Laman

Jumat, 05 November 2021

Bab Kalimat Taradhi [ رَضِيْتُ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَ بِمُحَمَّدٍ صَلى الله عَليْه و سلَّمَ رَسُوْلًا]

  1. Hadits 04309 [ Manisnya iman ] SHAHIH
  2. Hadits 03507 [ Masuk surga ] HASAN
  3. Hadits 03125 [ Perkataan iman ] DHAIF
=


=

٤٣٠٩ــ ذَاقَ طَعْمَ الْإِيْمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ رَسُوْلًا (حم م ت ) عن العباس بن عبد المطلب (صح)ـ

4309- Niscaya akan merasakan rasanya iman bagi orang yang ridha terhadap Allah sebagai Rabb, islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul. (HR. Ahmad, Muslim, dan Tirmidzi dari Abbas bin Abdul Muthalib. SHAHIH).

Orang yang bisa mencicipi dan merasakan rasanya keimanan (nikmat, lezat, manis, atau gambaran rasa lainnya) adalah orang – orang yang merasa cukup dan puas serta tidak mencari tuhan lain selain Allah SWT, merasa cukup dan puas serta tidak akan mencari jalan lain selain jalan syariat islam, dan merasa cukup dan puas akan kenabian dan syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW[1]

          Sunan Abu Dawud Hadits Nomor 1529

من قالَ: رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا، وجَبت لَهُ الجنَّةُ (سنن أبى داود:١٥٢٩) عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ

          Barang siapa yang mengucapkan (رَضيتُ باللَّهِ ربًّا، وبالإسلامِ دينًا، وبِمُحمَّدٍ رسولًا) Aku ridaha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka wajib baginya surga. (HR. Abu Dawud dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)

          Shahih Muslim Hadits Nomor 1884

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ قَالَ: يَاأَبَا سَعِيْدٍ مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا، وَ بِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا وجَبت لَهُ الجنَّةُ ... (صيح مسلم:١٨٨٤)  عن أبى سعيد الخدري (صحيح)ـ

          Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Ya Aba Sa`iid, Barangsiapa yang ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid al-Khudri. SHAHIH)

          Sunan Tirmidzi Hadits 3389

مَن قالَ حينَ يُمسي : رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا ، كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرْضيَهُ (سنن الترمذى:٣٣٨٩) عن  ثوبان مولى رسول الله صلى الله عليه وسلم (ضعيف) قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب من هذا الوجه ـ

          Barangsiapa berkata saat masuk waktu sore: (رضيتُ باللَّهِ ربًّا ، وبالإسلامِ دينًا ، وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Nabi, maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Tirmidzi dari Tsaubaan maula Rasulallah saw. DHAIF). Abu Musa berkata hadits ini hasan gharib dari wajah ini.

          Sunan Abu Dawud Hadits Nomor 5072

من قالَ إذا أصبحَ وإذا أمسى رضينا باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضيَهُ (ابو داود:٥٠٧٢) عن رجل خدم النبي (ضعيف)ـ

          Barangsiapa berkata apabila masuk waktu subuh (pagi) dan apabila masuk waktu sore (kalimat) (رضينا باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ رسولًا) Kami ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Rasul (utusan), maka dia berhak mendapatkan ridha Allah swt. (HR. Abu Dawud dari seorang laki – laki pembantu Rasulullah saw).

          Sunan Ibnu Majah Hadits Nomor 3870

ما مِن مسلمٍ أو إنسانٍ أو عبدٍ يقولُ حينَ يُمسي وحينَ يصبحُ رضيتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسلامِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا إلَّا كانَ حقًّا على اللَّهِ أن يُرضِيَهُ يومَ  القيامةِ (ابن ماجه:٣٨٧٠) عن أبى سَلاَّمٍ خَادِمِ النبي صلى الله عليه وسلم (ضعيف)ـ

          Tiada seorang muslim atau seorang manusia atau seorang hamba apabila masuk waktu sore dan masuk waktu subuh (pagi) mengucapkan (kalimat) (رَضِيْتُ باللَّهِ ربًّا وبالإسْلاَمِ دينًا وبمحمَّدٍ نبيًّا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), islam sebagai agama, dan Muhammad (saw adalah seorang) Nabi, terkecuali Allah berhak meridhainya pada hari kiamat. (HR. Ibnu Majah dari Abu Sallam pelayan Rasulullah saw. DHAIF)

          Shahih Muslim Hadits Nomor 386

مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا، غُفِرَ له ذَنْبُهُ. قالَ ابنُ رُمْحٍ في رِوَايَتِهِ: مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ المُؤَذِّنَ: وأَنَا أشْهَدُ ولَمْ يَذْكُرْ قُتَيْبَةُ قَوْلَهُ: وأَنَا (مسلم:٣٨٦) عن سعد بن أبي وقاص (صح)ـ

          Barangsiapa saat mendengar adzan membaca: (أشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وحْدَهُ لا شَرِيكَ له، وأنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ ورَسولُهُ، رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) maka diampuni dosa – dosanya. Ibnu Rumhin berkata dalam riwayatnya: Barangsiapa saat mendengar adzan membaca(وأَنَا أشْهَدُ) dan Qutaibah tidak menyebutkan perkataan (وأَنَا). (HR. Muslim dari Sa`d bin Abi Waqash. SHAHIH).

          Musnad Ahmad

حَدَّثَنَا أَسْوَدُ بْنُ عَامِرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِي عَقِيلٍ قَاضِي وَاسِطٍ عَنْ سَابِقِ بْنِ نَاجِيَةَ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ قَالَ مَرَّ رَجُلٌ فِي مَسْجِدِ حِمْصَ فَقَالُوا هَذَا خَادِمُ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُمْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ حَدِّثْنِي حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَتَدَاوَلُهُ بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ الرِّجَالُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ عَبْدٍ مُسْلِمٍ يَقُولُ حِينَ يُصْبِحُ وَحِينَ يُمْسِي ثَلَاثَ مَرَّاتٍ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (مسند أحمد)ـ

          Telah menceritakan kepada kami [Aswad bin Amir] Telah menceritakan kepada kami [Syu'bah] dari [Abu 'Aqil] Qadli Wasith, dari [Sabiq bin Najiyah] dari [Abu Sallam] ia berkata; [Seorang laki-laki] berjalan melewati Masjid Himsh, maka orang-orang pun berkata, "Orang ini adalah Khadimnya Nabi shallallahu 'alaihi wasallam." Maka saya pun beranjak ke arahnya dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku suatu hadits yang telah Anda denganr dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tanpa seorang perantara pun." Ia pun berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim membaca, 'RADLITU BILLAHI RABBA WA BIL ISLAAMI DIINA WA BIMUHAMMADIN NABIYYA (Aku ridla Allah sebagai Rabb-ku, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi-ku).' saat ia memasuki sore hari sebanyak tiga kali dan di pagi hari tiga kali, kecuali wajib bagi Allah untuk meridlainya pada hari kiamat." (Hadits Ahmad Nomor 18199, sumber: https://tafsirq.com/en/hadits/ahmad/18199 atau https://al-maktaba.org/book/25794/15517#p2)

Al-Qur`an Surat Al-Maidah Ayat 3

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا (المائدة:٣)ـ

          Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3)

Keutamaan doa taradhi: Meraih ridha Allah swt, Meraih rahmat Allah swt, mendapat ridha Allh swt di hari kiamat, Masuk surga tanpa hisab, diampuni dosa – dosa, merasakan manisnya iman, dlln

          Waktu membaca doa taradhi bisa kapan saja dan dimana saja, namun dibaca pagi hari, sore hari, dan setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.

          Jumlah hitungan bacaan doa taradhi bisa berapa saja, tetapi membaca tiga kali di waktu pagi, tiga kali di waktu sore, sekali setelah mendengar adzan sangat dianjurkan.

٣٥٠٧ــ  ثلاثةٌ من قالهنَّ دخل الجنَّةَ : من رضِيَ بالله ربًّا ، و بالإسلامِ دينًا ، و بمحمدٍ رسولًا ، و الرابعةُ لها من الفضلِ كما بين السماءِ ، و الأرضِ ، و هي : الجهادُ في سبيلِ اللهِ عزَّ و جلَّ (حم) عن أبى سعيد (ح)ـ

          3507- Tiga (hal) barangsiapa mengucapkannya maka masuk surga: Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul, dan yang keempat mempunyai keutamaan seperti antara langit dan bumi yaitu jihad di jalan Allah azza wa jalla. (HR. Ahmad dari Abi Sa`iid. HASAN)[2]

          Shahih Muslim Hadits Nomor 1884

يا أبا سَعِيدٍ، مَن رَضِيَ باللَّهِ رَبًّا، وبالإسْلامِ دِينًا، وبِمُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم نَبِيًّا، وجَبَتْ له الجَنَّةُ، فَعَجِبَ لها أبو سَعِيدٍ، فقالَ: أعِدْها عَلَيَّ يا رَسولَ اللهِ، فَفَعَلَ، ثُمَّ قالَ: وأُخْرَى يُرْفَعُ بها العَبْدُ مِئَةَ دَرَجَةٍ في الجَنَّةِ، ما بيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كما بيْنَ السَّماءِ والأرْضِ، قالَ: وما هي يا رَسولَ اللهِ؟ قالَ: الجِهادُ في سَبيلِ اللهِ، الجِهادُ في سَبيلِ اللَّهِ. (مسلم:١٨٨٤) عن أبى سعيد الخدري (صح)ـ

          Wahai Aba Sa`iid, Barangsiapa rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama, dan Muhammad saw sebagai Nabi, maka wajib baginya surga. Abu Sa`iid merasa kagum karenanya dan berkata: “Ulangi untuk saya Ya Rasulullah?”, kemudian Rasulullah melakukannya, setelah itu kemudian bersabda: “Dan yang lainnya sebab perkara tersebut seorang hamba bisa diangkat seratus derajat di surga, jarak antara dua derajat seperti apa yang ada diantara langit dan bumi”, Abu Sa`iid bertanya:”Apakah perkara itu Ya Rasulullah?” Nabi bersabda:”Jihad di jalan Allah, Jihad di jalan Allah”. (HR. Muslim dari Abu Sa`iid Al-Khudri. SHAHIH)

٣١٢٥ــ بِحَسَبِ امْرِئٍ مِنَ الْإِيْمَانِ أَنْ يَقُوْلَ: رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا (طس) عن ابن عباس (ض)ـ

          3125- Cukuplah dari seseorang dari keimanan bahwa ia mengucapkan (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan  islam sebagai agama. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. DHAIF)

          Jika seseorang telah mengucapkan kalimat (رَضِيتُ باللَّهِ رَبًّا وبِمُحَمَّدٍ رَسولًا، وبالإسْلَامِ دِينًا) Aku ridha Allah sebagai Rabb (Tuhan), Muhammad sebagai Rasul, dan  islam sebagai agama maka telah dianggap sebagai orang beriman dan berlaku baginya hukum – hukum orang beriman seperti dilindungi darahnya, hartanya, dan hukum – hukum duniawi lainnya. Kemudian apabila perkataannya tersebut disertai dengan hatinya maka jadilah dia mukmin sejati yang dengannya dia berhak masuk surga.[3]



[1] Jaami`ush Shaghiir 4309. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4309.

[2] Jaami`ush Shaghiir 3507. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3507.

[3] Jaami`ush Shaghiir 3125. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3125.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar