorang hanya melihat wujudnya Allah swt semata, oleh karena hal tersebut
maka ia tidak mencintai selain hanya mencintai Allah semata, tidak beribadah
selain hanya beribadah kepada Allah semata. (Ghaitsul Mawahib).
Contoh cahaya yang baru sampai ke hati (di
bagian luar): Uangku yang aku sedekahkan karena Allah swt untuk hukumnya Allah
swt. Cahaya seperti ini sudah benar tetapi masih ada aku dan Allah, masih
merasa uang adalah uangku dan aku berikan demi kepentingan agama Allah swt.
Contoh cahaya yang telah sampai ke dalam
relung hati: Ini uang Allah dan aku sedekahkan sesuai perintah Allah swt.
Cahaya seperti ini sudah benar karena yang ada hanya Allah swt dan tidak lagi
melihat terhadap diri sendiri. (Gus Baha)
Untuk menjelaskan hikmah ini Syarah
Iiqaazhul Himam mengutip sebuah hadits Nabi saw:
النُّورُ إِذَا دَخَلَ القَلبَ انفسحَ وانشرَحَ
، قِيْلَ: فَهَلْ لَهُ مِنْ عَلَامَةٍ يَا رَسُوْل الله؟ قَالَ: نَعَمْ، التَّجَافِي
عَن دَارِ الغُرورِ، والإنابةُ إلى دارِ الخُلودِ، وَالتَّزَوَّدُ لَسُكْنَى الْقُبُوْرِ،
وَالتَّأَهُّبُ لِيَوْمِ النُّشُوْرِ
Cahaya apabila masuk ke dalam hati maka hati
tersebut menjadi luas dan lapang, ditanyakan: ”Apakah ia mempunyai tanda Ya
Rasululallah?” dijawab: “benar, ada”, (yaitu) merenggang
dari rumah yang menipu, memilih rumah yang kekal, mempersiapkan diri untuk alam
kubur, dan bersiap untuk hari kebangkitan.
Hadits sejenis juga banyak di kutip
para mufassir seperti Imam Thabari ketika menafsirkan surat Al-An`am ayat 125:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ
لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا
يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ
لَا يُؤْمِنُونَ (125)ـ
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan
kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama)
Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah
menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit.
Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman. (QS.
Al-An`am: 125)
Sumber
1.
Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 252-253.
2.
Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 22.1. Hlm.396
3. Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 206, hlm. 248.
4.
Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 204. Hlm 138.
5.
Al-Buthi (الحكم العطاية شرح وتحليل) Hikmah 200. Juz 4. Hlm.385.
6.
Terjemah A. Sunarto Hikmah 90. Hlm. 281-284.
7.
Terjemah Syarnubi : Hikmah 197. Hlm. 759.
8.
https://www.youtube.com/watch?v=WfiZGT8dRZM [01:09:35 - ]