Laman

Minggu, 17 Februari 2019

Bab Keutamaan Majelis Dzikir

Bab Keutamaan Majelis Dzikir 
  1. Hadits 00859 [ Majlis dzikir adalah taman surga ] SHAHIH
  2. Hadits 08087 [ Majliz dzikir dinaungi malaikat, rahmat, ketenangan, dibanggakan Allah swt ] SHAHIH
  3. Hadits 08169 [ Majliz dzikir memiliki empat keutamaan] HASAN
  4. Hadits 07884 [ Majlis dzikir diampuni dosanya ] SHAHIH
  5. Hadits 07885 [ Majlis dzikir keburukannya diganti kebaikan ] SHAHIH
  6. Hadits 07776 [ Majlis dzikir di rumah Allah ] SHAHIH
  7. Hadits 07777 [ Majlis dikir diampuni dosanya] [SHAHIH]
  8. Hadits 07199 [ Majlis dzikir setelah shalat subuh dan Ashar ] HASAN
  9. Hadits 07203 [ Majlis dzikir bersama setelah shalat subuh dan Ashar ] HASAN 
  10. Hadits 08129 [ Majlis dzikir di rumah ] SHAHIH
  11. Hadits 04063 [ Teman terbaik mengingatkan dzikir] SHAHIH
  12. Hadits 07778 [ Kerugian majlis tidak dzikir dan shalawat ] SHAHIH
  13. Hadits 07779 [ Kerugian majlis tanpa dzikir ] SHAHIH
  14. Hadits 07780 [ Kerugian majlis tidak dzikir dan shalawat ] SHAHIH
  15. Hadits 07886 [ Majelis dzikir rugi tanpa shalawat ] HASAN
  16. Hadits 08086 [ Majelis rugi tanpa dzikir dan shalawat] SHAHIH
  17. Hadits 08462 [ Duduk dan berbaring tanpa dzikir adalah kerugian ] HASAN
  18. Hadits 09643 [ Meninggikan suara mengajari majlis ] SHAHIH
  19. Hadits 06618 [ Mengulangi perkataan agar anggota majlis faham] SHAHIH
  20. Hadits 10010 [ Permudahlah dan jangan persulit majlis ] SHAHIH

  21. Hadits 01249 [ Memulyakan majlis ] DHAIF
  22. Hadits 01254 [ Majlis dzikir ] DHAIF
  23. Hadits 01961 [ Rumah tempat dzikir ] DHAIF
=
Bab Keutamaan Majelis Dzikir 

٨٥٩ــ إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوْا، قَالُوْا: وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ؟ حِلَقُ الذِّكْرِ (حم ت هب) عن أنس (صح) [أحمد:١٢٥٤٥، الترمذي:٣٥١٠]

          859- Apabila kalian lewat di taman surga maka lepaskanlah diri kalian (di situ). Sebagian sahabat bertanya: “Apakah taman surga itu?” Nabi menjawab:”Lingkaran dzikir”. (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi dalam Syu`abul Iman. HASAN) [Ahmad: 12545, Tirmidzi: 3510]

          Nabi menyuruh orang yang melewati majlis dzikir agar mampir ke majlis tersebut untuk sama-sama berdzikir atau melakukan ketaatan – ketaatan lainnya. Nabi menyerupakan dzikir dengan taman surga karena salah satu hal paling utama yang diberikan Allah swt kapada hamba-hamba-Nya di dunia adalah dzikir dan hal paling utama yang diberikan di akherat adalah memandang kepada Alah swt. Oleh karena itu orang yang dzikir di dunia bagaikan orang yang melihat-Nya di akherat.[1]

٨٠٨٧ــ مَامِنْ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ ٱللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (ت ه) عن أبي هريرة وأبي سعيد (صح) [الترمذي:٣٣٧٨ ،إبن ماجه:٣٧٩١، مسلم:٢٧٠٠]ـ

          8087- Tiada suatu kaum yang mengingat Allah melainkan mereka dikepung (dinaungi) para Malaikat, dan ditutupi oleh rahmat, dan turun ketenangan atas mereka, dan Allah menyebut mereka kepada yang berada di sisi-Nya. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abi Hurairah danAbi Sa`iid. SHAHIH) [Tirmidzi:3378, Ibnu Majah:3791, Muslim:2700]

          Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan majlis dzikir, keutamaan orang yang berdzikir, keutamaan berkumpul untuk berdzikir, dan kecintaan para Malaikat kepada mereka.[2]

٨١٦٩ــ مَجَالِسُ الذِّكْرِ تَنْزِلُ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وتَحِفُّ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ، وَتَغْشَاهُمُ الرَّحْمَةُ، وَيَذْكُرُهُمُ ٱللهُ عَلَى عَرْشِهِ (حل والخطيب) عن أبي هريرة وأبي سعد (ح)ـ

          8169- Majlis – majlis dzikir turun ketenangan atas mereka, Malaikat menaungi mereka, ditutupi rahmat, dan mereka disebut-sebut oleh Allah di atas arasyi-Nya. (HR.Abu Nu`aim dari Abu Hurairah dan Abu Sa`d. HASAN)[3]

٧٨٨٤ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى إِلَّانَاداهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ قُوْمُوْا مَغْفُوْرًا لَكُمْ (حم و الضياء) عن أنس (صح)ـ

          7884- Tidak duduk suatu kaum seranya berdzikir kepada Allah swt, melinkan seorang penyeru berseru dari langit: “Berdirilah kalian seranya diampuni”. (HR. Ahmad dan Dhiyaa ari Anas. SHAHIH)

          Maksudnya ketika ada orang berkumpul untuk berdzikir, kemudian setelah mereka selesai berdzikir, mereka berdiri untuk berpisah kembali maka mereka pergi dalam keadaan dosa-dosa kecilnya diampuni.[4]

٧٨٨٥ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْا اللهَ تَعَالَى فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ: قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَبُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ (طب هب والضياء) عن سهل بن حنظلة (صح)ـ

          7885- Tidak duduk suatu kaum berdzikir kepada Allah swt lalu mereka berdiri sampai dikatakan kepada mereka: “Berdirilah kalian, sungguh Allah swt telah mengampuni dosa-dosa kalian, dan keburukan – keburukan kalian sudah diganti dengan kebaikan – kebaikan. (HR. Thabrani, Baihaqi dan Dhiyaa dari Sahl bin Hanzhalah. SHAHIH)

          Hal tersebut mereka peroleh jika perbuatan mereka terebut disertai dengan taubat yang benar.[5]

٧٧٧٦ــ مَاإِجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّانَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ (د) عن أبي هريرة (صح) [أبو داود:١٤٥٥ ٬ مسلم:٢٧٠٠]ـ

          7776- Tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah Allah swt (Masjid dan sejenisnya) untuk membaca kitab Allah dan saling membacakan di antara mereka, melainkan turun ketenangan atas mereka, tertutupi rahmat, dikepung oleh para Malaikat, dan Allah menyebut-nyebut mereka pada orang-orang yang ada di sisi-Nya. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. SHAHIH) [Abu Dawud:1455, Muslim2700]

          Apabila sekelompok orang berkumpul di masjid atau tempat sejenisnya untuk membaca kitab Allah swt (Al-Quran) dan saling mendengarkan dan mengingatkan diantara mereka sehingga yang membaca sedikit maupun banyak, yang membaca fasih atau yang belum fasih menjadi bersekutu dalam kebaikan majlis tadarus tersebut. Maka akan turun ketenangan ke dalam diri mereka, hatinya bercahaya dan hilanglah kegelapan, rahmat dan berkah menyelimuti mereka, malaikat turun dan mengelilingi mereka seranya merentangkan sayap hingga tembus ke langit dunia seranya mendengarkan Al-Qur`an dan bacaan dzikir, dan Allah swt menyebut-nyebut dan membanggakan mereka kepada orang – orang di sisi-Nya.[6]

٧٧٧٧ــ مَآجْتَمَعَ قَوْمٌ عَلَى ذِكْرٍفَتَفَرَّقُوا عَنْهُ إِلَّاقِيْلَ لَهُمْ، قُوْمُوا مَغْفُوْرًا لَكُمْ (الحسن بن سفيان) عن سهل بن الحنظلة (صح)ـ

          7777- Tidaklah suatu kaum berkumpul untuk berdzikir kemudian mereka berpisah melainkan dikatakan kepada mereka, “berdirilah kalian seranya diampuni” (HR. Hasan bin Sufyan dari Sahl bin Hanzhalah. SHAHIH)[7]

٧١٩٩ــ لَأَنْ أَذْكُرَ اللهَ تَعَالَى مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلَاةِ الْفَجْرِ إِلَى طُلُوْعِ الشَّمْسِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَافِيْهَا، وَلَأَنْ أَذْكُرَ اللهَ مَعَ قَوْمٍ بَعْدَ صَلَاةِ العَصْرِ إِلَى أَنْ تَغِيْبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنَ الدُّنْيَا وَمَافِيْهَا (هب) عن أنس (ح)ـ

          7199- Bahwa aku menyebut Allah swt bersama suatu kaum setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya, bahwa aku menyebut Allah swt bersama suatu kaum setelah shalat asar sampai terbenamnya matahari lebih aku sukai daripada dunia dan seisinya. (HR. Baihaki dari Anas. HASAN)

          Waktu setelah shalat subuh dan shalat asar adalah waktu dimana para malaikat membawa catatan amalan-amalan kita sehingga sangat disunnahkan memperbanyak dzikir kepada Allah swt.[8]

٧٢٠٣ــ لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةَ مِنْ وَلَدِ اِسْمَاعِيْلَ، لَأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى مِنْ صَلَاةِ الْعَصْرِ إِلَى أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً (د) عن أنس (ح) [ابو داود:٣٦٦٧،]ـ

          7203- Bahwa aku duduk bersama sauatu kaum untuk mengingat Allah swt setelah shalat shubuh hingga terbit matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang anak cucu Ismail as, Bahwa aku duduk bersama sauatu kaum untuk mengingat Allah swt setelah shalat ashar hingga terbenamnya matahari lebih aku cintai daripada memerdekakan empat orang (budak). (HR. Abu Dawud dari Anas. SHAHIH) [ Abu Dawud: 3667].

          Hadits ini menunjukan keutamaan majlis dzikir setelah shalat shubuh dan shalat ashar, lebih utama daripada memerdekakan hamba sahaya dari kelompok kaum termulia anak cucu Ismail as.[9]

٧٧٧٨ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ ثُمَّ تَفَرَّقُوْا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ وَصَلَاةٍ عَلَى النَّبِيِّ إِلَّا قَامُوْا عَنْ أَنْتَنَ مِنْ جِيْفَةٍ (الطيالسي هب والضياء) عن جابر (صح)ـ

          7778- Tidaklah berkumpul suatu kaum kemudian mereka berpisah tanpa dzikir dan shalawat atas Nabi terkecuali mereka berdiri dari yang lebih busuk dari bangkai. (HR. Thayaalisi, Baihaqi, dan Dhiyaa dari Jabir. SHAHIH)

          Hadits ini menjelaskan tentang keburukan suatu majlis yang di dalamnya tidak ada dzikir dan shalawat. Keburukannya tersebut diumpamakan lebih buruk daripada bau busuknya bangkai. Jika ada majlis yang seperti ini maka sebaiknya menjauhinya.[10]

٧٧٧٩ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ فَتَفَرَّقُوْا عَنْ غَيْرِ ذِكْرِ اللهِ إِلَّا كَأَنَّمَا تَفَرَّقُوا عَنْ جِيْفَةٍ حِمَارٍ، وَكَانَ ذلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً (حم) عن أبي هريرة (صح)ـ

          7779- Tidaklah berkumpul suatu kaum kemudian mereka berpisah tanpa dzikir kepada Allah, melainkan seakan-akan mereka berpisah dari bangkai keledai, dan majlis tersebut merupakan majlis yang merugi. (HR. Ahmad dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Majlis yang tidak menyebut asma Allah swt hingga mereka berpisahpun tidak menyebut asma Allah swt maka majlis tersebut sebusuk bangkai keledai, dan orang-orang dalam majlis tersebut akan merasa rugi, meskipun kelak mereka masuk surga.[11]

٧٧٨٠ــ مَاإجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي مَجْلِسٍ فَتَفَرَّقُوْا وَلَمْ يَذْكُرُوا اللهَ وَيُصَلُّوْاعَلَى النَّبِيِّ صَلَّى الله عَلَيْهِ وسلم إِلَّا كَانَ مَجْلِسُهُمْ تِرَةً عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (حم حب) عن أبي هريرة (صح)ـ

          7780- Tidaklah berkumpul suatu kaum dalam suatu majlis kemudian berpisah tanpa berdzikir kepada Allah dan tanpa bershalawat kepada Nabi saw melainkan majlis mereka adalah majlis yang rugi pada hari kiamat. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Pada hari kiamat mereka akan merugi karena telah menyia-nyiakan pahala membaca dzikir dan shalawat ketika berkumpul bermajlis-majlis.[12]

٧٨٨٦ــ مَاجَلَسَ قَوْمٌ مَجْلِسًا لَمْ يَذْكُرُوا اللهَ تَعَالَى فِيْهِ وَلَمْ يُصَلُّوا عَلَى نَبِيِّهِمْ إِلَّا كَانَ عَلَيْهِمْ تِرَةٌ، فَإِنْ شَاءَ عَذَّبَهُمْ، وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ لَهُم (ت ه) عن أبي هريرة وأبي سعيد (ح)ـ

          7886- Tidaklah duduk suatu kaum dalam suatu majelis yang tidak berdzikir kepada Allah swt dan tidak bershalawat kepada Nabi mereka, melainkan adalah penyesalan atas mereka. Jika Ia berkehendak Ia menyiksa mereka dan jika Ia berkehendak Ia memaafkan mereka. (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan Abu Sa`id. HASAN)

          Majelis yang di dalamnya tidak ada dzikir dan shalawat adalah majelis yang penuh kerugina. Jika Allah swt berkehendak maka Allah swt akan menyiksa mereka sebab dosa-dosa mereka dan jika Ia berkehendak maka Ia akan memaafkan mereka sebab semisal doa kifarat majelis yang mereka ucapkan ketika membubarkan diri.[13]

٨٠٨٦ــ مَا مِنْ قَوْمٍ يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لَا يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالَى فِيْهِ إِلَّاقَامُوا عَنْ مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ، وَكَانَ ذَلِكَ الْمَجْلِسُ عَلَيْهِمْ حَسْرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ (د ك) عن أبي هريرة (صح)ـ

          8086- Tidaklah suatu kaum berdiri dari majelis yang tidak menyebut Allah swt melainkan mereka berdiri dari seumpama bangkai keledai, dan majelis itu adalah kerugian bagi mereka pada hari kiamat.

          Majelis tanpa dzikir bagaikan busuknya bangkai keledai, apalagi ketika mereka membubarkan diri juga lupa membaca dzikir dan shalawat kepada Nabi saw maka lebih-lebih kebusukannya tersebut.[14]

٨٤٦٢ــ مَنْ اضْطَجَعَ مَضْجَعًا لَمْ يَذْكُرْ اللهَ عَلَيهِ كَانَ عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ قَعَدَ مَقْعَدًا لَمْ يَذْكُرْ اللهَ فِيْهِ كَان عَلَيْهِ تِرَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ (د) عن أبي هررة (ح)ـ

          8462- Barangsiapa berbaring pada pembaringan seranya tidak berdzikir kepada Allah swt maka dia akan merugi pada hari kiamat, dan barangsiapa duduk pada tempat duduk seranya tidak berdzikir kepada Allah swt maka baginya ada kerugian pada hari kiamat. (HR. Abu Dawud dari Abu Hurairah. HASAN)[15]

٩٦٤٣ــ وَيْلٌ لِلْأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ (حم ق د ن ه) عن إبن عمرو (حم ق ت ه) عن أبي هريرة (صح) [الجامع:٩٦٤٣، بخاري:٦٠، مسلم:٢٤١، ابو داود:٩٧،نسائي:١١١ ،ابن ماجه:٤٥٣]ـ

9643- Celakalah tumit-tumit karena neraka. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Nasaa-i, dan Ibnu Majah dari Ibnu `Amr. Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH) [Bukhari:60, Muslim:241, Abu Dawud:97, Nasaa-i:111, dan Ibnu Majah:453]

Hadits ini beliau ucapkan ketika melihat sekelompok orang wudhu mau shalat tetapi tumit-tumit mereka tidak terkena air dengan baik. Celakalah tumit-tumit yang tidak terkena air ketika wudhu, dia akan dibakar oleh api neraka karena tidak menyempurnakan wudhu dan bersuci. Ada ulama yang memahami, celakah orang - orang yang tumitnya tidak terbasuh air dengan sempurnah ketika wudhu. Mereka akan disiksa dalam api neraka.[16]

Hadits ini oleh Imam Bukhari dituliskan juga dalam kitab ilmu bab orang yang meninggikan suaranya untuk mengajarkan ilmu. Dengan kata lain Imam Bukhari ingin menjelaskan kepada kita bahwa bagian dari sunnah adalah meninggikan suara di dalam menyampaikan ilmu pengetahuan sehingga bisa di dengar dan dipahami dengan jelas oleh orang yang menuntut ilmu.[17]

Dengan hadits ini pula saya ingin menegaskan jika majelis ilmu adalah bagian dari majelis dzikir, dan salah satu yang harus dilakukan dalam setiap majelis adalah saling mengingatkan akan kebaikan dan ilmu pengetahuan. Dan meninggikan suara dalam majelis dzikir diperbolehkan.

٦٦١٨ــ كَانَ إِذَا تَكَلَّمَ بِكَلِمَةٍ أَعَادَهَا ثَلَاثًا حَتَّى تُفْهَمَ عَنْهُ، وَإِذَا أَتى علَى قَوْمٍ فَسَلَّمَ عَلَيْهمْ ثَلَاثًا (حم خ ت) عن أنس (صح) [الجامع:٦٦١٨،بخاري:٩٥،ترمذي:٢٧٢٣]ـ

          6618- Bahwasanya apabila Nabi mengucapkan sebuah kalimat maka beliau mengulangiya tiga kali sehingga bisa dipahami, dan apabila beliau mendatangi kaum maka mengucapkan salam tiga kali. (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi ari Anas. SHAHIH) [Bukhari:65, Tirmidzi:2723]

          Imam bukhari menuliskan hadits ini dalam kitab ilmu bab mengulangi perkataan sebanyak tiga kali agar maksudnya dipahami. Majelis ilmu merupakan bagian dari majelis dzikir. Dan salah satu hal yang bisa dilakukan dalam majelis dzikir adalah mengucapkan salam sebanyak tiga kali jika diperlukan dan mengulangi pembicaraan tiga kali jika diperlukan pula sehingga semua maksud pembicaraan bisa dipahami.[18]

١٠٠١٠ــ يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا، وَبشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوا (حم ق ن) عن أنس (صح) [الجامع:١٠٠١٠ ٬ بخاري:٦٩ ، مسلم:١٧٣٤]ـ

          10010- Permudahlah dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat (mereka) lari. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Nasaa-i dari Anas. SHAHIH) [Al-Jami:10010, Bukhari:69, Muslim:1734]

Sampaikanlah sesuatu yang bisa mempermudah mereka sehingga mereka mudah menerima pelajaran dan mudah pula mengamalkannya, dan janganlah membuat mereka menjauh dari dakwah karena pelajaran - pelajaran sulit yang kita sampaikan. Sampaikanlah kabar gembira mengenai rahmat Allah SWT, pemberian-Nya, ampunan-Nya, pertolongan-Nya, surga-Nya dan semua yang membuat manusia gembira, dan janganlah kalian sampaikan sesuatu dengan cara-cara yang membuat mereka lari dan menjauh dari dakwah.[19]

Dengan hadits ini maka permudahlah urusan – urusan dalam majelis dzikir dan gembirakanlah mereka agar betah dan selalu datang ke majelis – majelis dzikir.



[1] Jami`us Shaghir: 859., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 859. Ahmad:12545. Tirmidzi: 3510.

[2] Jami`us Shaghir: 8087., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8087., Tirmidzi:3378, Ibnu Majah:3791, Muslim:2700.

[3] Jami`us Shaghir: 8169., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8169.

[4] Jami`us Shaghir: 7884., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7884.

[5] Jami`us Shaghir: 7885., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7885.

[6] Jami`us Shaghir: 7776., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7776., Abu Dawud:1455., Mulim:2700.

[7] Jami`us Shaghir: 7777., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7777.

[8] Jami`us Shaghir: 7199., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7199.

[9] Jami`us Shaghir: 7203., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7203., Abu Dawud 3667.

[10] Jami`us Shaghir: 7778., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7778.

[11] Jami`us Shaghir: 7779., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7779.

[12] Jami`us Shaghir: 7780., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7780.

[13] Jami`us Shaghir: 7886., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7886., Tirmidzi:3380.

[14] Jami`us Shaghir: 8086., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8086.

[15] Jami`us Shaghir: 8462., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8462., Abu Dawud 5059.

[16] Jami`us Shaghir: 9643., Faidhul Qadiir penjelasan hadits 9643.,

[17] Jami`ush Shaghiir 9643., Fathul Bari penjelasan hadits nomor 60.

[18] Jami`ush Shaghiir 6618., Fathul Bari penjelasan hadits nomor 65., Bukhari:65, Tirmidzi:2723.

[19] Jami`ush Shaghiir 10010., Faihul Qadhiir penjelasan hadits 10010.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar