Laman

Senin, 07 Januari 2019

KITAB RIDHA ALLAH SWT DAN CARA MERAIHNYA

1. Bab Kalimat Taradhi [ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّدٍ صَلى الله عَليْه و سلَّمَ رَسُوْلًا]
  1. Hadits 04309 [ Manisnya iman ] SHAHIH
  2. Hadits 03507 [ Masuk surga ] HASAN
  3. Hadits 03125 [ Kalimat ridha dan iman ] DHAIF

2. Bab Membaca Hamdalah Setelah Makan dan Minum

  1. Hadits 01795 [ Baca hamdalah setelah makan minum ] SHAHIH
  2. Hadits 01974 [ Basmalah dan hamdalah ketika makan ] DHAIF 
  3. Hadits 05326 [ Orang makan yg syukur  seperti orang puasa yg sabar ] SHAHIH
  4. Hadits 05327 [ Orang makan yg syukur  seperti orang puasa yg sabar ] HASAN
  5. Hadits 05390 [ Hamdalah setelah makan ] SHAHIH

3. Bab Perkataan Ridha
  1. Hadits 01973 [ Berkata perkataan yang diridhai Allah ] SAHIH
  2. Hadits 02060 [ Berkata perkataan yang diridhai Allah ] SAHIH

4. Bab Bersiwak mendatangkan Ridha Allah swt
  1. Hadits 04832 [ Membersihkan gigi dan Tuhan Ridha] SHAHIH
  2. Hadits 04833 [ Membersihkan mulut, Tuhan ridha, pandangan tajam] DHAIF
  3. Hadits 04834 [ Membersihkan mulut, Tuhan ridha] SHAHIH

5. Bab Ridha Orang Tua
  1. Hadits 04456 [ Ridha Allah ada pada ridha orang tua] SHAHIH
  2. Hadits 04457 [ Ridha Allah ada pada ridha orang tua] SHAHIH
  3. Hadits 09661 [ Orang tua adalah pintu surga terbaik ] SHAHIH

6. Bab Tiga Perkara Yang DiRidhai Allah swt
  1. Hadits 01908 [ Tiga amal yang diridhai Allah SWT] SHAHIH

7. Bab Yang Diridhai Ibnu Masud 
  1. Hadits 04458 (Perkara - perkara yang diridhai Ibnu Mas`ud ) SHAHIH

8. Bab Mempermudah perkara
  1. Hadits 01742 [ Allah ridha kemudahan ] SHAHIH
  2. Hadits 10010 [ Permudahlah dan jangan persulit ] SHAHIH
  3. Hadits 09108 [ Mempermudah orang susah ] SHAHIH
  4. Hadits 09062 [ Menolong saudara ] HASAN
  5. Hadits 09065 [ Menolong orang berhutang ] SHAHIH
  6. Hadits 09111 [ Membantu hajat orang lain ] SHAHIH
 
9. Bab Allah Ridha dan Kitapun Ridha
  1. Hadits 8706 [ Ridha kepAda Allah maka Allah ridha kepada kita] DHAIF
  2. Hadits 04309 [ Aku Ridha Allah Sebagai Tuhanku ] SHAHIH
  3. Hadits 06051 [ Aku Yakin Allah Tuhan Yang Maha Baik ] SHAHIH

10. Bab Istighfar dan Taubat
  1. Hadits 07192 [ Ridha Allah kepada orang yang bertaubat ] SHAHIH
  2. Hadits 07193 [ Ridha Allah kepada orang yang bertaubat ] DHAIF
  3. Hadits 07194 [ Ridha Allah kepada orang yang bertaubat ] DHAIF

11. Bab Berdoa dengan Ridha Allah
  1. Hadits 01521 [ Berlindung dengan Ridha Allah dari Murka Allah ] SHAHIH

12. Bab Jiwa Yang Tenang (النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ
)
  1. Hadits 06136 [ Doa minta jiwa yang tenang ] DHAIF

13. Bab Ketika Allah swt Ridha
  1. Hadits  01669 [ Ketika Allah ridha kepada seorang hamba ] 

14. Bab Tambahan
  1. Surat Al-Maidah  ayat 119 [ Orang yang benar ] 5
  2. Surat At-Taubah ayat 100 [ Orang yang mengikuti Sahabat Anshar dan Muhajirin ] 9
  3. Surat Al-Fath ayat 18 [ Orang yang berbaiat kepada Nabi saw ] 48
  4. Surat Al-Mujadilah ayat 22 [ Orang beriman ] 58
  5. Surat Al-Fajr ayat 27 - 30 [ Jiwa yang tenang ] 89
  6. Surat Al-Bayyinah ayat 8 [ Orang yang takwa ] 98
=

Kitab Ridha Allah swt dan Cara Meraihnya

          Berdasarkan Kamus Arab Indonesia karangan Prof. Mahmud Yunus kata ridha berasal dari kata (رَضِيَ  يَرْضَى  رِضًى) radhiya yardha ridhan yang berarti rela, suka, senang. Berdasarkan Kamus al-Munawwir, kata ridha ( رِضَا) berasal dari kata  (رَضِيَ  يَرْضَى  رِضْوَانًا) radhiya yardha ridhwaanan yang bisa berarti senang, suka, rela, menyetujui, menerima, puas, membenarkan, memandang baik, rahmat. Ridha juga berarti (ضِدُّ سَخِط) lawan kata murka.

          Dalam kitab ini kita akan mengutip beberapa hadits Nabi saw yang secara tekstual atau tersurat mengandung kata ridha atau turunannya dari kital Al-Jaami` Ah-Shaghiir karya Imam Suyuthi.

          Selain itu kita juga akan menambahkan satu bab tambahan yang berisi kutipan beberapa ayat Al-Qur`an yang secara tekstual atau tersurat mengandung kata ridha atau turunannya.

          Pada akhirnya kita berharap akan mengetahui beberapa ilmu ridha yang mudah mengamalkannya sehingga Allah ridha kepada kita sekalian. Amin.

 

1.     Bab Kalimat Taradhi

٤٣٠٩ــ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ

4309- Niscaya akan merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).

Orang yang bisa mencicipi dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat, manis, atau gambaran rasa lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan puas serta tidak mencari tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas serta tidak akan mencari jalan lain selain jalan syariat islam, dan merasa cukup dan puas akan kenabian dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW[1]

          Sunan Abu Dawud Hadits Nomor 1529

من قالَ: رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا، وجَبت لَهُ الجنَّةُ (سنن أبى داود:١٥٢٩) عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ

          Barang siapa yang mengucapkan (رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا) Aku ridaha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka wajib baginya surga. (HR. Abu Dawud dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)

          Shahih Muslim Hadits Nomor 1884

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: يَاأَبَا سَعِيْدٍ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا وجَبت لَهُ الجنَّةُ ... (صيح مسلم:١٨٨٤)  عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ

          Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Ya Aba Sa`iid, Barangsiapa yang ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)

          Sunan Tirmidzi Hadits 3389

مَن قالَ حينَ يُمسي : رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا ، كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرْضيَهُ (سنن الترمذى:٣٣٨٩) عن  ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم (ضعيف) قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه ـ

          Barangsiapa berkata saat masuk waktu sore: (رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Nabi, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Tirmidzi dari Tsaubaan maula Rasulallah saw. DHAIF). Abu Musa berkata hadits ini hasan gharib dari wajah ini.

          Sunan Abu Dawud Hadits Nomor 5072

من قالَ إذا أصبحَ وإذا أمسى رضينا باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضيَهُ (ابو داود:٥٠٧٢) عن رجل خدم النبي (ضعيف)ـ

          Barangsiapa berkata apabila masuk waktu subuh (pagi) dan apabila masuk waktu sore (kalimat) (رضينا باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا) Kami ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Abu Dawud dari seorang laki – laki pembantu Rasulullah saw).

          Sunan Ibnu Majah Hadits Nomor 3870

ما مِن مسلمٍ أو إنسانٍ أو عبدٍ يقولُ حينَ يُمسي وحينَ يصبحُ رضيتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضِيَهُ يومَ  القيامةِ (ابن ماجه:٣٨٧٠) عن أبى سَلاَّمٍ خَادِمِ النبي صلى الله عليه وسلم (ضعيف)ـ

          Tiada seorang muslim atau seorang manusia atau seorang hamba apabila masuk waktu sore dan masuk waktu subuh (pagi) mengucapkan (kalimat) (رَضِيْتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسْلاَمِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Nabi, terkecuali Allah berhak meridhainya pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah dari Abu Sallam pelayan Rasulullah saw. DHAIF)

          Shahih Muslim Hadits Nomor 386

مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ له ذَنْبُهُ. قالَ ابنُ رُمْحٍ في رِوَايَتِهِ: مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ: وأَنَا أشْهَدُ ولَمْ يَذْكُرْ قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ: وأَنَا (مسلم:٣٨٦) عن سعد بن أبي وقاص (صح)ـ

          Barangsiapa saat mendengar adzan membaca: (أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) maka diampuni dosa – dosanya. Ibnu Rumhin berkata dalam riwayatnya: Barangsiapa saat mendengar adzan membaca(وأَنَا أشْهَدُ) dan Qutaibah tidak menyebutkan perkataan (وأَنَا). (HR. Muslim dari Sa`d bin Abi Waqash. SHAHIH).

          Musnad Ahmad

حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ قَاضِي وَاسِطٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقَالُوا هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَدَاوَلُهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (مسند أحمد)ـ

          Telah menceritakan kepada kami [Aswad bin Amir] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu 'Aqil] Qadli Wasith, dari [Sabiq bin Najiyah] dari [Abu Sallam] ia berkata; [Seorang laki-laki] berjalan melewati Masjid Himsh, maka orang-orang pun berkata, "Orang ini adalah Khadimnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." Maka saya pun beranjak ke arahnya dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah Anda dengar dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa seorang perantara pun." Ia pun berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim membaca, 'RADLITU BILLAHI RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridla Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib bagi Allah untuk meridlainya pada hari kiamat." (Hadits Ahmad Nomor 18199, sumber: https://tafsirq.com/en/hadits/ahmad/18199 atau https://al-maktaba.org/book/25794/15517#p2)

Al-Qur`an Surat Al-Maidah Ayat 3

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا (المائدة:٣)ـ

          Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3)

Keutamaan doa taradhi: Meraih ridha Allah swt, Meraih rahmat Allah swt, mendapat ridha Allh swt di hari kiamat, Masuk surga tanpa hisab, diampuni dosa – dosa, merasakan manisnya iman, dlln

          Waktu membaca doa taradhi bisa kapan saja dan dimana saja, namun dibaca pagi hari, sore hari, dan setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.

          Jumlah hitungan bacaan doa taradhi bisa berapa saja, tetapi membaca tiga kali di waktu pagi, tiga kali di waktu sore, sekali setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.

٣٥٠٧ــ  ثلاثةٌ من قالهنَّ دخل الجنَّةَ : من رضِيَ بالله ربًّا ، و بالإسلامِ دينًا ، و بمحمدٍ رسولًا ، و الرابعةُ لها من الفضلِ كما بين السماءِ ، و الأرضِ ، و هي : الجهادُ في سبيلِ اللهِ عزَّ و جلَّ (حم) عن أبى سعيد (ح)ـ

          3507- Tiga (hal) barangsiapa mengucapkannya maka masuk surga: Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, dan yang keempat mempunyai keutamaan seperti antara langit dan bumi yaitu jihad di jalan Allah azza wa jalla. (HR. Ahmad dari Abi Sa`iid. HASAN)[2]

          Shahih Muslim Hadits Nomor 1884

يا أبا سَعِيدٍ، مَن رَضِيَ باللَّهِ رَبًّا، وبالإسْلامِ دِينًا، وبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا، وجَبَتْ له الجَنَّةُ، فَعَجِبَ لها أبو سَعِيدٍ، فقالَ: أعِدْها عَلَيَّ يا رَسولَ اللهِ، فَفَعَلَ، ثُمَّ قالَ: وأُخْرَى يُرْفَعُ بها العَبْدُ مِئَةَ دَرَجَةٍ في الجَنَّةِ، ما بيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، قالَ: وما هي يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللهِ، الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ. (مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صح)ـ

          Wahai Aba Sa`iid, Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. Abu Sa`iid merasa kagum karenanya dan berkata: “Ulangi untuk saya Ya Rasulullah?”, kemudian Rasulullah melakukannya, setelah itu kemudian bersabda: “Dan yang lainnya sebab perkara tersebut seorang hamba bisa diangkat seratus derajat di surga, jarak antara dua derajat seperti apa yang ada diantara langit dan bumi”, Abu Sa`iid bertanya:”Apakah perkara itu Ya Rasulullah?” Nabi bersabda:”Jihad di jalan Allah, Jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid Al-Khudri. SHAHIH)

٣١٢٥ــ بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الْإِيْمَانِ أَنْ يَقُوْلَ: رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا (طس) عن ابن عباس (ض)ـ

          3125- Cukuplah dari seseorang dari keimanan bahwa ia mengucapkan (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan  islam sebagai agama. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. DHAIF)

          Jika seseorang telah mengucapkan kalimat (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan  islam sebagai agama maka telah dianggap sebagai orang beriman dan berlaku baginya hukum – hukum orang beriman seperti dilindungi darahnya, hartanya, dan hukum – hukum duniawi lainnya. Kemudian apabila perkataannya tersebut disertai dengan hatinya maka jadilah dia mukmin sejati yang dengannya dia berhak masuk surga.[3]

 

2.     Bab Memuji Allah swt Setelah Makan dan Minum


١٧٩٥ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى لَيَرْضٰى عَنِ الْعَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الْأَكْلَةَ أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ ٱللهَ عَلَيْهَا (حم م ت ن) عن أنس (صح)ـ

          1795- Sesungguhnya Allah swt ridha dari seorang hamba untuk makan sesuap atau minum seteguk kemudian memuji Allah atasnya (misalnya dengan membaca alhamdulillah). (HR. Ahmad, Muslim, Tirmidzi, dan Nasaai dari Anas. SHAHIH)[4]


٦٣٨٣ــ كُلْ بِاسْمِ اللهِ، ثِقَةً بِاللهِ، وَتَوَكَّلْ عَلَى اللهِ (ع حب ك) عن جابر (صح)ـ

          6383- Makanlah dengan menybut Asma Allah (بِاسْمِ اللهِ،), percaya kepada Allah, dan tawakal kepada Allah. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban, dan Hakim dari Jabir. SHAHIH)[5]

3.     Bab Perkataan Ridha

١٩٧٣ــ إِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ رِضْوَانِ اللهِ تَعَالَى مَايَظُنُّ أَنْ تَبْلُغَ مَا بَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللهُ لَهُ بِهَا رِضْوَانَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ مِنْ سَخَطِ اللهِ تَعَالَى مَا يَظُنُّ أَنْ تَبْلُغُ مَابَلَغَتْ فَيَكْتُبُ اللهُ عَلَيْهِ بِهَا سَخَطَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ (مالك حم ت ن ه حب ك) عن بلال بن الحارث (صح)ـ

“Sesungguhnya (ada) seorang laki-laki mengucapkan ucapan (yang mengandung) keridhaan Allah swt, ia tidak mengira (perkataannya itu) akan sampai pada apa yang telah dicapainya, maka sebab itu Allah  menuliskan untuknya keridhaan-Nya sampai hari kiamat, Sesungguhnya (ada) seorang laki-laki mengucapkan ucapan (yang mengandung) kemurkaan Allah swt, ia tidak mengira (perkataannya itu) akan sampai pada apa yang telah dicapainya, maka sebab itu Allah  menuliskan untuknya kemurkaan-Nya sampai hari kiamat”. (HR. Malik, Ahmad, Tirmidzi  (2319), Nasaai, Ibnu Majah (3969), Ibnu Hibban dari Bilal bin Al-Haarits. SHAHIH)

Ada seseorang yang mengucapkan perkataan – perkataan yang diridhai dan dicintai Allah swt yang dia sendiri tidak menyangka jika perkataannya tersebut bernilai sangat tinggi dalam keridhaan Allah swt. Sejak perkataanya tersebut Allah menetapkan keridhaan-Nya di sepanjang sisa hidupnya hingga hari kiamat, maka dia meninggal dalam keadaan islam, tidak di siksa dalam kuburnya, dan tidak dihinakan dalam hari berbangkit.

Ada seseorang yang mengucapkan perkataan – perkataan yang mengandung kebencian Allah swt yang dia sendiri tidak menyangka jika perkataannya tersebut bernilai sangat tinggi dalam kemurkaan Allah swt. Sejak perkataanya tersebut Allah menetapkan kemurkaan-Nya di sepanjang sisa hidupnya hingga hari kiamat, maka dia meninggal dalam keadaan celaka, di siksa dalam kuburnya, dan dihinakan dalam hari berbangkit sehingga dimasukan ke dalam api neraka.[6]

٢٠٦٠ــ إنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِن رِضْوانِ اللَّهِ، لا يُلْقِي لها بالًا، يَرْفَعُهُ اللَّهُ بها دَرَجاتٍ، وإنَّ العَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بالكَلِمَةِ مِن سَخَطِ اللَّهِ، لا يُلْقِي لها بالًا، يَهْوِي بها في جَهَنَّمَ. (حم خ) عن أبي هريرة (صح)ـ

2060- “Sesungguhnya (ada) seorang hamba berbicara suatu perkataan yang diridhai Allah, yang ia tidak pernah memikirkan dan menghiraukannya, tetapi disebabkan kalimat itu Allah akan mengangkat beberapa derajatnya. Dan sesungguhnya ada seorang hamba yang berkata kata – kata yang termasuk kemurkaan Allah yang tidak pernah diperhatikannya  tetapi sebab kata – kata tersebut ia bisa jatuh ke dalam neraka. (HR. Ahmad dan Bukhari (6478) dari Abu Hurairah. SHAHIH)

Yang dimaksud (بالكَلِمَةِ مِن رِضْوانِ اللَّهِ) Kata dari perkataan yang diridhai Allah swt adalah (كلام الله) kalamullah yang diridhai Allah swt seperti kalimat - kalimat yang bisa menolak kegelapan.

Yang dimaksud (لا يُلْقِي لها بالًا) tidak pernah memperhatikannya adalah tidak pernah membayangkannya, tidak pernah memikirkannya, tidak pernah memperhitungkannya, dan bahkan dia beranggapakan perkataannya tersebut adalah sesuatu yang kecil, tetapi justru di sisi Allah swt adalah sesuatu yang teramat besar.

Sehingga sebab perkataannya tersebut Allah swt mengankat derajat hamba tersebut kepada derajat yang tinggi.

Tetapi sebaliknya ada seorang hamba yang mengatakan satu kata yang dibenci dan menyebabkan murka Allah yang tidak pernah ia perhatikan sehingga sebab kata – katanya tersebut ia bisa masuk neraka.[7]

4.     Bab Bersiwak Mendatangkan Ridha Allah swt


٤٨٣٢ــ السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ (حم) عن أبى بكر (الشافعى حم ن حب ك هق) عن عائشة (ه) عن أبى أمامة (صح)ـ

4832- Siwak (gosok gigi) adalah membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha. (HR. Ahmad dari Abu Bakar. Riwayat Asy-Syafi`i, Ahmad, Nasaai, Ibnu Hibban, Hakim, dan Baihaqi dari Aisyah. Riwayat Ibnu Majah dari Abu Umamah. SHAHIH)

Membersihakan gigi dengan kayu siwak atau yang sejenisnya bisa membersihkan dan mengharumkan mulut serta mendapatkan ridha dari Allah swt karena sesungguhnya Allah swt Dzat Yang Maha Suci / bersih dan mencintai kesucian / kebersihan. [8]

٤٨٣٣ــ  السِّوَاكُ مَطْهَرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ وَمَجْلَاةٌ لِلْبَصَرِ (طس) عن إبن عباس (ضع)ـ

4833- Siwak (gosok gigi) membersihkan mulut, mendatangkan ridha Allah, dan membuat terang penglihatan. (HR. Thabraani dari Ibnu Abbas. DHAIF)[9]

٤٨٣٤ــ السِّوَاكُ يُطَيِّبُ الْفَمَ وَيُرْضِى الرَّبِّ (طب) عن إبن عباس (ح)ـ

          4834- Siwak (gosok gigi) membuat mulut jadi baik dan mendatangkan ridha Allah swt. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. HASAN)[10]

 

5.     Bab Ridha Orang Tua

٤٤٥٦ــ رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِى سُخْطِ الْوَالِدِ (ت ك) عن إبن عمرو (البزار) عن إبن عمر (صح)ـ

4456- Keridhaan Tuhan itu di dalam keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan orang tua. (HR. Tirmidzi dan Malik dari Ibnu Umar. Riwayat Al-Bazzar dari Ibnu Umar. SHAHIH)

Sesungguhnya Allah swt memerintahkan agar taat dan memuliakan bapak (termasuk ibu) maka barangsiapa yang mengikuti perintah Allah swt maka benar – benar telah berbuat baik, memuliakan dan mengagungkan Allah swt dan oleh karena itu maka Allah swt ridha kepadanya dan barangsiapa yang tidak mengikuti perintah Allah swt maka Allah swt murka kepadanya.

Tetapi jika kedua orang tua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah swt maka ridha Allah swt terletak pada tidak menjalankan perintah orang tua tersebut.[11]

٤٤٥٧ــ رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُهُ فِى سُخْطِهِمَا (طب) عن إبن عمرو (صح)ـ

4457- Keridhaan Tuhan itu di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan keduanya. (HR. Thabrani dari Ibnu Umar. SHAHIH)

Imam Ghazali berkata, diantara beberapa adab seorang anak kepada orang tua adalah mendengarkan perkataannya, berdiri apabila ia berdiri, mematuhi perintahnya, tidak berjalan di depannya, tidak meninggikan suara, bersegera memenuhi panggilannya, bersemangat mencari keridhaannya, merendahkan sikap, tanpa pamrih berbakti kepada keduanya, tidak memandang buruk kepadanya, tidak merendahkannya, tidak bermuka masam kepadanya.[12]

٩٦٦١ــ الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ (حم ت ه ك) عن أبي الدرداء (صح)ـ

          9661- Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah (paling baik). (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Abu Dardaa`. SHAHIH)

          Maksudnya taat kepada orang tua dan tidak durhaka kepadanya bisa menyebabkan kita masuk surga dari pintu tengah. Menurut Al-Baidhawi awsathu abwaabil jannah adalah pintu terbaik atau pintu tertinggi. Maknanya adalah sesuatu yang bisa kita jadikan wasilah untuk sampai dan masuk surga adalah taat dan berada di sisi orang tua.[13]

 

6.     Bab Tiga Perkara Yang DiRidhai Allah swt

١٩٠٨ــ  إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ: أنْ تَعْبُدُوهُ، ولا تُشْرِكُوا به شيئًا، وأَنْ تَعْتَصِمُوا بحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا ولا تَفَرَّقُوا، وأن تُنَاصِحوا مَن وَلَّاهُ اللهُ أمرَكُمْ  ويَكْرَهُ لَكُمْ: قيلَ وقالَ، وكَثْرَةَ السُّؤالِ، وإضاعَةَ المالِ. (حم م) عن أبى هررة (صح)ـ

          1908- Sesungguhnya Allah swt meridhai tiga perkara dan membenci tiga perkara untuk kalian, maka Allah swt ridha kepada kalian (1) apabila kalian menyembahnya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun, (2) apabila kalian berpegang teguh dengan tali Allah swt dan tidak bercerai berai, dan (3) apabila kalian berbuat tulus terhadap orang – orang yang telah Allah swt angkat untuk mengurusi urusan kalian. Dan membenci tiga perkara untuk kalian, (1) qil wa qal (banyak bicara dan larut dalam cerita manusia), (2) banyak bertanya-tanya (tentang khabar atau harta), (3) menyia-nyiakan harta (menggunakannya di jalan yang tidak diridhai Allah swt). (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Tiga hal yang diridhai Allah swt dan Allah swt ridha kepada orang  orang yang melakukannya: (1) menyembah Allah swt dan tidak menyekutukannya dengan apapun, (2) berpegang teguh dengan tali Allah swt (Al-Qur`an) dan janganlah bercerai berai (mengenai Al-Quran), (3) bersikap baik terhadap pemimpin dan para wakilnya yang telah Allah jadikan untuk memimpin dan mengurusi urusan kalian. Jika harus melakukan kritik maka lakukanlah dengan baik, selama pemimpin tersebut amanah dalam memimpin.[14]

 

7.     Bab Perkara Yang Diridhai Ibnu Mas`ud

٤٤٥٨ــ رَضِيْتُ لِأُمَّتِى مَا رَضِىَ لَهَا ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ (ك) عن إبن مسعود (صح)ـ

          4458- Aku ridha untuk umatku apa – apa yang Ibnu Umi `Abdin (Abdullah Ibnu Mas`ud) ridha kepadanya. (HR. Hakim dari Ibnu Mas`ud. SHAHIH)

          Rasulullah saw ridha terhadap pilihan – pilihan Ibnu Mas`ud untuk umat Nabi.[15]

 

8.     Bab Mempermudah Perkara

١٧٤٢ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى رَضِىَ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْيُسْرَ وَكَرِهَ لَهَا العُسْرَ (طب) عن محجن بن الأدرع (صح)ـ

          1742- Sesungguhnya Allah swt meridhai (menghendaki) kemudahan untuk umat ini dan membenci kesusahan untuknya. (HR. Thabrani dari Mihjan bin Al-Adra`. SHAHIH)

Allah menghendaki kemudahan bagi umat ini dengan menurunkan syariat yang mudah dan tidak berat dan tidak menghendaki kesukaran bagi umat ini. Sejalan dengan yang difirmankan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 185 (يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ) Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Menurut Al-Haraani mudah adalah perbuatan yang tidak membuat jiwa susah payah dan tidak memberatkan jasmani, sedangkan susah adalah perbuatan yang membuat jiwa bersusah payah dan membahayakan jasmani.[16]


١٠٠١٠ــ يَسِّرُوْا وَلَا تُعَسِّرُوْا، وَبشِّرُوْا وَلَا تُنَفِّرُوا (حم ق ن) عن أنس (صح) ـ

          10010- Permudahlah dan janganlah mempersulit, gembirakanlah dan jangan membuat (mereka) lari. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, dan Nasaa-i dari Anas. SHAHIH)

Sampaikanlah sesuatu yang bisa mempermudah mereka sehingga mereka mudah menerima pelajaran dan mudah pula mengamalkannya, dan janganlah membuat mereka menjauh dari dakwah karena pelajaran - pelajaran sulit yang kita sampaikan. Sampaikanlah kabar gembira mengenai rahmat Allah SWT, pemberian-Nya, ampunan-Nya, pertolongan-Nya, surga-Nya dan semua yang membuat manusia gembira, dan janganlah kalian sampaikan sesuatu dengan cara-cara yang membuat mereka lari dan menjauh dari dakwah.

Dengan hadits ini maka permudahlah urusan – urusan dalam majelis dzikir dan gembirakanlah mereka agar betah dan selalu datang ke majelis – majelis dzikir. [17]

٩١٠٨ــ مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (ه) عن أبي هريرة (صح)ـ

          9108- Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akherat. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Orang yang mau membantu meringankan beban atau kesusahan orang lain, baik yang dibantunya muslim atau non muslim, dengan berbagai cara yang memungkinkan seperti membebaskannya dari hutangnya, memberinya hadiah, memberinya sedekah, memberinya nasehat, memberinya jalan keluar atau bentuk pertolongan lainnya maka Allah swt akan memudahkan urusan dan hajat orang tersebut di dunia dan akherat. Balasan di dunia misalnya dengan dijaga dari segala kesusahan, dilapangkan rizkinya, dan ditolong dalam menjalankan kebaikan demi kebaikan. Balasan di akherat misalnya dimudahkan hisab, diampuni dari siksaan, dan di beri kemulian – kemulian akherat lainnya. [18]

 

9.     Bab Allah Ridha dan Kita pun Ridha

٨٧٠٦ــ مَنْ رَضِيَ عَنِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ (ابن عساكر) عن عائشة (ض)ـ

          8706- Barangsiapa ridha kepada Allah maka Allah ridha kepadanya. (HR. Ibnu `Asakir. DHAIF)

          Barangsiapa yang ridha kepada Qadha dan Takdir Allah swt maka Allah swt akan meridhainya dengan cara memasukannya ke dalam surga dengan segala kenikmatan tertinggi plus ridha Allah swt.[19]

Surat Al-Maidah ayat 119

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Al-Maidah 119)

          Inilah saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin) memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)

٤٣٠٩ــ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ

4309- Niscaya akan merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).

Orang yang bisa mencicipi dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat, manis, atau gambaran rasa lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan puas serta tidak mencari tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas serta tidak akan mencari jalan lain selain jalan syariat islam, dan merasa cukup dan puas akan kenabian dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW.[20]


٦٠٥١ـ قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى، إِنْ ظَنَّ خَيْرًا فَلَهُ وَ إِنْ ظَنَّ شَرًّا فَلَهُ  (حم) عن أبي هريرة (صح)ـ

          6051- Allah swt berifirman: “Aku adalah pada sangkaan hamba-Ku kepada-Ku, kalau ia menyangka baik maka baginya (kebaikan) dan kalau ia menyangka buruk maka baginya (keburukan). (HR. Ahmad dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Misalnya, jika kita berprasangka baik kepada Allah swt akan mengabulkan doa kita maka Allah swt Maha Tahu dan Maha Kuasa mewujudkan keinginan kita tersebut, dan sebaliknya jika kita berprasangka buruk kepada Allah swt tidak akan mengabulkan doa kita maka Allah swt Maha Tahu dan Maha Kuasa untuk tidak mengabulkan keinginan kita tersebut dan bahkan memberikan siksa karena prasangka buruk kita tersebut.[21]

10.                         Bab Ridha Allah kepada orang yang bertaubat
 

٧١٩٢ــ لَلّهُ أَشَدُّ فَرْحًا بِتَوْبَةِ عَبْدِهِ مِنْ أَحَدِكُمْ إِذَا سَقَطَ عَلَيْهِ بَعِيْرُهُ قَدْ أَضَلَّهُ بِأَرْضِ فَلَاةٍ (ق) عن أنس (صح)ـ

          7192- Sesungguhnya Allah lebih gembira karena tobat hamba-Nya (dibandingkan kegembiraan) salah seorang dari kalian yang tiba-tiba menemukan untanya yang hilang di padang luas. (HR. Bukhari dan Muslim dari Anas. SHAHIH)

Allah SWT ridha dan melimpahkan rahmat-Nya kepada hamba-Nya yang bertaubat.[22]

11.                         Bab Berdoa Dengan Ridha Allah

١٥٢١ــ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلٰى نَفْسِكَ (م ٤) عن عائشة (صح)ـ

          1521- Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari (amarah) Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah dari Aisyah. SHAHIH)

          Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan sesuatu yang Engkau ridhai dari sesuatu yang Engkau murkai dan aku berlindung dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung dengan rahmat-Mu dari amarah-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. Sesungguhnya aku tidak bisa menghitung dan bersyukur atas satu nikmat yang telah Engkau berikan.[23]

12.                         Bab Jiwa Yang Tenang

٦١٣٦ـ قُلْ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ (طب والضياء) عن أبى أمامة (ض)ـ

          6173- Bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu jiwa (hati) yang tenang yang percaya akan bertemu dengan-Mu dan yang ridha dengan putusan – putusan-Mu dan yang puas dengan pemberian-Mu. (HR. Thabrani dan Dhiyaa dari Abu Umamah. DHAIF)[24]

          Jiwa yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt (الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء الله), yang terima dengan pemberian – pemberian Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)

 

13.                         Bab Ketika Allah Swt Ridha

 

١٦٦٩ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا رَضِىَ عَنِ الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ أَصْنَافٍ مِنَ الْخَيْرِ لَمْ يَعْمَلْهُ وَإِذَا سَخِطَ عَلَى الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ أَصْنَافٍ مِنَ الشَّرِّ لَمْ يَعْمَلْهُ (حم حب) عن أبى سعيد (ح)ـ

1669- Sesungguhnya Allah swt apabila ridha kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya dengan tujuh puluh macam kebaikan yang tidak pernah dilakukannya. Sesungguhnya apabila Allah swt murka kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya (mencelanya) dengan tujuh puluh macam keburukan yang tidak pernah dilakukannya. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Sa`id. HASAN)

Apabila Allah swt ridha kepada seorang hamba maka Ia akan memberitahu para Malaikat dan memujinya dihadapan para Malaikat, kemudian hal tersebut di tembakan ke dalam hati – hati penghuni bumi sehingga merekapun memuji hamba tersebut.

Apabila Allah swt ridha kepada seorang hamba maka Ia kuasa memberikan taufiq kepada hamba tersebut untuk mengerjakan tujuh puluh kebaikan di masa datang, dan memuji hamba tersebut sebelum ia mengerjakan tujuh puluh kebaikan tersebut.[25]

14.                         Bab Tambahan

Surat Al-Maidah [5] ayat 119

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Al-Maidah [6] ayat 119)

          Inilah saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin) memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)

Surat At-Taubah [9] ayat 100

وَالسّٰبِقُوْنَ الْاَوَّلُوْنَ مِنَ الْمُهٰجِرِيْنَ وَالْاَنْصَارِ وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ رَّضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ وَاَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ تَحْتَهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ  (١٠٠) ـ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar. (Surat At-Taubah ayat 100)

Ayat ini menjelaskan kepada kita ada tiga kelompok manusia yang mendapatkan ridha Allah swt yaitu Muhajirin, Ansor, dan orang – orang yang mengikuti mereka dengan berbuat kebaikan (وَالَّذِيْنَ اتَّبَعُوْهُمْ بِاِحْسَانٍۙ).

Orang yang mengikuti kaum ansor dan muhajirin dengan berbuat kebaikan menurut Tafsir Ibnu Abbas adalah orang – orang yang  menjalankan ibadah fardhu dan menjauhi perbuatan maksiat sampai hari kiamat. Menurut Tafsir Jalalain bil ihsaan  adalah berbuat kebaikan dalam beramal. Menurut Tafsir Munir adalah orang – orang yang menyebut – nyebut kaum muhajirin dan kaum anshar sebagai ahli surga dan memohonkan rahmat kepada Allah swt bagi mereka serta menyebut – nyebut kebaikan mereka.

 

Surat Al-Fath [48] ayat 18

لَقَدْ رَضِيَ اللّٰهُ عَنِ الْمُؤْمِنِيْنَ اِذْ يُبَايِعُوْنَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِيْ قُلُوْبِهِمْ فَاَنْزَلَ السَّكِيْنَةَ عَلَيْهِمْ وَاَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيْبًاۙ ( ١٨)ـ

                Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu Dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat, (Al-Fath ayat 18)

          Sungguh, Allah telah meridai orang-orang mukmin, yaitu para sahabat Nabi (yang berjumlah sekitar 1300 orang lebih atau sekitar 1500 orang), ketika mereka berjanji setia kepadamu wahai Nabi Muhammad untuk meluhurkan agama Islam, memerangi musuh-musuhnya, dan tidak lari dari pertempuran. Janji setia itu berlangsung di di bawah pohon (Samrah) di tempat bernama Hudaibiyah, ketika Nabi dan para Sahabat dihalangi oleh kaum musyrik Mekah melaksanakan umrah.

 

Surat Al-Mujadalah [58] ayat 22

رَضِىَ ٱللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا۟ عَنْهُ

Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. (Al—Mujadalah ayat 22).

Allah ridha kepada keimanan dan amal perbuatan orang - orang yang beriman dan merekapun puas dengan balasan dan kemulian dari Allah swt. (Tasir Ibnu Abbas)

 

Surat Al-Fajr [89] ayat 27 - 30

يٰٓاَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ(27) ارْجِعِيْٓ اِلٰى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِيْ فِيْ عِبٰدِيْۙ  (29) وَادْخُلِيْ جَنَّتِيْ (30)ـ

Wahai jiwa yang tenang!(27) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.(28) Maka masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku,(29) dan masuklah ke dalam surga-Ku.(30).

          Jiwa yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt (الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء الله), yang terima dengan pemberian – pemberian Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)

          Jiwa yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang tenang karena dzikir dan taat kepada Allah swt. (Tafsir Munir Imam Nawawi).

          Jiwa yang tenang (النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ) akan di panggil oleh Allah swt  atau Malaikat sebanyak tiga kali: waktu kematian, waktu bangkit dari kubur, waktu masuk ke surga, dalam keadaan ridha (puas terhadap pahala dan nikmat Allah swt) dan diridhai (amal perbuatannya ketika didunia) oleh Allah swt. (Tafsir Munir Imam Nawawi)

          Jiwa yang tenang (النَّفْسُ الْمُطْمَىِٕنَّةُ) pada akhirnya akan dikumpulkan bersama hamba – hamba Allah yang shaleh di surga. (Tafsir Jalalain)

Hadits Shahih Sunan Abu Dawud Nomor 4753

حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ، حَدَّثَنَا جَرِيرٌ، ح وَحَدَّثَنَا هَنَّادُ بْنُ السَّرِيِّ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ، ـ وَهَذَا لَفْظُ هَنَّادٍ ـ عَنِ الأَعْمَشِ، عَنِ الْمِنْهَالِ، عَنْ زَاذَانَ، عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ ‏:‏ خَرَجْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فِي جَنَازَةِ رَجُلٍ مِنَ الأَنْصَارِ، فَانْتَهَيْنَا إِلَى الْقَبْرِ وَلَمَّا يُلْحَدْ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم وَجَلَسْنَا حَوْلَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرُ، وَفِي يَدِهِ عُودٌ يَنْكُتُ بِهِ فِي الأَرْضِ، فَرَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ ‏:‏ ‏"‏ اسْتَعِيذُوا بِاللَّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ‏"‏ ‏.‏ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا ـ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ هَا هُنَا ـ وَقَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَإِنَّهُ لَيَسْمَعُ خَفْقَ نِعَالِهِمْ إِذَا وَلَّوْا مُدْبِرِينَ حِينَ يُقَالُ لَهُ ‏:‏ يَا هَذَا مَنْ رَبُّكَ وَمَا دِينُكَ وَمَنْ نَبِيُّكَ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ هَنَّادٌ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ لَهُ ‏:‏ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ ‏:‏ رَبِّيَ اللَّهُ ‏.‏ فَيَقُولاَنِ لَهُ ‏:‏ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ ‏:‏ دِينِي الإِسْلاَمُ ‏.‏ فَيَقُولاَنِ لَهُ ‏:‏ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ قَالَ فَيَقُولُ ‏:‏ هُوَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ‏.‏ فَيَقُولاَنِ ‏:‏ وَمَا يُدْرِيكَ فَيَقُولُ ‏:‏ قَرَأْتُ كِتَابَ اللَّهِ فَآمَنْتُ بِهِ وَصَدَّقْتُ ‏"‏ ‏.‏ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ ‏:‏ ‏"‏ فَذَلِكَ قَوْلُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ‏{‏ يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا ‏}‏ ‏"‏ ‏.‏ الآيَةَ ‏.‏ ثُمَّ اتَّفَقَا قَالَ ‏:‏ ‏"‏ فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ ‏:‏ أَنْ قَدْ صَدَقَ عَبْدِي فَأَفْرِشُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى الْجَنَّةِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ الْجَنَّةِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ فَيَأْتِيهِ مِنْ رَوْحِهَا وَطِيبِهَا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَيُفْتَحُ لَهُ فِيهَا مَدَّ بَصَرِهِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَإِنَّ الْكَافِرَ ‏"‏ ‏.‏ فَذَكَرَ مَوْتَهُ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَتُعَادُ رُوحُهُ فِي جَسَدِهِ وَيَأْتِيهِ مَلَكَانِ فَيُجْلِسَانِهِ فَيَقُولاَنِ ‏:‏ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ ‏:‏ هَاهْ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي ‏.‏ فَيَقُولاَنِ لَهُ ‏:‏ مَا دِينُكَ فَيَقُولُ ‏:‏ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي ‏.‏ فَيَقُولاَنِ ‏:‏ مَا هَذَا الرَّجُلُ الَّذِي بُعِثَ فِيكُمْ فَيَقُولُ ‏:‏ هَاهْ هَاهْ لاَ أَدْرِي ‏.‏ فَيُنَادِي مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ ‏:‏ أَنْ كَذَبَ فَأَفْرِشُوهُ مِنَ النَّارِ وَأَلْبِسُوهُ مِنَ النَّارِ، وَافْتَحُوا لَهُ بَابًا إِلَى النَّارِ ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ فَيَأْتِيهِ مِنْ حَرِّهَا وَسَمُومِهَا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ وَيُضَيَّقُ عَلَيْهِ قَبْرُهُ حَتَّى تَخْتَلِفَ فِيهِ أَضْلاَعُهُ ‏"‏ ‏.‏ زَادَ فِي حَدِيثِ جَرِيرٍ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ ثُمَّ يُقَيَّضُ لَهُ أَعْمَى أَبْكَمُ مَعَهُ مِرْزَبَّةٌ مِنْ حَدِيدٍ، لَوْ ضُرِبَ بِهَا جَبَلٌ لَصَارَ تُرَابًا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ فَيَضْرِبُهُ بِهَا ضَرْبَةً يَسْمَعُهَا مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ إِلاَّ الثَّقَلَيْنِ فَيَصِيرُ تُرَابًا ‏"‏ ‏.‏ قَالَ ‏:‏ ‏"‏ ثُمَّ تُعَادُ فِيهِ الرُّوحُ ‏"‏ ‏.

‘Utsman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami: Jarir menceritakan kepada kami. (Dalam riwayat lain) Hannad bin As-Sari telah menceritakan kepada kami. Beliau berkata: Abu Mu’awiyah menceritakan kepada kami. Ini adalah lafal riwayat Hannad. Dari Al-A’masy, dari Al-Minhal, dari Zadzan, dari Al-Bara` bin ‘Azib. Beliau mengatakan:

Kami pernah keluar bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam penyelenggaraan jenazah seorang ansar. Kami sudah sampai di kuburan, namun kuburan belum selesai digali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk. Kami juga duduk di sekitar beliau seakan-akan di kepala-kepala kami ada burung. Di tangan beliau ada sebatang ranting yang beliau gunakan untuk menggaris-garis tanah. Lalu beliau mengangkat kepala seraya bersabda, “Berlindunglah kalian kepada Allah dari azab kubur.” Sebanyak dua atau tiga kali. Beliau menambah dalam hadis Jarir di sini dan bersabda, “Sungguh dia benar-benar mendengar suara sandal-sandal mereka ketika mereka kembali pulang. Ketika itu, ditanyakan kepadanya: Wahai engkau ini, siapa Rabb-mu? Apa agamamu? Dan siapa Nabimu?”

Hannad berkata: Nabi bersabda, “Dua malaikat datang kepadanya lalu mendudukkannya seraya bertanya kepadanya: Siapa Rabb-mu? Dia menjawab: Rabb-ku adalah Allah. Dua malaikat tadi bertanya kepadanya: Apa agamamu? Dia menjawab: Agamaku adalah Islam. Dua malaikat tadi bertanya kepadanya: Siapa pria yang diutus kepada kalian ini? Dia berkata: Maka dia menjawab: Dia adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dua malaikat tadi bertanya: Dari mana engkau tahu? Dia menjawab: Aku membaca Alquran, lalu aku mengimani dan membenarkannya.” Beliau menambahkan dalam hadis Jarir, “Itulah firman Allah taala {‏ يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا ‏} (yang artinya): Allah meneguhkan orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”

Kemudian keduanya bersepakat, beliau bersabda, “Lalu ada yang menyeru dari langit: Hamba-Ku telah benar. Bentangkan untuknya hamparan dari janah, sandangkan kepadanya pakaian dari janah, dan bukakan untuknya suatu pintu menuju janah.” Beliau bersabda, “Maka sebagian ketenteraman dan aroma wangi janah pun mendatanginya.” Nabi bersabda, “Dan dibukakan kubur untuknya sejauh mata memandang.”

Beliau bersabda, “Dan sesungguhnya orang kafir,” lalu beliau menyebutkan kematiannya. Beliau bersabda, “Rohnya akan dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu ada dua malaikat yang mendatanginya dan mendudukkannya. Keduanya bertanya: Siapa Rabb-mu? Dia menjawab: Hah hah hah, aku tidak tahu. Dua malaikat tadi bertanya kepadanya: Apa agamamu? Dia menjawab: Hah hah, aku tidak tahu. Dua malaikat tadi bertanya: Siapa lelaki yang diutus kepada kalian ini? Dia menjawab: Hah hah, aku tidak tahu. Lalu ada yang menyeru dari langit: Dia telah berdusta, bentangkan hamparan dari neraka, sandangkan pakaian dari neraka, dan bukakan suatu pintu menuju neraka.” Beliau bersabda, “Maka, sebagian hawa dan angin panas neraka pun menerpanya.” Beliau bersabda, “Kuburnya menghimpitnya sampai tulang-tulang rusuknya bersilangan.” Dia menambahkan dalam hadis Jabir, beliau bersabda, “Kemudian dia diserahkan kepada malaikat yang buta dan bisu tuli yang membawa palu godam dari besi. Andai besi itu dipukulkan ke suatu gunung, niscaya gunung itu akan menjadi tanah.” Beliau bersabda, “Lalu malaikat itu memukulnya dengan keras yang terdengar oleh semua makhluk antara timur dengan barat kecuali manusia dan jin sehingga menjadi tanah.” Beliau bersabda, “Kemudian roh dikembalikan ke jasadnya.”  (HR. Abu Dawud nomor 4753. SHAHIH)

Hadits Shahih Muslim Nomor 2872

إذا خَرَجَتْ رُوحُ المُؤْمِنِ تَلَقَّاها مَلَكانِ يُصْعِدانِها. قالَ حَمَّادٌ: فَذَكَرَ مِن طِيبِ رِيحِها وذَكَرَ المِسْكَ. قالَ: ويقولُ أهْلُ السَّماءِ: رُوحٌ طَيِّبَةٌ جاءَتْ مِن قِبَلِ الأرْضِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْكِ وعلَى جَسَدٍ كُنْتِ تَعْمُرِينَهُ، فيُنْطَلَقُ به إلى رَبِّهِ عزَّ وجلَّ، ثُمَّ يقولُ: انْطَلِقُوا به إلى آخِرِ الأجَلِ. قالَ: وإنَّ الكافِرَ إذا خَرَجَتْ رُوحُهُ، قالَ حَمَّادٌ وذَكَرَ مِن نَتْنِها، وذَكَرَ لَعْنًا، ويقولُ أهْلُ السَّماءِ رُوحٌ: خَبِيثَةٌ جاءَتْ مِن قِبَلِ الأرْضِ. قالَ فيُقالُ: انْطَلِقُوا به إلى آخِرِ الأجَلِ. قالَ أبو هُرَيْرَةَ: فَرَدَّ رَسولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ رَيْطَةً كانَتْ عليه، علَى أنْفِهِ، هَكَذا.

"Apabila ruh seorang mukmin keluar (dari jasadnya), dua malaikat menerima dan menaikkannya." Hammad (salah satu perawi hadis Abu Hurairah yang diriwayatkan Muslim) berkata, "Disebutkan bau wangi ruhnya, dikatakan seperti kasturi". Abu Hurairah berkata, "Penghuni langit berseru, 'Ruh baik datang dari bumi. Semoga Allah bersalawat atasmu dan atas jasad yang sebelumnya kau gunakan', lalu ia dibawa menghadap Tuhannya, kemudian Dia berkata, 'Pergilah kalian bersamanya sampai ke ajal terakhir.' (sidratul muntaha). Jika ruh orang kafir keluar dari jasadnya-Hammad berkata, "Disebutkan baunya busuk seperti kotoran"—para penghuni langit berseru, "Ruh jahat dari bumi, lalu ada dikatakan, "Pergilah bersamanya sampai ajal terakhir"(Sijjin). Abu Hurairah berkata: Kemudian Rasulullah saw mengibaskan kain tipis diatas hidungnya seperti ini. (HR. Muslim nomor 2872. SHAHIH)

 

Surat Al-Bayyinah [98] ayat 8

جَزَاؤُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَّضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)ـ

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (Al-Bayyinah ayat 8)

Dalam surat ini disebutkan empat orang yang dalam kebaikan, yaitu orang beriman dan mengerjakan amal shaleh, khairul bariyyah (sebaik - baik makhluk), orang yang ridha kepada Allah swt, dan orang yang takut kepada Allah swt.

Nikmat terbesar yang bisa di capai manusia adalah ridha Allah swt, yaitu kemulian dan pujian yang diberikan Allah swt. Cara mendapatkan ridha Allah swt adalah dengan cara takut kepada Allah swt (takwa).

Takut kepada Allah swt menurut Tafsir Ibnu Abbas adalah meng-Esa-kan Allah swt (tauhid), menurut Tafsir Jalalain adalah takut kepada siksa Allah swt sehingga meninggakan maksiat kepada-Nya, menurut Tafsir Munir orang yang takut kepada Allah swt adalah orang yang mengetahui urusan - urusan Allah swt (العالم بشؤون الله تعالى).

Tafsir Ringkas Kemenag: Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga ’Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya bersama segala kenikmatan di dalamnya. Selain itu, mereka mendapat nikmat yang lebih besar. Allah rida terhadap mereka atas keimanan dan amal saleh mereka dan mereka pun rida kepada-Nya atas kemuliaan yang Allah anugerahkan kepada mereka. Yang demikian itu adalah balasan yang agung bagi orang yang takut kepada Tuhannya. Ketakutannya pada siksaan Allah mendorongnya untuk menjauhkan diri dari larangan Allah, termasuk kemusyrikan dan kekafiran.



[1] Jaami`ush Shaghiir 4309. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4309.

[2] Jaami`ush Shaghiir 3507. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3507.

[3] Jaami`ush Shaghiir 3125. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3125.

[4] Jaami`ush Shaghiir 1795. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1795.

[5] Jaami`ush Shaghiir 6383. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6383.

[6] Jaami`ush Shaghiir 1973. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1973.

[7] Jaami`ush Shaghiir 2060. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 2060.

[8] Jaami`ush Shaghiir 4832. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4832.

[9] Jaami`ush Shaghiir 4833. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4833.

[10] Jaami`ush Shaghiir 4834. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4834.

[11] Jaami`ush Shaghiir 4456., Faidhul Qadhiir 4456., Tirmidzi 1899.

[12] Jaami`ush Shaghiir 4457., Faidhul Qadhiir 4457.

[13] Jaami`ush Shaghiir 9661., Faidhul Qadhiir 9661., Tirmidzi 1900., Ibnu Majah 3663.

[14] Jaami`ush Shaghiir 1908., Faidhul Qadhiir 1908., Muslim 1715.

[15] Jaami`ush Shaghiir 4458., Faidhul Qadhiir 4458.

[16] Jaami`ush Shaghiir 1742., Faidhul Qadhiir 1742.

[17] Jaami`ush Shaghiir 10010., Faidhul Qadhiir 10010., Bukhari 69.

[18] Jaami`ush Shaghiir 9108., Faidhul Qadhiir 9108., Ibnu Majah 2417.

[19] Jaami`ush Shaghiir 8706., Faidhul Qadhiir 8706.

[20] Jaami`ush Shaghiir 4309., Faidhul Qadhiir 4309., Muslim 34.

[21] Jaami`ush Shaghiir 6051., Faidhul Qadhiir 6051.

[22] Jaami`ush Shaghiir 7192., Faidhul Qadhiir 7192. Bukhari 6309.

[23] Jaami`ush Shaghiir 1521., Faidhul Qadhiir 1521., Muslim 486.

[24] Jaami`ush Shaghiir 6136., Faidhul Qadhiir 6136.

[25] Jaami`ush Shaghiir 1669., Faidhul Qadhiir 1669.

=
Link terkait
https://tafsiralquran.id/kata-ridha-dan-penjelasannya-dalam-al-quran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar