Laman

Sabtu, 23 Februari 2019

TAHMID

  1. Hadits 01253 [ Hamdalah adalah doa paling utama] SHAHIH
  2. Hadits 03835 [ Al-Hamdu pokoknya syukur] HASAN
  3. Hadits 03836 [ Pujian atas nikmat menjaga dari hilangnya nikmat tersebut ] HASAN
  4. Hadits 07843Hamdalah 3x ketika menerima nikmat ] SHAHIH
  5. Hadits 04028Hamdalah adalah Salah satu ucapan paling baik ] SHAHIH
  6. Hadits 03403 [ Hamdalah memenuhi timbangan ] SHAHIH
  7. Hadits 01795 [ Hamdalah setelah makan minum ] SHAHIH
  8. Hadits 03956 [ Hamdalah setelah bersin ] SHAHIH
  9. Hadits 06283 [ Hamdalah pada awal Perbuatan ] HASAN
  10. Hadits 06337 [ Hamdalah pada awal perkataan ] SHAHIH
  11. Hadits 07587 [ Allah senang pujian ] SHAHIH
  12. Hadits 06710 [ Memuji Allah swt ketika rukuk dan sujud ] HASAN
  13. Hadits 06701 [ Hamdalah Ketika melihat yang menyenangkan atau tidak menyenangkan ] SHAHIH
  14. Hadits 06708 [ Memuji Allah swt setelah makan ] SHAHIH
  15. Hadits 07588 [ Memperbanyak hamdalah dan memuji Allah swt ]SHAHIH
  16. Hadits 07840 [ Hamdalah ketika menerima nikmat ] DHAIF
  17. Hadits 07841 [ Hamdalah ketika menerima nikmat ] DHAIF
=

1.      

 

١٢٥٣ـ أَفْضَلُ الذِّكْرِ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَأَفْضَلُ الدُّعَاءِ الْحَمْدُ لِلّهِ (ت ن ه حب ك) عن جابر (صح)ـ

          1253- Dzikir paling utama adalah (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) dan doa paling utama adalah (الْحَمْدُ لِلّهِ). (HR. Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)

          Kalimat (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) paling utama karena tidak sah iman terkecuali dengan kalimat tersebut, dan kalimat tersebut menafikan ketuhanan selain Allah swt dan menetapkan Allah swt sebagai satu-satunya Tuhan Yang Maha Esa.

          Sesungguhnya orang yang memuji Allah swt tidak lain dan tidak bukan sama saja dengan memuji nikmat-nikmat Allah swt dan memuji nikmat-nikmat Allah swt sama saja dengan melipatgandakan nikmat tersebut. Selain itu kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ) merupakan bagian dari dzikir. Dengan kata lain satu kalimat mencakup tiga hal sekaligus: dzikir, doa, dan melipatgandakan nikmat. Maka pantaslah kalau kalimat (الْحَمْدُ لِلّهِ) menjadi doa yang paling utama.[1]

٣٨٣٥ــ الحَمْدُ رَأْسُ الشُّكْرِ مَاشَكَرَ اللهَ عَبْدٌ لَايَحْمَدَهُ (عب هب) عن ابن عمر (ح)ـ

          3835- Hamdalah (memuji Allah swt) adalah pokoknya syukur, tidaklah dikatakan bersyukur kepada Allah seorang hamba yang tidak memuji-Nya. (HR. Abdurrahman dan Baihaqi dari Ibnu `Amr. HASAN)

          Karena memuji bisa dilakukan dengan lisan saja, sedangkan syukur bisa dilakukan dengan lisan, hati, dan anggota badan. Dari ketiga cara bersyukur tersebut maka memuji Allah swt (misalnya dengan mengucapkan alhahdulillah) merupakan pokok atau pangkalnya syukur. Karena mengucapkan nikmat dengan lisan dan memuji (Allah swt) yang memberi kenikmatan itu lebih menampakkan nikmat dan menunjukan syiar.

Berbeda jika bersyukur menggunakan hati maka orang lain tidak bisa mengetahuinya. Jika bersyukur dengan anggota badan atau perbuatan maka bisa jadi orang lain tidak memahaminya dan salah sangka.

Oleh karena itu bersyukur dengan menggunakan lisan dan memuji Allah swt dengan menggunakan lisan menjadi pokonya syukur (رَأْسُ الشُّكْرِ).

Seseorang belumlah dikatakan bersyukur jika ia belum memuji (Allah swt) yang telah memberikan kenikmatan. Karena hakekat syukur adalah menampakan nikmat (إِظْهَارُ النِّعْمَةِ) dan hakekat kufur nikmat adalah menyembunyikan nikmat (إِخْفَاءُ النِّعْمَةِ).[2]

٣٨٣٦ــ الْحَمْدُ عَلَى النِّعْمَةِ أَمَانٌ لِزَوَالِهَا (فر) عن عمر (ح)ـ

          3836- Pujian atas nikmat adalah keamanan dari hilangnya. (HR. Dailami dari Umar. HASAN)

          Memuji Allah swt (misalnya dengan mengucapkan الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ) atas nikmat yang kita terima akan mengamankan dan menjaga nikmat tersebut tidak pergi dari kita. Dan orang yang tidak memuji Allah swt atas nikmat yang diterimanya sama saja dengan mempersilahkan nikmat tersebut pergi.

          Allah swt berfirman dalam surat Ibrahim ayat: 7

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم:٧)ـ

          Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih"[3]

٧٨٤٣ــ مَاأَنْعَمَ ٱللهُ تَعَالَى عَلَى عَبْدٍ مِنْ نِعْمَةٍ فَقَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ إِلَّا أَدَّى شُكْرَهَا فَإِنْ قَالَهَ الثَّانِيَةَ جَدَّدَ اللهُ لَهُ ثَوَابَهَا فَإِنْ قَالَهَا الثَّالِثَةَ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوْبَهُ (ك ه) عن جابر (صح)ـ

          7843- Tidaklah Allah swt memberikan suatu nikmat kepada seorang hamba kemudian mengucapkan Alhamdulillah (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ) melainkan ia telah melaksanakan syukurnya, kemudian apabila mengucapkannya kedua kalinya maka Allah swt akan memperbaharui pahalanya untuknya, kemudian apabila mengucapkannya ketiga kalinya maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (HR. Haakim dan Ibnu Majah dari Jabir. SHAHIH)[4]

٤٠٢٨ــ خَيْرُ الْكَلَامِ أَرْبَعٌ لَا يَضُرُّكَ بِأَيِّهِنَّ بَدأْتَ: سُبْحَانَ اللّهِ  وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ أَكْبَرُ (ابن النجار فر) عن أبى هريرة (صح)ـ

          4028- Kalimat terbaik itu ada empat, tidak membahayakanmu dengan yang mana kamu memulainya: (سُبْحَانَ اللّهِ  وَ الْحَمْدُ لِلّهِ وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ وَ اللّهُ أَكْبَرُ). (HR. Ibnu Najjaar dan Dailami dari Abu Hurairah. SHAHIH)[5]

٣٤٠٣ــ اَلتَّسْبِيْحُ نِصْفُ الْمِيْزَانِ، وَ الْحَمْدُ لِلّهِ تَمْلَؤُهُ، وَ لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ لَيْسَ لَهَا دُوْنَ ٱللهِ حِجَابٌ حَتَّى تَخْلُصُ إِلَيْهِ (ت) عن إبن عمرو (صح)ـ

          3403- Tasbih (سُبْحَانَ اللّهِ) separuh timbangan, dan hamdalah (الْحَمْدُ لِلّهِ) memenuhinya, dan tahlil (لَا إِلهَ إِلَّا اللّهُ) tidak ada dinding baginya dihadapan Allah sehingga ia lolos kepada-Nya (HR. Tirmidzi dari Ibnu Umar. SHAHIH)[6]

١٧٩٥ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَرْضٰى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ ٱللهَ عَلَيْهَا (حم م ت ن) عن أنس (صح)ـ

          1795- Sesungguhnya Allah swt ridha dari seorang hamba untuk makan sesuap atau minum seteguk kemudian memuji Allah atasnya (misalnya dengan membaca alhamdulillah). (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaai dari Anas. SHAHIH)[7]

٣٩٥٦ــ خَمْسٌ مِنْ حَقِّ الْمُسْلِمِ عَلَى الْمُسْلِمِ: رَدُّ التَّحِيَّةِ، وَإِجَابَةُ الدَّعْوَةِ، وَشُهُوْدُ الْجَنَازَةِ، وَعِبَادَةُ الْمَرِيْضِ، وَتَشْمِيْتُ العَاطِشِ إِذَاحَمِدَ اللهَ (ه) عن أبى هريرة (صح)ـ

          3956- Lima perkara merupakan hak seorang muslim atas muslim lainnya: Membalas penghormatan, mendatangi undangan, menyaksikan jenazah, menengok orang sakit, menyahuti orang bersin kalau ia membaca hamdalah. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Lima hak orang lain yang harus kita berikan: membalas penghormatan yang dia berikan kepada kita semisal dia mengucapkan salam (السلام عليكم) maka kita wajib menjawabnya. Mendatangi undangan pernikahan atau lainnya, yang pertama hukumnya wajib dan yang kedua sunnah. Menyaksikan jenazah dan mensholatinya, lebih utama lagi jika ikut mengurus dan mengantarkannya ke pemakaman. Menengok orang sakit. Menyahuti orang bersin yang membaca hamdalah, misalkan dengan mendoakannya yarhamukallah (يَرْحَمُكَ اللهُ).[8]

٦٢٨٣ــ كُلُّ أَمْرٍ ذِى بَالٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِالْحَمْدِ لِلّٰهِ أَقْطَعُ (ه هق) عن أبي هريرة (ح)ـ

          6283- Setiap perkara baik (penting) yang tidak didahului dengan hamdalah adalah buntung. (HR. Ibnu Majah dan Baihaki dari Abu Hurairah. SHAHIH)[9]

٦٣٣٧ــ كُلُّ كَلَامٍ لَايُبْدَأُ فِيْهِ بِحَمْدِ اللّٰهِ فَهُوَ أَجْدَمُ (د) عن أبي هريرة (صح)ـ

          6337- Setiap pembicaraan yang tidak diawali dengan Alhamdulillah maka sedikit keberkahannya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. SHAHIH).[10]

٧٥٨٧ــ لَيْسَ أَحَدٌ أَحَبُّ إِلَيْهِ الْمَدْحُ مِنَ اللهِ، وَلَا أَحَدٌ أَكْثَرَ مَعَاذِيْرَ مِنَ ٱللهِ (طب) عن الأسود بن سريع (صح)ـ

          7587- Tidak ada seorangpun yang lebih senang pujian daripada Allah, dan tidak ada seorangpun yang lebih banyak ampunannya daripada Allah. (HR. Thabrani dari Al-Aswad bin Sarii`. SHAHIH)

          Allah swt senang pujian dari hamba-Nya agar mereka mendapatkan pahala dan nikmat dari-Nya. Pujian disini (misalnya dengan mengucapkan hamdalah) sebagai perwujudan rasa syukur, ibadah, dan pengakuan kepada Allah swt sebagai Dzat Maha Pemberi Nikmat dan satu – satunya yang patut dipuji.

          Tidak ada seorangpun yang paling banyak bisa menerima alasan – alasan dari para hamba selain Allah swt. Hanya Allah Yang Paling Banyak ampunannya dan hanya Dia sajalah yang bisa memberi ampunan.[11]

٦٧١٠ــ كَانَ إِذَا رَكَعَ قَالَ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ، ثَلَاثًا، وَإِذَا سَجَدَ قَالَ: سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ، ثَلَاثًا (د) عن عقبة بن عامر (ح)ـ

          6710- Apabila beliau rukuk membaca (سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ) dan apabila sujud membaca (سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ). (HR. Abu Dawud dari `Uqbah bin `Amir. HASAN)[12]

٦٧٠١ــ كَانَ إِذَا رَأَى مَايُحِبُّ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَإِذَا رَأَى مَايَكْرَهُ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ (ه) عن عائشة (صح)ـ

          6701- Apabila beliau melihat sesuatu yang dicintainya maka beliau berkata (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ) dan apabila beliau melihat sesuatu yan tidak disukainya maka beliau membaca (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ رَبِّ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ حَالِ أَهْلِ النَّارِ).[13]

٦٧٠٨ــ كَانَ إِذَا رُفِعَتِ مَائِدَتُهُ قَالَ: اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ،  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى كَفَانَاوَآوَانَا غَيْرُ مَكْفِيٍّ وَلَامَكْفُوْرٍ وَلَامُوَدَّعٍ وَلَامُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا (حم خ د ت ه) عن أبى أمامة (صح)ـ

          6708- Apabila hidangan beliau diangkat maka beliau berkata: (اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ،  اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِى كَفَانَاوَآوَانَا غَيْرُ مَكْفِيٍّ وَلَامَكْفُوْرٍ وَلَامُوَدَّعٍ وَلَامُسْتَغْنًى عَنْهُ رَبَّنَا) (HR. Ahmad, Bukhari, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Umamah. SHAHIH) [14]

٧٥٨٨ــ لَيْسَ أَحَدٌ أَفْضَلُ عِنْدَ اللهِ مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَمَّرُ فِى الْإِسْلَامِ لِتَكْبِيْرِهِ وَتَحْمِيْدِهِ وَتَسْبِيْحِهِ وَتَهْلِيْلِهِ (حم) عن طلحة (صح)ـ

          7588- Tidak ada seorang yang lebih utama di sisi Allah daripada seorang mukmin yang diberi umur panjang di dalam islam karena takbirnya, tahmidnya, tasbihnya, dan tahlilnya. (HR. Ahmad dari Thalhah. SHAHIH)[15]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1253. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1253.

[2] Jaami`ush Shaghiir 3835. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3835.

[3] Jaami`ush Shaghiir 3836. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3836.

[4] Jaami`ush Shaghiir 7843. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7843.

[5] Jaami`ush Shaghiir 4028. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4028.

[6] Jaami`ush Shaghiir 3403. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3403.

[7] Jaami`ush Shaghiir 1795. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1795.

[8] Jaami`ush Shaghiir 3956. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3956.

[9] Jaami`ush Shaghiir 6283. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6283.

[10] Jaami`ush Shaghiir 6337. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6337.

[11] Jaami`ush Shaghiir 7587. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7587.

[12] Jaami`ush Shaghiir 6710. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6710.

[13] Jaami`ush Shaghiir 6701. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6701

[14] Jaami`ush Shaghiir 6708. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6708.

[15] Jaami`ush Shaghiir 7588. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7588.

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 04164 (Kemah bidadari)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 04164 (Kemah bidadari)

الْخَيْمَةُ دُرَّةٌ مُجَوَّفَةٌ، طُوْلُهَا فِى السَّمَاءِ سِتُّوْنَ مِيْلًا، فِي كُلِّ زَاوِيَةٍ مِنْهَا لِلْمُؤْمِنِ أَهْلٌ لَايَرَاهُمُ الْآخَرُوْنَ

Artinya
Khimah (yang tersebut dalam Al-Qur`an surat Ar-Rahman ayat 72) adalah mutiara yang berlubang di tengahnya, panjangnya di langit 60 mil, dalam setiap sudutnya ada kelurga orang beriman yang tidak terlihat oleh orang lainnya.

[HR Bukhari dan Muslim ari Abu Musa. SHAHIH]

Penjelasan
Ketika turun ayat "Bidadari-bidadari yang dipelihara di dalam kemah-kemah" [Ar-Rahman: 72) Nabi ditanya: "Ya Rasulullah apakah kemah-kemah itu?" Nabi menjawab dengan hadits tersebut.

Sumber
-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.287  hadits nomor 04164
- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.44. hadits nomor.04164
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.754 . hadits nomor. 3357
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.578  hadits nomor 04164.
- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.69 . hadits nomor 4148



Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.287. hadits nomor 04164
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Jumat, 22 Februari 2019

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 04162 (Tiga orang pemiik kuda)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 04162 (Tiga orang pemiik kuda)

الْخَيْلُ لِثَلَاثَةٍ : هِيَ لِرَجُلٍ أَجْرٌ، وَلِرَجُلٍ سِتْرٌ، وَعَلَى رَجُلٍ وِزْرٌ. فَأَمَّآلَّذِيْ هِيَ لَهُ أَجْرٌ فَرَجُلٌ رَبَطَهَا فِي سَبِيْلِ ٱللهِ فَأَطَالَ لَهَافِى مَرَجٍ أَوْ رَوْضَةٍ، فَمَا أَصَابَتْ فِى طِيَلَهَا مِنَ الْمَرَجِ أَوْ الرَّوْضَةِ كَانَتْ لَهُ حَسَنَاتٍ، وَلَوْ أَنَّهَا قَطَعَتْ طِيَلَهَا فَاسْتَنَّتْ شَرَفًا أَوْ شَرَفَيْنِ كَانَتْ آثَارُهَا وَأَرْوَاثُهَا حَسَنَاتٍ لَهُ، وَلَوْ أَنَّهَا مَرَّتْ بِنَهْرٍ فَشَرِبَتْ وَلَمْ يُرِدْ أَنْ يَسْقِيَهَا كَانَ ذَلِكَ لَهُ حَسَنَاتٍ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا تَغَنِّيًا وَسِتْرًا وَتَعَفُّفًا ثُمَّ لَمْ يَنْسَ حَقَّ اللهِ فِى رِقَابِهَا وَظُهُوْرِهَا فَهِيَ لَهُ سِتْرٌ. وَرَجُلٌ رَبَطَهَا فَخْرًا وَرِيَاءً وَنَوَاءً لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ، فَهِيَ لَهُ وِزْرٌ

Artinya
Kuda itu untuk tiga perkara: 1) bagi seseorang adalah pahala, 2) bagi seeorang adalah penghalang kemiskinan dan 3)bagi seseorang adalah (penambah) dosa. Adapun yang merupakan pahala baginya pahala laki-laki yang mempersiapkannya untuk fi sabilillah, kemudian dia panjangkan (tali kudanya) di penggembalaan atau pertamanan, maka apa yang terkena tali dari penggembalaan atau pertamanan baginya menjadi kebaikan-kebaikan, lalu apabila dia memutuskan talinya kemudian lari satu pemberhentian atau dua pemberhentian maka bekas-bekasnya dan kotoran-kotorannya merupakan kebaikankebaikan baginya. dan apabila ia melewati sungai kemudian kuda tersebut minum padahal dia tidak bermaksud memberinya minum maka baginya jadi kebaikan-kebaikan. Dan laki-laki yang memelihara kuda untuk kekayaan, penghalang kemiskinan dan menjaga diri (dari meminta-minta) tanpa melupakan hak Allah pada leher dan punggungnya, maka dia adalah tirai (kemiskinan). Sedangkan seseorang yang memelihara karena sombong, riya` dan memusuhi orang-orang islam adalah dosa.

Penjelasan
Memelihara kuda itu ada yang diperintahkan, dilarang dan mubah. Yang diperintahkan bisa jadi hukumnya wajib atau sunat dan yang dilarang bisa jadi hukumnya haram atau makruh. Memelihara kuda itu bisa jadi karena taat kepada Allah sehingga menjadi ladang pahala dan bisa jadi karena maksiat kepada Allah SWT maka menjadi ladang dosa.

Sumber


-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.287  hadits nomor 04157

- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.43. hadits nomor.04162
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.751 . hadits nomor. 3352
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.576  hadits nomor 04162.
- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.67 . hadits nomor 4146

Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.286. hadits nomor 04157
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.287. hadits nomor 04162
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

JIHAD

A. KEUTAMAAN JIHAD
  1. Hadits 04548 [ Berangkat jihad fi sabilillah ] SHAHIH
  2. Hadits 07286 [ Pahala jihad lebih baik daripada dunia seisinya ] SHAHIH
  3. Hadits 08891 [ Perang di jalan Allah ] SHAHIH
  4. Hadits 01630 [ Menegakan kalimat tauhid ]
  5. Hadits 01025 [ Masuk islam terus jihad ]

B. PASUKAN BERKUDA
  1. Hadits 04156 SHAHIH [ Kebaikan di ubun-ubun kuda ]
  2. Hadits 04157 SHAHIH [ Kebaikan di ubun-ubun kuda ]
  3. Hadits 04162 SHAHIH [ Tiga pemilik kuda ]

C PERANG HUNAIN
  1. Hadits 04436 [ Perang Hunain ]
  2. Hadits 08911 [ Rampasan perang hunain] SHAHIH

D. KABILAH ARAB
  1. Hadits 05775 [ Kabilah Ghiffar dan Aslam ] SHAHIH

E. MUJAHID
  1. Hadits 08156 [ Perumpamaan orang yang berjihad ] SHAHIH
  2. Hadits 08780 [ Puasa i jalan Allah ] SHAHIH

F PERANG
  1. Hadits 09260 [ Pertolongan Allah ] SHAHIH
  2. Hadits 09386 [ Larangan melempar ] SHAHIH (cetakan Dar Al-Hadits)


LARANGAN DALAM PEPERANGAN

  1. Hadits 09496 [ Larangan membunuh perempuan dan anak - anak ] SHAHIH
  2. Hadits 09737 [ Janganlah berharap bertemu musuh ] SHAHIH

F. PEMBERONTAKAN
  1. Hadits 08647 [ Mengangkat senjata ] SHAHIH
G. GHANIMAH
  1. Hadits 00211 [ Pengembalian tawanan perang ] 
  2. Hadits 01605 [ Pembagian ghanimah]  SHAHIH BUKHARI

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4157 (Kebaikan di ubun-ubun kuda)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4157 (Kebaikan di ubun-ubun kuda)

الْخَيْلُ مَعْقُوْدٌ فِى نَوَاصِيْهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ،  الْأَجْرُ وَ الْمَغْنَمُ

Artinya
Kuda itu terikat kebaikan di ubun-ubunnya sampai hari kiamat, yaitu pahala dan harta rampasan

[HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Nasaa-i dari Urwah Al-Bariqi. Riwayat Ahmad, Muslim dan Nasaa-i dari Jarir. SHAHIH

Penjelasan
Kebaikan yang dimaksud berupa pahala dan harta rampasan

Sumber

-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.286  hadits nomor 04157
- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.41. hadits nomor.04157
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.752 . hadits nomor. 3353
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.573  hadits nomor 04157.

- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.63. hadits nomor 04141

Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.286. hadits nomor 04157
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Rabu, 20 Februari 2019

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4156 (Kebaikan di ubun-ubun kuda)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4156 (Kebaikan di ubun-ubun kuda)

الْخَيْلُ مَعْقُوْدٌ فِى نَوَاصِيْهَا الْخَيْرُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

Artinya
Kuda itu terikat kebaikan di ubun-ubunnya sampai hari kiamat

[HR Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Nasaa-i dan Ibnu Majah dari Ibnu Umar. Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Nasaa-i dan Ibnu Majah dari `Urwah bin Ja`d. Riwayat Bukhari dari Anas. Riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasaa-i dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Riwayat Ahmad dari Abu Dzar dan Abu Sa`id. Riwayat Thabrani dari Sawaadah bin Rabi`, dari Nu`man bin Basyir dan dari Abi Kabsyah. HASAN

Penjelasan
Pemberitahuan bahwa jihad akan selalu ada hingga hari kiamat tiba.
Sepertinya ada kesalahan tulis HASAN yan seharusnya SHAHIH.

Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.286. hadits nomor 04156
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Selasa, 19 Februari 2019

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4124 (Saudara perempuan ibu)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4124 (Saudara perempuan ibu)

الْخَالَةُ بِمَنْزِلَةِ الْأُمِّ

Artinya
Saudara perempuan ibu adalah pada kedudukan ibu

[HR Tirmidzi, Bukhari dan Muslim dari Barraa. Riwayat Abu Dawud dari Ali. SHAHIH ]

Penjelasan
Ketika seorang ibu tidak ada maka saudara perempuan ibu menempati kedudukan ibu karena dia lebih dekat dengan ibu dan lebih tahu tentang kemaslahatan seorang anak yang ditinggalkan oleh ibu kandungnya.

Sumber

-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.284  hadits nomor 04124
- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.33. hadits nomor.04124
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.747 . hadits nomor. 3339
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.556. hadits nomor 04124.
- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.46. hadits nomor 04108


Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.284. hadits nomor 04124
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4120 (Pahala penjaga harta)


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4120 (Pahala penjaga harta)

اَلْخَازِنُ الْمُسْلِمُ الْأَمِيْنُ الَّذِى يُعْطِى مَا أُمِرَ بِهِ كَامِلًا مُوَفَّرًا طَيِّبَةً بِهِ نَفْسُهُ، فَيَدْفَعُهُ اِلَى الَّذِى أُمِرَ لَهُ بِهِ أَحَدُ الْمُتَصَدِّقِيْنَ

Artinya
Penyimpan harta yang beragama islam, yang bisa dipercaya, yang memberikan apa yang diperintahkan kepadanya (diamanatkan kepadanya) dengan sempurna, dengan cukup dan dengan senang hati, lalu ia memberikannya kepada orang yang ia diperintah untuk memberinya (kepada orang yang berhak sesuai perintah) maka dia adalah termasuk salah seorang yang bersedekah  (dalam hal pahala)

[HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Nasaa-i dari Abu Musa. SHAHIH ]

Penjelasan
Orang islam yang diberi amanat untuk menjaga dan membagikan harta orang lain akan dapat pahala jika dia menjalankan sesuai dengan perintah.

Sumber

-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.284  hadits nomor 04120
- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.32. hadits nomor.04120
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.746 . hadits nomor. 3336
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.555. hadits nomor 04120.
- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.44. hadits nomor 04104



Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.284. hadits nomor 04120
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Senin, 18 Februari 2019

Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4106 ( Tiga generasi terbaik )


Kitab Al-Jami Ash-Shaghir hadits nomor 4106 ( Tiga generasi terbaik )

خَيْرُكُمْ قَرْنِى، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُوْنَهُمْ، ثُمَّ يَكُوْنُ بَعْدَهُمْ قَوْمٌ يَخُوْنُوْنَ وَلَا يُؤْتَمَنُوْنَ، وَيَشْهَدُوْنَ وَلَا يُسْتشْهَدُوْنَ، وَيَنْذُرُوْنَ وَلَا يُوْفُوْنَ، وَيَظْهَرُ فِيْهِمُ السِّمَنُ

Artinya
Sebaik-baik kalian adalah kurunku, kemudian orang - orang di kurun berikutnya, kemudian orang - orang di kurun berikutnya, kemudian setelah itu akan ada kaum yang berkhianat dan tidak dapat dipercaya, mereka memberikan kesaksian tanpa diminta kesaksiannya, mereka bernadzar dan tidak memenuhi nadar mereka, dan akan lahir pada meraka orang - orang gemuk.

[HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Nasaa-i dari Imran bin Hushain. SHAHIH ]

Penjelasan
Generasi terbaik adalah generasi pertama, yaitu generasi sahabat dimana Nabi SAW bersama mereka, kemudian generasi kedua atau generasi tabi`in, kemudian generasi ketiga atau generasi tabi` tabi`in, setelah itu akan datang generasi berikutnya yaitu generasi yang suka berkhianat dan tidak bisa dipercaya, suka memberi kesaksian padahal tidak diminta, suka bernadzar dan tidak menepati, dan akan lahir di generasi mereka orang-orang yang kegemukan karena memperbanyak makan dan minum.

Sumber

-Imam Suyuthi. 2016. Al-Jami  Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.283  hadits nomor 04106
- Imam Suyuthi. 1995. AL-Jami Ash-Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Jilid III. Terjemahan oleh Nadjih Ahjad. Surabaya: PT. Bina Ilmu. hlm.28. hadits nomor.04106
- Al-Albani. Muhammad Nashiruddin. 2014. Shahih Al-Jami` Ash-Shaghir wa Ziyadah.  Terjemahan oleh Abu Muqbil Ahmad Yuswaji.  Jakarta: Pustaka Azzam. cet.3., Jilid. II., Hlm.738 . hadits nomor. 3317
-Al-Munawi. Imam Abdurrouf. 2010. Faidhul Qodir Syarah Al-Jami' Ash-Shaghir. Kairo: Dar El-Hadits. Jilid.IV. hlm.547. hadits nomor 04106.

- Ash-Shan`ani. Imam Ash-Shan'ani. 2011. At-Tanwir Syarah al-Jami’ ash-Shaghir. Riyadh: Darus Salam, cet.1. Jilid VI. Hlm.34. hadits nomor 04090

Sumber
Imam Suyuthi. 2016. Jami’us Shaghir fi Ahadits al-Basyir an-Nadzir. Kairo: Darul Hadits. hlm.283. hadits nomor 04106
BOLEH DICOPY UNTUK DAKWAH

Minggu, 17 Februari 2019

Bab Keutamaan Majelis Dzikir

Bab Keutamaan Majelis Dzikir 
  1. Hadits 00859 [ Majlis dzikir adalah taman surga ] SHAHIH
  2. Hadits 08087 [ Majliz dzikir dinaungi malaikat, rahmat, ketenangan, dibanggakan Allah swt ] SHAHIH
  3. Hadits 08169 [ Majliz dzikir memiliki empat keutamaan] HASAN
  4. Hadits 07884 [ Majlis dzikir diampuni dosanya ] SHAHIH
  5. Hadits 07885 [ Majlis dzikir keburukannya diganti kebaikan ] SHAHIH
  6. Hadits 07776 [ Majlis dzikir di rumah Allah ] SHAHIH
  7. Hadits 07777 [ Majlis dikir diampuni dosanya] [SHAHIH]
  8. Hadits 07199 [ Majlis dzikir setelah shalat subuh dan Ashar ] HASAN
  9. Hadits 07203 [ Majlis dzikir bersama setelah shalat subuh dan Ashar ] HASAN 
  10. Hadits 08129 [ Majlis dzikir di rumah ] SHAHIH
  11. Hadits 04063 [ Teman terbaik mengingatkan dzikir] SHAHIH
  12. Hadits 07778 [ Kerugian majlis tidak dzikir dan shalawat ] SHAHIH
  13. Hadits 07779 [ Kerugian majlis tanpa dzikir ] SHAHIH
  14. Hadits 07780 [ Kerugian majlis tidak dzikir dan shalawat ] SHAHIH
  15. Hadits 07886 [ Majelis dzikir rugi tanpa shalawat ] HASAN
  16. Hadits 08086 [ Majelis rugi tanpa dzikir dan shalawat] SHAHIH
  17. Hadits 08462 [ Duduk dan berbaring tanpa dzikir adalah kerugian ] HASAN
  18. Hadits 09643 [ Meninggikan suara mengajari majlis ] SHAHIH
  19. Hadits 06618 [ Mengulangi perkataan agar anggota majlis faham] SHAHIH
  20. Hadits 10010 [ Permudahlah dan jangan persulit majlis ] SHAHIH

  21. Hadits 01249 [ Memulyakan majlis ] DHAIF
  22. Hadits 01254 [ Majlis dzikir ] DHAIF
  23. Hadits 01961 [ Rumah tempat dzikir ] DHAIF
=
Bab Keutamaan Majelis Dzikir 

٨٥٩ــ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ حِلَقُ الذِّكْرِ (حم ت هب) عن أنس (صح) [أحمد:١٢٥٤٥، الترمذي:٣٥١٠]

          859- Apabila kalian lewat di taman surga maka lepaskanlah diri kalian (di situ). Sebagian sahabat bertanya: “Apakah taman surga itu?” Nabi menjawab:”Lingkaran dzikir”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi dalam Syu`abul Iman. HASAN) [Ahmad: 12545, Tirmidzi: 3510]

          Nabi menyuruh orang yang melewati majlis dzikir agar mampir ke majlis tersebut untuk sama-sama berdzikir atau melakukan ketaatan – ketaatan lainnya. Nabi menyerupakan dzikir dengan taman surga karena salah satu hal paling utama yang diberikan Allah swt kapada hamba-hamba-Nya di dunia adalah dzikir dan hal paling utama yang diberikan di akherat adalah memandang kepada Alah swt. Oleh karena itu orang yang dzikir di dunia bagaikan orang yang melihat-Nya di akherat.[1]

٨٠٨٧ــ مَامِنْ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ ٱللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (ت ه) عن أبي هريرة وأبي سعيد (صح) [الترمذي:٣٣٧٨ ،إبن ماجه:٣٧٩١، مسلم:٢٧٠٠]ـ

          8087- Tiada suatu kaum yang mengingat Allah melainkan mereka dikepung (dinaungi) para Malaikat, dan ditutupi oleh rahmat, dan turun ketenangan atas mereka, dan Allah menyebut mereka kepada yang berada di sisi-Nya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abi Hurairah danAbi Sa`iid. SHAHIH) [Tirmidzi:3378, Ibnu Majah:3791, Muslim:2700]

          Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan majlis dzikir, keutamaan orang yang berdzikir, keutamaan berkumpul untuk berdzikir, dan kecintaan para Malaikat kepada mereka.[2]

٨١٦٩ــ مَجَالِسُ الذِّكْرِ تَنْزِلُ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وتَحِفُّ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ، وَتَغْشَاهُمُ الرَّحْمَةُ، وَيَذْكُرُهُمُ ٱللهُ عَلَى عَرْشِهِ (حل والخطيب) عن أبي هريرة وأبي سعد (ح)ـ

          8169- Majlis – majlis dzikir turun ketenangan atas mereka, Malaikat menaungi mereka, ditutupi rahmat, dan mereka disebut-sebut oleh Allah di atas arasyi-Nya. (HR.Abu Nu`aim dari Abu Hurairah dan Abu Sa`d. HASAN)[3]

٧٨٨٤ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى إِلَّانَاداهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ قُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ (حم و الضياء) عن أنس (صح)ـ

          7884- Tidak duduk suatu kaum seranya berdzikir kepada Allah swt, melinkan seorang penyeru berseru dari langit: “Berdirilah kalian seranya diampuni”. (HR. Ahmad dan Dhiyaa ari Anas. SHAHIH)

          Maksudnya ketika ada orang berkumpul untuk berdzikir, kemudian setelah mereka selesai berdzikir, mereka berdiri untuk berpisah kembali maka mereka pergi dalam keadaan dosa-dosa kecilnya diampuni.[4]

٧٨٨٥ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْا اللهَ تَعَالَى فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَبُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ (طب هب والضياء) عن سهل بن حنظلة (صح)ـ

          7885- Tidak duduk suatu kaum berdzikir kepada Allah swt lalu mereka berdiri sampai dikatakan kepada mereka: “Berdirilah kalian, sungguh Allah swt telah mengampuni dosa-dosa kalian, dan keburukan – keburukan kalian sudah diganti dengan kebaikan – kebaikan. (HR. Thabrani, Baihaqi dan Dhiyaa dari Sahl bin Hanzhalah. SHAHIH)

          Hal tersebut mereka peroleh jika perbuatan mereka terebut disertai dengan taubat yang benar.[5]

٧٧٧٦ــ مَاإِجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (د) عن أبي هريرة (صح) [أبو داود:١٤٥٥ ٬ مسلم:٢٧٠٠]ـ

          7776- Tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah Allah swt (Masjid dan sejenisnya) untuk membaca kitab Allah dan saling membacakan di antara mereka, melainkan turun ketenangan atas mereka, tertutupi rahmat, dikepung oleh para Malaikat, dan Allah menyebut-nyebut mereka pada orang-orang yang ada di sisi-Nya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. SHAHIH) [Abu Dawud:1455, Muslim2700]

          Apabila sekelompok orang berkumpul di masjid atau tempat sejenisnya untuk membaca kitab Allah swt (Al-Quran) dan saling mendengarkan dan mengingatkan diantara mereka sehingga yang membaca sedikit maupun banyak, yang membaca fasih atau yang belum fasih menjadi bersekutu dalam kebaikan majlis tadarus tersebut. Maka akan turun ketenangan ke dalam diri mereka, hatinya bercahaya dan hilanglah kegelapan, rahmat dan berkah menyelimuti mereka, malaikat turun dan mengelilingi mereka seranya merentangkan sayap hingga tembus ke langit dunia seranya mendengarkan Al-Qur`an dan bacaan dzikir, dan Allah swt menyebut-nyebut dan membanggakan mereka kepada orang – orang di sisi-Nya.[6]

٧٧٧٧ــ مَآجْتَمَعَ قَوْمٌ عَلَى ذِكْرٍفَتَفَرَّقُوا عَنْهُ إِلَّاقِيْلَ لَهُمْ، قُوْمُوا مَغْفُوْرًا لَكُمْ (الحسن بن سفيان) عن سهل بن الحنظلة (صح)ـ

          7777- Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir kemudian mereka berpisah melainkan dikatakan kepada mereka, “berdirilah kalian seranya diampuni” (HR. Hasan bin Sufyan dari Sahl bin Hanzhalah. SHAHIH)[7]

٧١٩٩ــ لَأَنْ أَذْكُرَ اللهَ تَعَالَى مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَافِيْهَا، وَلَأَنْ أَذْكُرَ اللهَ مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلَاةِ العَصْرِ إِلَى أَنْ تَغِيْبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَافِيْهَا (هب) عن أنس (ح)ـ

          7199- Bahwa aku menyebut Allah swt bersama suatu kaum setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, bahwa aku menyebut Allah swt bersama suatu kaum setelah shalat asar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya. (HR. Baihaki dari Anas. HASAN)

          Waktu setelah shalat subuh dan shalat asar adalah waktu dimana para malaikat membawa catatan amalan-amalan kita sehingga sangat disunnahkan memperbanyak dzikir kepada Allah swt.[8]

٧٢٠٣ــ لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةَ مِنْ وَلَدِ اِسْمَاعِيْلَ، لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً (د) عن أنس (ح) [ابو داود:٣٦٦٧،]ـ

          7203- Bahwa aku duduk bersama sauatu kaum untuk mengingat Allah swt setelah shalat shubuh hingga terbit matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang anak cucu Ismail as, Bahwa aku duduk bersama sauatu kaum untuk mengingat Allah swt setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang (budak). (HR. Abu Dawud dari Anas. SHAHIH) [ Abu Dawud: 3667].

          Hadits ini menunjukan keutamaan majlis dzikir setelah shalat shubuh dan shalat ashar, lebih utama daripada memerdekakan hamba sahaya dari kelompok kaum termulia anak cucu Ismail as.[9]

٧٧٧٨ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَفَرَّقُوْا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ إِلَّا قَامُوْا عَنْ أَنْتَنَ مِنْ جِيْفَةٍ (الطيالسي هب والضياء) عن جابر (صح)ـ

          7778- Tidaklah berkumpul suatu kaum kemudian mereka berpisah tanpa dzikir dan shalawat atas Nabi terkecuali mereka berdiri dari yang lebih busuk dari bangkai. (HR. Thayaalisi, Baihaqi, dan Dhiyaa dari Jabir. SHAHIH)

          Hadits ini menjelaskan tentang keburukan suatu majlis yang di dalamnya tidak ada dzikir dan shalawat. Keburukannya tersebut diumpamakan lebih buruk daripada bau busuknya bangkai. Jika ada majlis yang seperti ini maka sebaiknya menjauhinya.[10]

٧٧٧٩ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ فَتَفَرَّقُوْا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ إِلَّا كَأَنَّمَا تَفَرَّقُوا عَنْ جِيْفَةٍ حِمَارٍ، وَكَانَ ذلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً (حم) عن أبي هريرة (صح)ـ

          7779- Tidaklah berkumpul suatu kaum kemudian mereka berpisah tanpa dzikir kepada Allah, melainkan seakan-akan mereka berpisah dari bangkai keledai, dan majlis tersebut merupakan majlis yang merugi. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Majlis yang tidak menyebut asma Allah swt hingga mereka berpisahpun tidak menyebut asma Allah swt maka majlis tersebut sebusuk bangkai keledai, dan orang-orang dalam majlis tersebut akan merasa rugi, meskipun kelak mereka masuk surga.[11]

٧٧٨٠ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي مَجْلِسٍ فَتَفَرَّقُوْا وَلَمْ يَذْكُرُوا اللهَ وَيُصَلُّوْاعَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وسلم إِلَّا كَانَ مَجْلِسُهُمْ تِرَةً عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (حم حب) عن أبي هريرة (صح)ـ

          7780- Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majlis kemudian berpisah tanpa berdzikir kepada Allah dan tanpa bershalawat kepada Nabi saw melainkan majlis mereka adalah majlis yang rugi pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Pada hari kiamat mereka akan merugi karena telah menyia-nyiakan pahala membaca dzikir dan shalawat ketika berkumpul bermajlis-majlis.[12]

٧٨٨٦ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ، وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُم (ت ه) عن أبي هريرة وأبي سعيد (ح)ـ

          7886- Tidaklah duduk suatu kaum dalam suatu majelis yang tidak berdzikir kepada Allah swt dan tidak bershalawat kepada Nabi mereka, melainkan adalah penyesalan atas mereka. Jika Ia berkehendak Ia menyiksa mereka dan jika Ia berkehendak Ia memaafkan mereka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Abu Sa`id. HASAN)

          Majelis yang di dalamnya tidak ada dzikir dan shalawat adalah majelis yang penuh kerugina. Jika Allah swt berkehendak maka Allah swt akan menyiksa mereka sebab dosa-dosa mereka dan jika Ia berkehendak maka Ia akan memaafkan mereka sebab semisal doa kifarat majelis yang mereka ucapkan ketika membubarkan diri.[13]

٨٠٨٦ــ مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَا يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى فِيْهِ إِلَّاقَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ، وَكَانَ ذَلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ (د ك) عن أبي هريرة (صح)ـ

          8086- Tidaklah suatu kaum berdiri dari majelis yang tidak menyebut Allah swt melainkan mereka berdiri dari seumpama bangkai keledai, dan majelis itu adalah kerugian bagi mereka pada hari kiamat.

          Majelis tanpa dzikir bagaikan busuknya bangkai keledai, apalagi ketika mereka membubarkan diri juga lupa membaca dzikir dan shalawat kepada Nabi saw maka lebih-lebih kebusukannya tersebut.[14]

٨٤٦٢ــ مَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرْ اللهَ عَلَيهِ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرْ اللهَ فِيْهِ كَان عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ (د) عن أبي هررة (ح)ـ

          8462- Barangsiapa berbaring pada pembaringan seranya tidak berdzikir kepada Allah swt maka dia akan merugi pada hari kiamat, dan barangsiapa duduk pada tempat duduk seranya tidak berdzikir kepada Allah swt maka baginya ada kerugian pada hari kiamat. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. HASAN)[15]

٩٦٤٣ــ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ (حم ق د ن ه) عن إبن عمرو (حم ق ت ه) عن أبي هريرة (صح) [الجامع:٩٦٤٣، بخاري:٦٠، مسلم:٢٤١، ابو داود:٩٧،نسائي:١١١ ،ابن ماجه:٤٥٣]ـ

9643- Celakalah tumit-tumit karena neraka. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasaa-i, dan Ibnu Majah dari Ibnu `Amr. Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH) [Bukhari:60, Muslim:241, Abu Dawud:97, Nasaa-i:111, dan Ibnu Majah:453]

Hadits ini beliau ucapkan ketika melihat sekelompok orang wudhu mau shalat tetapi tumit-tumit mereka tidak terkena air dengan baik. Celakalah tumit-tumit yang tidak terkena air ketika wudhu, dia akan dibakar oleh api neraka karena tidak menyempurnakan wudhu dan bersuci. Ada ulama yang memahami, celakah orang - orang yang tumitnya tidak terbasuh air dengan sempurnah ketika wudhu. Mereka akan disiksa dalam api neraka.[16]

Hadits ini oleh Imam Bukhari dituliskan juga dalam kitab ilmu bab orang yang meninggikan suaranya untuk mengajarkan ilmu. Dengan kata lain Imam Bukhari ingin menjelaskan kepada kita bahwa bagian dari sunnah adalah meninggikan suara di dalam menyampaikan ilmu pengetahuan sehingga bisa di dengar dan dipahami dengan jelas oleh orang yang menuntut ilmu.[17]

Dengan hadits ini pula saya ingin menegaskan jika majelis ilmu adalah bagian dari majelis dzikir, dan salah satu yang harus dilakukan dalam setiap majelis adalah saling mengingatkan akan kebaikan dan ilmu pengetahuan. Dan meninggikan suara dalam majelis dzikir diperbolehkan.

٦٦١٨ــ كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتى علَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهمْ ثَلَاثًا (حم خ ت) عن أنس (صح) [الجامع:٦٦١٨،بخاري:٩٥،ترمذي:٢٧٢٣]ـ

          6618- Bahwasanya apabila Nabi mengucapkan sebuah kalimat maka beliau mengulangiya tiga kali sehingga bisa dipahami, dan apabila beliau mendatangi kaum maka mengucapkan salam tiga kali. (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi ari Anas. SHAHIH) [Bukhari:65, Tirmidzi:2723]

          Imam bukhari menuliskan hadits ini dalam kitab ilmu bab mengulangi perkataan sebanyak tiga kali agar maksudnya dipahami. Majelis ilmu merupakan bagian dari majelis dzikir. Dan salah satu hal yang bisa dilakukan dalam majelis dzikir adalah mengucapkan salam sebanyak tiga kali jika diperlukan dan mengulangi pembicaraan tiga kali jika diperlukan pula sehingga semua maksud pembicaraan bisa dipahami.[18]

١٠٠١٠ــ يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا، وَبشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوا (حم ق ن) عن أنس (صح) [الجامع:١٠٠١٠ ٬ بخاري:٦٩ ، مسلم:١٧٣٤]ـ

          10010- Permudahlah dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat (mereka) lari. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Nasaa-i dari Anas. SHAHIH) [Al-Jami:10010, Bukhari:69, Muslim:1734]

Sampaikanlah sesuatu yang bisa mempermudah mereka sehingga mereka mudah menerima pelajaran dan mudah pula mengamalkannya, dan janganlah membuat mereka menjauh dari dakwah karena pelajaran - pelajaran sulit yang kita sampaikan. Sampaikanlah kabar gembira mengenai rahmat Allah SWT, pemberian-Nya, ampunan-Nya, pertolongan-Nya, surga-Nya dan semua yang membuat manusia gembira, dan janganlah kalian sampaikan sesuatu dengan cara-cara yang membuat mereka lari dan menjauh dari dakwah.[19]

Dengan hadits ini maka permudahlah urusan – urusan dalam majelis dzikir dan gembirakanlah mereka agar betah dan selalu datang ke majelis – majelis dzikir.



[1] Jami`us Shaghir: 859., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 859. Ahmad:12545. Tirmidzi: 3510.

[2] Jami`us Shaghir: 8087., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8087., Tirmidzi:3378, Ibnu Majah:3791, Muslim:2700.

[3] Jami`us Shaghir: 8169., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8169.

[4] Jami`us Shaghir: 7884., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7884.

[5] Jami`us Shaghir: 7885., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7885.

[6] Jami`us Shaghir: 7776., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7776., Abu Dawud:1455., Mulim:2700.

[7] Jami`us Shaghir: 7777., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7777.

[8] Jami`us Shaghir: 7199., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7199.

[9] Jami`us Shaghir: 7203., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7203., Abu Dawud 3667.

[10] Jami`us Shaghir: 7778., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7778.

[11] Jami`us Shaghir: 7779., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7779.

[12] Jami`us Shaghir: 7780., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7780.

[13] Jami`us Shaghir: 7886., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7886., Tirmidzi:3380.

[14] Jami`us Shaghir: 8086., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8086.

[15] Jami`us Shaghir: 8462., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8462., Abu Dawud 5059.

[16] Jami`us Shaghir: 9643., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 9643.,

[17] Jami`ush Shaghiir 9643., Fathul Bari penjelasan hadits nomor 60.

[18] Jami`ush Shaghiir 6618., Fathul Bari penjelasan hadits nomor 65., Bukhari:65, Tirmidzi:2723.

[19] Jami`ush Shaghiir 10010., Faihul Qadhiir penjelasan hadits 10010.