Laman
Sabtu, 06 November 2021
Jumat, 05 November 2021
Jaami`ush Shaghiir 3125 Kalimat Iman dan Ridah
٣١٢٥ــ
بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الْإِيْمَانِ أَنْ يَقُوْلَ: رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ
رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا (طس) عن ابن عباس (ض)ـ
3125-
Cukuplah dari seseorang dari keimanan bahwa ia mengucapkan (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama. (HR. Thabrani dari
Ibnu Abbas. DHAIF)
Jika
seseorang telah mengucapkan kalimat (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama maka telah dianggap
sebagai orang beriman dan berlaku baginya hukum – hukum orang beriman seperti
dilindungi darahnya, hartanya, dan hukum – hukum duniawi lainnya. Kemudian
apabila perkataannya tersebut disertai dengan hatinya maka jadilah dia mukmin
sejati yang dengannya dia berhak masuk surga.[1]
Jaami`ush Shaghiir 3507 Doa agar dijamin masuk surga
٣٥٠٧ــ ثلاثةٌ من قالهنَّ دخل الجنَّةَ : من رضِيَ بالله
ربًّا ، و بالإسلامِ دينًا ، و بمحمدٍ رسولًا ، و الرابعةُ لها من الفضلِ كما بين السماءِ
، و الأرضِ ، و هي : الجهادُ في سبيلِ اللهِ عزَّ و جلَّ (حم) عن أبى سعيد (ح)ـ
3507-
Tiga (hal) barangsiapa mengucapkannya maka masuk surga: Barangsiapa rela Allah
sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, dan yang
keempat mempunyai keutamaan seperti antara langit dan bumi yaitu jihad di jalan
Allah azza wa jalla. (HR. Ahmad dari Abi Sa`iid. HASAN)[1]
Shahih
Muslim Hadits Nomor 1884
يا أبا سَعِيدٍ، مَن رَضِيَ باللَّهِ رَبًّا، وبالإسْلامِ
دِينًا، وبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا، وجَبَتْ له الجَنَّةُ، فَعَجِبَ
لها أبو سَعِيدٍ، فقالَ: أعِدْها عَلَيَّ يا رَسولَ اللهِ، فَفَعَلَ، ثُمَّ قالَ: وأُخْرَى
يُرْفَعُ بها العَبْدُ مِئَةَ دَرَجَةٍ في الجَنَّةِ، ما بيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ
كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، قالَ: وما هي يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ
اللهِ، الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ. (مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صح)ـ
Wahai
Aba Sa`iid, Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan
Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. Abu Sa`iid merasa
kagum karenanya dan berkata: “Ulangi untuk saya Ya Rasulullah?”, kemudian
Rasulullah melakukannya, setelah itu kemudian bersabda: “Dan yang lainnya sebab
perkara tersebut seorang hamba bisa diangkat seratus derajat di surga, jarak
antara dua derajat seperti apa yang ada diantara langit dan bumi”, Abu Sa`iid
bertanya:”Apakah perkara itu Ya Rasulullah?” Nabi bersabda:”Jihad di jalan
Allah, Jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid Al-Khudri. SHAHIH)
Bab Kalimat Taradhi [ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّدٍ صَلى الله عَليْه و سلَّمَ رَسُوْلًا]
- Hadits 04309 [ Manisnya iman ] SHAHIH
- Hadits 03507 [ Masuk surga ] HASAN
- Hadits 03125 [ Perkataan iman ] DHAIF
٤٣٠٩ــ
ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا،
وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ
4309- Niscaya akan merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap
Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR.
Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).
Orang yang bisa mencicipi dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat,
manis, atau gambaran rasa lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan
puas serta tidak mencari tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas
serta tidak akan mencari jalan lain selain jalan syariat islam, dan merasa
cukup dan puas akan kenabian dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW[1]
Sunan
Abu Dawud Hadits Nomor 1529
من قالَ: رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا،
وبِمُحمَّدٍ رسولًا، وجَبت لَهُ الجنَّةُ (سنن أبى داود:١٥٢٩) عن أبى سعيد الخدري
(صحيح)ـ
Barang
siapa yang mengucapkan (رَضيتُ
باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا) Aku ridaha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama,
dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka wajib baginya surga.
(HR. Abu Dawud dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)
Shahih
Muslim Hadits Nomor 1884
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: يَاأَبَا سَعِيْدٍ
مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه
وسلم نَبِيًّا وجَبت لَهُ الجنَّةُ ... (صيح مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ
Sesungguhnya
Rasulullah saw bersabda: Ya Aba Sa`iid, Barangsiapa yang ridha Allah sebagai
Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka
wajib baginya surga. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)
Sunan
Tirmidzi Hadits 3389
مَن قالَ حينَ يُمسي : رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ
دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا ، كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرْضيَهُ (سنن الترمذى:٣٣٨٩)
عن ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم
(ضعيف) قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه ـ
Barangsiapa
berkata saat masuk waktu sore: (رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha
Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah
seorang) Nabi, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Tirmidzi
dari Tsaubaan maula Rasulallah saw. DHAIF). Abu Musa berkata hadits ini hasan
gharib dari wajah ini.
Sunan
Abu Dawud Hadits Nomor 5072
من قالَ إذا أصبحَ وإذا أمسى رضينا باللَّهِ ربًّا
وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضيَهُ (ابو
داود:٥٠٧٢) عن رجل خدم النبي (ضعيف)ـ
Barangsiapa
berkata apabila masuk waktu subuh (pagi) dan apabila masuk waktu sore (kalimat)
(رضينا باللَّهِ
ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا) Kami ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama,
dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka dia berhak
mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Abu Dawud dari seorang laki – laki pembantu
Rasulullah saw).
Sunan
Ibnu Majah Hadits Nomor 3870
ما مِن مسلمٍ أو إنسانٍ أو عبدٍ يقولُ حينَ يُمسي
وحينَ يصبحُ رضيتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا إلَّا كانَ حقًّا
على اللَّهِ أن يُرضِيَهُ يومَ القيامةِ (ابن
ماجه:٣٨٧٠) عن أبى سَلاَّمٍ خَادِمِ النبي صلى الله عليه وسلم (ضعيف)ـ
Tiada
seorang muslim atau seorang manusia atau seorang hamba apabila masuk waktu sore
dan masuk waktu subuh (pagi) mengucapkan (kalimat) (رَضِيْتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسْلاَمِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha
Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah
seorang) Nabi, terkecuali Allah berhak meridhainya pada hari kiamat. (HR.
Ibnu Majah dari Abu Sallam pelayan Rasulullah saw. DHAIF)
Shahih
Muslim Hadits Nomor 386
مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ أشْهَدُ أنْ
لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ،
رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ له ذَنْبُهُ.
قالَ ابنُ رُمْحٍ في رِوَايَتِهِ: مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ: وأَنَا أشْهَدُ
ولَمْ يَذْكُرْ قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ: وأَنَا (مسلم:٣٨٦) عن سعد بن أبي وقاص (صح)ـ
Barangsiapa
saat mendengar adzan membaca: (أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له،
وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا،
وبالإسْلَامِ دِينًا) maka diampuni dosa – dosanya. Ibnu Rumhin berkata dalam
riwayatnya: Barangsiapa saat mendengar adzan membaca(وأَنَا أشْهَدُ) dan Qutaibah tidak menyebutkan perkataan (وأَنَا). (HR. Muslim dari Sa`d bin Abi Waqash. SHAHIH).
Musnad
Ahmad
حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ
عَنْ أَبِي عَقِيلٍ قَاضِي وَاسِطٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ
قَالَ مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقَالُوا هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي حَدِيثًا
سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَدَاوَلُهُ
بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ
مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ
الْقِيَامَةِ (مسند أحمد)ـ
Telah menceritakan kepada kami [Aswad bin Amir] Telah
menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu 'Aqil] Qadli Wasith, dari [Sabiq
bin Najiyah] dari [Abu Sallam] ia berkata; [Seorang laki-laki] berjalan
melewati Masjid Himsh, maka orang-orang pun berkata, "Orang ini adalah
Khadimnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." Maka saya pun beranjak ke
arahnya dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah Anda
denganr dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa seorang perantara
pun." Ia pun berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim membaca, 'RADLITU BILLAHI
RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridla Allah sebagai
Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia
memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib
bagi Allah untuk meridlainya pada hari kiamat." (Hadits Ahmad Nomor 18199, sumber: https://tafsirq.com/en/hadits/ahmad/18199
atau https://al-maktaba.org/book/25794/15517#p2)
Al-Qur`an Surat Al-Maidah Ayat 3
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ
عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا (المائدة:٣)ـ
Pada hari ini
telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3)
Keutamaan doa taradhi: Meraih ridha Allah
swt, Meraih rahmat Allah swt, mendapat ridha Allh swt di hari kiamat, Masuk
surga tanpa hisab, diampuni dosa – dosa, merasakan manisnya iman, dlln
Waktu
membaca doa taradhi bisa kapan saja dan dimana saja, namun dibaca pagi hari,
sore hari, dan setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.
Jumlah
hitungan bacaan doa taradhi bisa berapa saja, tetapi membaca tiga kali di waktu
pagi, tiga kali di waktu sore, sekali setelah mendengar adzan sangat
dianjurkan.
٣٥٠٧ــ ثلاثةٌ من قالهنَّ دخل الجنَّةَ : من رضِيَ بالله
ربًّا ، و بالإسلامِ دينًا ، و بمحمدٍ رسولًا ، و الرابعةُ لها من الفضلِ كما بين السماءِ
، و الأرضِ ، و هي : الجهادُ في سبيلِ اللهِ عزَّ و جلَّ (حم) عن أبى سعيد (ح)ـ
3507-
Tiga (hal) barangsiapa mengucapkannya maka masuk surga: Barangsiapa rela Allah
sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, dan yang
keempat mempunyai keutamaan seperti antara langit dan bumi yaitu jihad di jalan
Allah azza wa jalla. (HR. Ahmad dari Abi Sa`iid. HASAN)[2]
Shahih
Muslim Hadits Nomor 1884
يا أبا سَعِيدٍ، مَن رَضِيَ باللَّهِ رَبًّا، وبالإسْلامِ
دِينًا، وبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا، وجَبَتْ له الجَنَّةُ، فَعَجِبَ
لها أبو سَعِيدٍ، فقالَ: أعِدْها عَلَيَّ يا رَسولَ اللهِ، فَفَعَلَ، ثُمَّ قالَ: وأُخْرَى
يُرْفَعُ بها العَبْدُ مِئَةَ دَرَجَةٍ في الجَنَّةِ، ما بيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ
كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، قالَ: وما هي يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ
اللهِ، الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ. (مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صح)ـ
Wahai
Aba Sa`iid, Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan
Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. Abu Sa`iid merasa
kagum karenanya dan berkata: “Ulangi untuk saya Ya Rasulullah?”, kemudian
Rasulullah melakukannya, setelah itu kemudian bersabda: “Dan yang lainnya sebab
perkara tersebut seorang hamba bisa diangkat seratus derajat di surga, jarak
antara dua derajat seperti apa yang ada diantara langit dan bumi”, Abu Sa`iid
bertanya:”Apakah perkara itu Ya Rasulullah?” Nabi bersabda:”Jihad di jalan
Allah, Jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid Al-Khudri. SHAHIH)
٣١٢٥ــ
بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الْإِيْمَانِ أَنْ يَقُوْلَ: رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ
رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا (طس) عن ابن عباس (ض)ـ
3125-
Cukuplah dari seseorang dari keimanan bahwa ia mengucapkan (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama. (HR. Thabrani dari
Ibnu Abbas. DHAIF)
Jika
seseorang telah mengucapkan kalimat (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ
دِينًا) Aku
ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan islam sebagai agama maka telah dianggap
sebagai orang beriman dan berlaku baginya hukum – hukum orang beriman seperti
dilindungi darahnya, hartanya, dan hukum – hukum duniawi lainnya. Kemudian
apabila perkataannya tersebut disertai dengan hatinya maka jadilah dia mukmin
sejati yang dengannya dia berhak masuk surga.[3]
Rabu, 03 November 2021
Jaami`ush Shaghiir 7375 Kalimat yang diucapkan Nabi Ibrahim as ketika dilemparkan ke dalam api
٧٣٧٥ــ
لَمَّا أُلْقِيَ إِبْرَاهِيْمُ الْخَلِيْلُ فِى النَّارِ قَالَ حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيْلُ فَمَا احْتَرَقَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعُ الْكِتَافِ (ابن النجار) عن أبى
هريرة (ض)ـ
7375-
Setelah Ibrahim al-Khalil dilemparkan ke dalam api, ia mengucapkan: Hasbiyallah
wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ
اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku Allah dan sebaik – baik yang diserahi,
tubuh Ibrahim tidak terbakar terkecuali tempat ikatan. (HR. Ibnun Najjar dari
Abu Hurairah. DHAIF)[1]
Bab Doa Ketika Takut
- Hadits 06702 [ Doa ketika takut terhadap sesuatu HASAN
- Hadits 06646 [ Doa ketika takut terhadap suatu kaum ] SHAHIH
- Hadits 06647 [ Doa ketika mengkhawatirkan sesuatu DHAIF
- Hadits 03715 [ Doa ketika takut ] DHAIF
- Hadits 06786 [ Doa ketika takut terhadap sesuatu DHAIF
1. Bab
Doa Ketika Takut
٦٧٠٢ــ كَانَ إِذَا رَاعَهُ شَيْئٌ قَالَ: اللهُ
اللهُ رَبِّى لَا أُشْركُ بِهِ شَيْئًا (ن) عن ثوبان (ح)ـ
6702-
Apabila beliau ditakuti sesuatu maka beliau berkata: (اللهُ اللهُ رَبِّى لَا أُشْركُ بِهِ شَيْئً) Allah
Allah Tuhanku tidak ada sekutu bagi-Nya. HR. Nasaai dari Tsauban. HASAN)[1]
٦٦٤٦ــ كَانَ إِذَا خَافَ قَوْمًا قَالَ: اللهُمَّ
إِنَّا نَجْعَلُكَ فِى نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شُرُوْرِهِمْ (حم د ك هق)
عن أبى موسى (صح)ـ
6646-
Apabila beliau takut pada suatu kaum maka beliau berdoa: (اللهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِى نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ
مِنْ شُرُوْرِهِمْ) Ya Allah, sesungguhnya kami menjadikan Engkau di tentang
sebelah atas dada mereka dan kami berlindung kepada-Mu dari kejahatan –
kejahatan mereka. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Hakim, dan Baihaqi dari Abu Musa.
SHAHIH)[2]
٦٦٤٧ــ كَانَ إِذَا خَافَ أَنْ يُصِيْبَ شَيْئًا
بِعيْنِهِ قَالَ: اللهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ (ابن السنى) عن سعد بن حكيم (ض)ـ
6647-
Apabila beliau khawatir mengenai sesuatu dengan ainnya maka berliau
berdoa: (اللهُمَّ بَارِكْ
فِيْهِ وَلَا تَضُرَّهُ) Ya Allah, berilah keberkahan padanya dan janganlah
membahayakannya. (HR. Ibnu Sunni dari Sa`d. DHAIF)
Apabila beliau
khawatir pandangannya akan membahayakan sesuatu atau beliau merasa kagum dengan
sesuatu maka beliau akan berdoa dengan doa tersebut.[3]
٣٧١٥ــ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ أَمَانٌ
لِكُلِّ خَائِفٍ (فر) شداد بن أوس (ض)ـ
3715-
(Mengucapkan) Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku
Allah dan sebaik – baik yang diserahi, adalah keamanan bagi setiap orang
yang ketakutan. (HR. Dailami dari Syaddad bin Aus. DHAIF).
Mengucapkan Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku
Allah dan sebaik – baik yang diserahi disertai meyakini maknanya di
dalam hati, ikhlash, dan disertai harapan yang kuat kepada Allah swt, adalah
keamanan bagi setiap orang yang ketakutan. Bukankah Allah swt Dzat Yang
Mencukupi setiap hambanya? Dan bukankah setiap orang yang bertawakkal kepada
Allah swt pasti dicukupinya?[4]
Jaami`ush Shaghiir 897 Doa ketika menghadapai perkara besar
٨٩٧ــ إِذَا وَقَعْتُمْ فِى الْأَمْرِ العَظِيْمِ فَقُوْلُوا حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ (ابن مردويه) عن أبي هريرة (ض)ـ
897-
Apabila kalian dalam urusan besar maka ucapkanlah oleh kalian “Hasbunallah
wa Ni`mal Wakiil (حَسْبُنَا
اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ) “Cukuplah
Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (HR. Ibnu Mardawiyah dari Abu Hurairah. DHAIF)[1]
Senin, 01 November 2021
Jaami`ush Shaghiir 3715 Doa ketika takut (Ali Imran:173, Shahih Bukhari: 4563-4564) حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ
1. Bab Hasballah (حَسْبُنَا
اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ)
٣٧١٥ــ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ أَمَانٌ
لِكُلِّ خَائِفٍ (فر) شداد بن أوس (ض)ـ
3715-
(Mengucapkan) Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku Allah dan sebaik – baik yang diserahi,
adalah keamanan bagi setiap orang yang ketakutan. (HR. Dailami dari Syaddad bin
Aus. DHAIF).
Mengucapkan
Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku Allah dan sebaik – baik yang diserahi
disertai meyakini maknanya di dalam hati, ikhlash, dan disertai harapan yang
kuat kepada Allah swt, adalah keamanan bagi setiap orang yang ketakutan.
Bukankah Allah swt Dzat Yang Mencukupi setiap hambanya? Dan bukankah setiap
orang yang bertawakkal kepada Allah swt pasti dicukupinya?.[1]
Surat Ali Imran ayat 173
اَلَّذِيْنَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ اِنَّ النَّاسَ
قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا
اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ( آل عِمْرَان:١٧٣)ـ
Artinya:
(Yaitu) orang-orang (yang menaati Allah dan Rasul) yang
ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, “Orang-orang (Quraisy) telah
mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,”
ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab,
“Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Ali Imran 173).
Hadits Shahih Bukhari nomor 4563
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ يُوْنُسَ ـ أُرَاهُ قَالَ
ـ حَدَّسَنَا أَبُوْ بَكْرٍ عَنْ أَبِى حَصِيْنٍ عَنْ أَبِى الضُّحَى عن ابْنِ عَبَّاسٍ
(حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ) قَالَهَا إِبْرَاهِيْمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ
حِيْنَ أُلْقِيَ فِى النَّارِ، وَقَالَهَا مُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ
حِيْنَ قَالُوْا ( اِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا
لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيْلُ ـ آل عِمْرَان:١٧٣)ـ
Artinya: Ahmad bin Yunus telah
menceritakan kepada kami, aku mengira ia berkata, Abu Bakar meriwayatkan kepada
kami, dari Abu Hashiin, dari Abudh Dhuha, dari Ibnu Abbas, Hasbunallah wa
Ni`mal Wakiil (حَسْبُنَا
اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ) “Cukuplah
Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”, Ibrahim as. Mengucapkan doa ini saat dilemparkan ke
dalam api, Nabi Muhammas saw mengucapkan doa ini saat orang – orang kafir
berkata: “Orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” ternyata (ucapan) itu menambah (kuat)
iman mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami
dan Dia sebaik-baik pelindung.” (Ali Imran 173). (اِنَّ
النَّاسَ قَدْ جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًاۖ وَّقَالُوْا
حَسْبُنَا اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ ـ آل عِمْرَان:١٧٣).
Hadits Shahih Bukhari nomor 4564
حَدَّثَنَا مَالِكُ بْنُ إِسْمَاعِيْلُ حَدَّسَنَا
إِسْرَائِيْلُ عَنْ أَبِى حَصِيْنٍ عَنْ أَبِى الضُّحَى عن ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ:
(كَانَ آخِرَ قَوْلِ إِبْرَاهِيْمَ حِيْنَ
أُلْقِيَ فِى النَّارِ حَسْبِيَ اللّٰهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ)ـ
Artinya:
Malik bin Ismail telah menceritakan kepada kami, ia berkata Israil telah
menceritakan kepada kami dari Abu Hashin dari Abudh Dhuha, dari Ibnu Abbas
berkata: “Perkataan terakhir Ibrahim saat dilemparkan ke dalam api adalah Hasbiyallah
wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ
اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku Allah dan sebaik – baik yang diserahi.
[1] Jaami`ush
Shaghiir 3715. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3715.
=
Hadits 03715 [ Membaca Hasballah pagi dan sore tujuh kali agar dicupukupi Allah swt ] DHAIF
٣٧١٥ــ حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ أَمَانٌ
لِكُلِّ خَائِفٍ (فر) شداد بن أوس (ض)ـ
3715-
(Mengucapkan) Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku
Allah dan sebaik – baik yang diserahi, adalah keamanan bagi setiap orang
yang ketakutan. (HR. Dailami dari Syaddad bin Aus. DHAIF).
Mengucapkan Hasbiyallah wa Ni`mal Wakiil (حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الوَكِيلُ) Cukup bagiku
Allah dan sebaik – baik yang diserahi disertai meyakini maknanya di
dalam hati, ikhlash, dan disertai harapan yang kuat kepada Allah swt, adalah
keamanan bagi setiap orang yang ketakutan. Bukankah Allah swt Dzat Yang
Mencukupi setiap hambanya? Dan bukankah setiap orang yang bertawakkal kepada
Allah swt pasti dicukupinya?.[1]
Tambahan:
Salah satu contoh lafazh hasbalah yang sering diucapkan dan dijadikan doa oleh
umat islam adalah kalimat hasbalah yang ada dalam Al-Qur`an Surat At-Taubah ayat
129 dan dalam Sunan Abu Dawud hadits nomor 5081 serta dalam hadits Ibnu Sunni
meriwayatkan dengan isnad shahih dan marfu, yang lafazhnya adalah (حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ) Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan
yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung, dengan membacanya tujuh kali di waktu pagi dan
tujuh kali di waktu sore kita berharap akan dicukupi oleh Allah swt mengenai
semua urusan dunia dan akherat. Amin
Al-Qur`an
Surat At-Taubah ayat 129
فَإِن تَوَلَّوْا فَقُلْ حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ
إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ
129. Maka jika mereka
berpaling (dari keimanan), maka katakanlah (Muhammad), “Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah
Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung.” (QS: At-Taubah ayat 129)
Dalam
menjelaskan ayat ini, Imam Ibnu Katsir dan Imam Qurthubi dalam Kitab Tasirnya
mengutip hadits Abu Dawud nomor 5081.
Sunan Abu Dawud hadits nomor 5081
مَنْ قَال إِذَا أَصْبَحَ وَإِذَا أَمْسَى: حَسبيَ
اللهُ لا إلهَ إلَّا هو، عليه تَوكَّلْتُ، وهو ربُّ العَرشِ العَظيمِ، سَبعَ مراتٍ،
كَفاه اللهُ ما أهَمَّهُ صَادِقًا كَانَ أَوْ كَاذِبًا (أبو داود: ٥٠٨١) عن أبى الدرداء
(موضوع)ـ
Barangsiapa
yang membaca ketika pagi dan sore (حَسْبِيَ اللَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ
ۖ وَهُوَ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ) “Cukuplah Allah bagiku;
tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal, dan Dia adalah
Tuhan yang memiliki 'Arsy (singgasana) yang agung.” sebanyak tujuh kali maka Allah akan
mencukupinya apa yang menjadi keinginnnya, baik membenarkannya atau
mendustakannya. (HR. Abu Dawud (5081) dari Abu Darda`. MAUDHU)
Minggu, 31 Oktober 2021
Jaami`ush Shaghiir 942 Ampunan dan Rahmat Allah swt
٩٤٢ــ
ارْحَمُوْا تُرْحَمُوْا وَاغْفِرُوْا يُغْفَرْ لَكُمْ وَيْلٌ لِأَقْمَاعِ الْقَوْلِ
وَيْلٌ لِّلْمُصِرِّيْنَ الَّذِيْنَ يُصِرُّوْنَ عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ يَعْمَلُوْنَ
(حم خد هب) عن ابن عمرو(صح)ـ
942-
Kasihanilah (orang lain) maka kalian akan dikasihani, maafkanlah (orang lain)
maka kalian akan dimaafkan. Celakalah corong – corong pembicaraan. Celakalah
orang – orang yang meneruskan dosa yang telah mereka kerjakan padahal mereka
tahu (kalau itu dosa). (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al-Adab dan Baihaqi dalam
Syu`abul Iman dari Ibnu Umar. SHAHIH).
Pada
hadits ini Rasulullah saw menjelaskan dua perbuatan terpuji, yaitu belas
kasihan dan pemaaf, dan dua perbutan tercela yaitu tidak menerima perintah syariat
dan meneruskan dosa yang pernah dilakukannya.[1]