Laman

Kamis, 27 Oktober 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH 215 : Warid Ilahiyyah (Yang datangdari Allah swt)

 




Kitab Hikam Hikmah 215

مَتَى وَرَدَتِ الْوَارِدَاتُ الإِلَهِيَّةُ عَلَيْكَ هَدَمَتِ الْعَوَائِدَ عَلَيْكَ {إِنَّ المُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا}ـ

Apabila datang warid ilahiyyah kepadamu maka ia akan menghancurkan kebiasaan – kebiasaan (buruk) mu. "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya”.

Warid Ilahiyyah (الْوَارِدَاتُ الإِلَهِيَّةُ) terkadang juga disebut rasa cinta dan takut kepada Allah swt, tajalli atau nafahat (pemberian).

Apabila warid ilahiyyah masuk ke dalam diri seseorang maka ia punya kekuatan untuk menghancurkan kebiasaan – kebiasaan buruk dan menggantikannya dengan kebiasaan – kebiasaan terpuji. Makin besar kekuatan warid ilahiyyah maka makin banyak pula kebiasaan buruk yang bisa dihilangkannya.

Apabila warid ilahiyyah tersebut tidak masuk ke dalam diri maka carilah dengan cara berguru kepada orang – orang yang telah menerima warid ilahiyyah tersebut, apabial tak kunjung dapat maka hancurkanlah kebiasaan – kebiasaan buruk kita, mulailah dengan kebiasaan anggota lahir terlebih dahulu karena warid ilahiyyah akan masuk lewat anggota lahir tersebut.

Kekuatan warid ilahiyyah tersebut bagaikan pasukan raja yang masuk ke suatu desa dan menghancurkan para penduduknya. Kemudian mengganti dengan kebiasan baru.

Kenapa warid ilahiyyah bisa menghancurkan kebiasaan buruk seseorang? Maka di jelaskan oleh shahibul hikam pada hikmah berikutnya.

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 261

2.      Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.4. hlm. 417.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 215, hlm. 255.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 216. hlm.143.

5.      Terjemah Salim B. : Hikmah 228. Hlm.163. pdf. 84

6.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 208. Hlm. 793.

7.      Guru Bahiet : https://www.youtube.com/watch?v=MraD-IuowsM [ Hikmah 216 ]

Selasa, 25 Oktober 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-212 : WUSHUL / Sampai kepada Allah swt

 




KITAB HIKAM HIKMAH KE - 212

وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَىْءٍ

Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu.

A.    Definisi Wushul

Wushul (sampai kepada Allah) maksudnya adalah sampai kepada ilmu tentang Allah swt (وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ). (Hikam)

Wushul kepada Allah swt yang di maksud oleh ahli tarekat adalah mengetahui ilmu hakekat tentang Allah swt (العلم الحقيقي بالله تعالى). Ini menjadi puncaknya orang yang meniti jalan menuju Allah swt (غاية السالكين) dan menjadi batas akhir perjalanan orang yang mengadakan perjalanan menuju Allah swt (سير السائرين). Adapun pemahaman wushul adalah persentuhan antara beberapa dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adahal sesuatu yang tidak mungkin (وأما الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). (Ghaitsul Mawahib)

Wushul adalah mengetahui sifat – sifat Allah swt. Bukan wushul secara fisik (jasmani), seperti misalnya kamu bisa duduk berdampingan dengan Allah swt. Sebab manusia yang hadits tidak akan bisa bersama dengan Allah Yang Qadim. (Gus Baha)

B.     Pembagian Wushul

Menurut Ibnu `Athaillah as-Sakandari dalam kitab Hikam Wushul itu ada dua:

1.      Wushul kepada ilmu tentang Allah swt. Ini wushul yang benar.

2.      Wushul selain itu, seperti sesuatu bersentuhan (nyambung) dengan Allah swt atau Allah swt bersentuhan (nyambung) dengan sesuatu. Ini wushul yang sesat.

Menurut Muhammad bin Ibrahim An-Nafzi dalam kitab Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah wusshul itu ada dua:

1.      Wushul kepada ilmu hakekat tentang Allah swt. Ini wushul yang benar

2.      Wushul antara beberapa dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adalah sesuatu yang tidak mungkin (وأما الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). Ini wushul yang sesat.

Menurut Gus Baha Wushul itu ada dua:

1.      Mengetahui sifat Allah. Ini wushul yang benar

2.      Wushul jasmaniah, yaitu bersandingnya manusia dengan dzat Allah swt. Ini wushul yang sesat

 

C.     Contoh orang yang pernah wushul : Abu Hasan Asy-Syazili, Abu Yazid Al-Busthomi, Abu Qasim Al-Junaidi (Gus Baha)

 

D.    Pondasi Memahami Teori Wushul

Agar tidak sesat dalam memahami teori wushul maka Gus Baha membangun penjelasannya minimal di atas beberapa pondasi berikut:

1.      Pertama

Allah swt bersifat Mukhalafatu lil hawaditsi (مخالفة للحوادث) berbeda dengan sesuatu yang baru.

2.      Kedua

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ (الشورى:١١)ـ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, (Asy-Syura [42] ayat 11)

3.      Ketiga

Allah bersifat Qadim dan manusia bersifat hadits, yang hadits tidak mungkin sampai pada hakekat yang Qadim

4.      Keempat

لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (الأنعام:١٠٣)ـ

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.  (Al-An`am [6] ayat 103)

5.      Kelima

كُلُّ ما خطر ببالك فإنّ الله بخلاف ذلك

E.     Penjelasan Tentang Melihat Allah, Allah Bertempat, Dan Sejenisnya

Lalu bagaimana menjelaskan ayat – ayat yang mengabarkan bahwa manusia bisa melihat Allah di surga, tetang kursi, arasy, dan sejenisnya?

Maka penjelasannya tetap berpatokan pada lima pondasi di atas plus tidak bisa kita banyangkan tetang bagaimana, cara, dan detailnya (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ).

1.      Tentang melihat Allah swt

 وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ (22) إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23) (القيامة)ـ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah [75] ayat 22-23)

2.      Terbukanya hijab Allah swt

كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ ( المطففين : 15 ) ـ

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin [83] ayat 15)

Imam Syafii mengatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.

Walaupun nanti di akherat manusia diijinkan melihat Allah swt, tetap saja penglihatannya berbeda dengan yang kita gambarkan (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ), karena sifat qadim tidak bisa di sentuh sifat hadits.

3.      Tentang arasy Allah swt

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ (طه:٥)ـ

            (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy (Taha [20] ayat 5)

4.      Tentang kursi Allah swt

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ (البقرة:٢٥٥)ـ

Kursi Allah meliputi langit dan bumi. (Al-Baqarah [2] ayat 255)

5.      Tentang Melihat Allah di Surga

Adapun mengenai dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman surga) dan di taman-taman surga. (Tafsir Ibnu Katsir)

F.     Kritik Gus Baha

Ketika menjelaskan teori wushul, Gus Baha mengkritik beberapa orang yang di sinyalir tidak paham, kurang paham, salah paham, atau tersesat dari jalan Allah swt. Kelompok tersebut misalnya

1.      Orang yang berpandangan wushul adalah sampai kepada hakekat Allah swt, padahal yang benar adalah pada ilmu hakekat tentang Allah swt.

2.      Orang yang ingin wushul agar bisa satu majlis dengan Allah swt, padahal keinginan tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

3.      Orang yang mengaku wali tetapi bodoh, tidak pernah wushul kepada Allah swt.

4.      Para Mubaligh yang menjelaskan bahwa manusia bisa bertemu Allah swt tanpa ilmu yang cukup sehingga banyak di salah pahami orang awam.

5.      Para mubaligh yang menjelaskan tentang melihat Allah swt secara tidak proporsional, padahal banyak mazhab mengenai hal ini

 

G.    Tambahan

Mengenai bisa atau tidak melihat Allah, dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tiga pendapat besar. Pendapat pertama Siti Aisyah dan kawan kawan yang mengatan walaupun di dunia tidak bisa di lihat tetapi di akherat Allah swt bisa dilihat. Pendapat kedua Ibnu Abbas penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di dunia dan akhirat). Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw. pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Pendapat ketiga pendapat bodoh Mu`tazilah bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli sunnah wal jama'ah. (Tafsir Ibnu Katsir)

H.    Sumber:

1.      Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) :  hlm.259

2.      Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.1. , hlm.409.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 212, hlm. 252.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 213. Hlm. 142.

5.      Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 292.

6.      Terjemah Salim B. : Hikmah 225. Hlm.161. pdf. 83.

7.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 205. Hlm. 786.

8.      Terjemah Matan Hikam : Hikmah 213. Hlm. 214.

9.      Gus Baha: https://www.youtube.com/watch?v=uVt_lK1pBVc Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah [Hikmah 213]

10.  Guru Bahith : https://www.youtube.com/watch?v=uEFO04gBpbU [ Hikmah 213]

11.  Hikam online https://www.nafahat-tarik.com/2015/01/soufia_22.html [Hikmah 215]

12.  Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html

SYARAH HIKAM HIKMAH KE - 213 : Dekat dengan Allah swt / Taqarrub



 KITAB HIKAM HIKMAH KE – 213

قرْبُكَ مِنْهُ أَنْ تَكُوْنَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ وَإِلَّا فَمِنْ أَيْنَ أنْتَ وَوُجُوْدُ قُرْبِهِ

Dekatmu kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak (bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya.

A.    Definisi dekat dengan Allah swt

Kamu dekat dengan Allah itu maknanya kamu yakin kalau Allah itu dekat. Maksudnya rahmat Allah dekat, semua prilaku kamu disaksikan Allah, semua nikmat yang ada dalam dirimu datangnya dari Allah.

Jika dekat dengan Allah tidak dimaknai demikian maka siapakah kamu sampai merasa kamu dekat dengan Allah, kamu adalah perkara hadits yang tidak mungkin menyentuh Yang Qadim.

Intinya, orang yang dekat dengan Allah swt adalah orang yang yakin kalau Allah itu dekat.

B.     Contoh Hubungan Allah Dengan Manusia

Hubungan Khalik dan makhluk. Jika ada yang Tanya bagaimana hubunganmu dengan Allah swt? Maka jawabnya adalah sangat dekat. Kenapa demikian? Jawabnya, karena saya adalah makhluk yang diciptakan oleh Khalik, tentu hubungan mahkluk sangat dekat dengan khaliknya. Tapi sudah hanya sebatas itu saja, jangan berlanjut membayangkan seperti kedekan dengan mahkluk yang ada dalam pikiran kita.

Hubungan Hamba dan Majikannya. Kita adalah hamba Allah swt, tentu seorang hamba sangat dekat dengan majikannya. Tapi sampai situ saja, jangan sampai membayangkan seperti hubungan majikan dan anak buahnya seperti yang sering kita lihat di dunia.

Hubungan Pendangan Manusia dengan Allah. Kita mesti yakin bahwa orang beriman akan melihat Allah swt di surga, tetapi meskipun bagaimanapun pendangan yang terjadi tidak bisa dibayangkan dan tidak seperti pandangan kita kepada orang lain. Karena walau bagaimanapun manusia itu hadits dan Allah qadim,yang hadits tidak bisa menggapai Yang Qadim.

C.    Hikmah dibalik definisi

Hikmah di balik hikmah ini adalah supaya kita tidak membayangkan Allah swt sebagai fisik seperti fisik yang kita bayangkan. (Gus Baha)

D.    Dalil Allah Maha Dekat

 

1.      Al-Baqarah [2] ayat 186 (Allah itu Maha Dekat, mengetahui dan Mengabulkan Doa)

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ (البقرة:١٨٦)ـ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku Kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran. (Al-Baqarah [2] ayat 186)

Imam Suyuthi menjelaskan bahwa ilmu Allah itu dekat (بالعلم), Ibnu Abbas menjelaskan bil ijabah (بالإجابة).

2.      Allah Bersama Hamba Yang Sedang Berdoa


قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، حَدَّثَنَا قَتَادَةُ، عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا دَعَانِي"

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaiman ibnu Daud, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, telah menceritakan kepada kami Qatadah, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: Allah Swt. berfirman, "Aku menurut dugaan hamba-Ku mengenai diri-Ku, dan Aku selalu bersamanya jika dia berdoa kepada-Ku."

 

3.      Allah Bersama Hamba Yang Berdzikir

 

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْحَاقَ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ، أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ، حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ عُبَيْدِ اللَّهِ، عَنْ كَرِيمَةَ بِنْتِ الْخَشْخَاشِ الْمُزَنِيَّةِ، قَالَتْ: حَدَّثَنَا أَبُو هُرَيْرَةَ: أَنَّهُ سَمِعَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: أَنَا مَعَ عَبْدِي مَا ذَكَرَنِي، وَتَحَرَّكَتْ بِي شَفَتَاهُ"

 

Imam Ahmad mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Yazid ibnu Jabir, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ubaidillah, dari Karimah binti Ibnu Khasykhasy Al-Muzaniyyah yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Hurairah yang pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Allah Swt. berfirman, "Aku selalu bersama hamba-Ku selagi ia ingat kepada-Ku dan kedua bibirnya bergerak menyebut-Ku."

 

4.    Allah Bersama Orang Yang Takwa dan Berbuat Baik

Menurut kami, hadis di atas sama pengertiannya dengan firman Allah Swt. yang mengatakan:

 

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُمْ مُحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. (An-Nahl: 128)

5.      Allah Bersama Musa dan Harun

 

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى (طه:٤٦)ـ

Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat.” (Thaha [20] ayat 46)

Maksudnya, janganlah kamu berdua takut kepada Fir'aun sesungguhnya Aku selalu bersamamu, Aku mendengar pembicaraanmu dan pembicara­annya, dan Aku melihat tempatmu dan tempatnya, tiada sesuatu pun dari perkara kalian yang samar bagi-Ku. Dan ketahuilah olehmu berdua bahwa ubun-ubun (roh) Fir'aun berada di dalam genggaman kekuasaan-Ku.

Maka tidaklah ia berbicara, dan tidak bernafas, tidak pula memukul kecuali dengan seizin-Ku dan sesudah ada perintah dari-Ku. Aku selalu bersamamu melalui pemeliharaan-Ku, pertolongan dan dukungan-Ku.

Makna yang dimaksud dari kesemuanya itu adalah, Allah Swt. tidak akan mengecewakan doa orang yang berdoa kepada-Nya dan tidak sesuatu pun yang menyibukkan (melalaikan) Dia, bahkan Dia Maha Mendengar doa. Di dalam pengertian ini terkandung anjuran untuk berdoa, dan bahwa Allah Swt. tidak akan menyia-nyiakan doa yang dipanjatkan kepada-Nya (Tafsir Ibnu Katsir)

6.      Allah Lebih Dekat Dari Para Pelayat - Al-Waqiah [56] ayat 85

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ (الواقعة:٨٥)ـ

Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat, (Al-Waqiah [56] ayat 85)

( ونحن أقرب إليه منكم ) بالعلم والقدرة والرؤية . وقيل : ورسلنا الذين يقبضون روحه أقرب إليه منكم ( ولكن لا تبصرون ) الذين حضروه (تفسير البغوى)ـ

 

7.      Allah Lebih Dekat - Firman Allah Swt.:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ (ق : ١٦)ـ

dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (Qaf [50] ayat 16)

Yakni malaikat-malaikat Allah Swt. lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. Dan menurut pendapat ulama yang menakwilkannya dengan pengertian ilmu Allah, sesungguhnya yang dimaksud hanyalah untuk menghapuskan pengertian dugaan adanya bertempat atau ke­manunggalan, karena kedua sifat tersebut merupakan hal yang mustahil bagi Allah Swt. 

 

8.      Allah Bersama Hamba Yang Dicintainya

فإذا أحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذي يَسْمَعُ به، وبَصَرَهُ الَّذي يُبْصِرُ به، ويَدَهُ الَّتي يَبْطِشُ بها، ورِجْلَهُ الَّتي يَمْشِي بها، وإنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، ولَئِنِ اسْتَعاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ (بخارى:٦٥٠٢)ـ

jika Aku sudah mencintainya, maka Akulah pendengarannya yang ia jadikan untuk mendengar, dan pandangannya yang ia jadikan untuk memandang, dan tangannya yang ia jadikan untuk memukul, dan kakinya yang dijadikannya untuk berjalan, jikalau ia meminta-Ku, pasti Kuberi, dan jika meminta perlindungan kepada-KU, pasti Ku-lindungi..(Bukhari 6502)

 

1.      Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 259.

2.      Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.2. hlm. 411.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 213, hlm. 253.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 214. hlm.142.

5.      Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 293.

6.      Terjemah Salim B. : Hikmah 226. Hlm.162. pdf. 84.

7.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 206. Hlm. 789.

8.      Terjemah Matan Hikam : Hikmah 214. Hlm. 215.

9.      GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=yBVcKfiYSJw [Hikam 214]

10.  Guru Bakhit : https://www.youtube.com/watch?v=MMVCWyEq1TQ [ Hikam 214 ]

11.  Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-214 : Hakekat dan Tajalli yang masuk ke dalam hati seseorang

 




Kitab Hikam Hikmah 214

اَلْحَقَائِقُ تَرِدُ فِى حَالِ التَّجَلِّى مُجْمَلَةً وَبَعْدَ الْوَعْىِ يَكُوْنُ الْبَيَانُ (فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ). (القيامة:١٨ـ١٩)ـ

            Ilmu hakekat yang datang dalam keadaan tajalli secara global dan setelah ada penerimaan maka akan ada penjelasan . (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah [75] ayat 18 – 19).

            Ilmu hakekat akan datang ke dalam hati ketika seseorang mengalami alam tajalli, yaitu ketika seseorang merasa sangat dekat dengan Allah swt.

Sebab seseorang mengalami tajalli sangat banyak, diantaranya adalah tajalli melalui ilmu tauhid. Seperti ketika seseorang berpikir mendalam hingga sampai pada kesimpulan dan kesadaran bahwa dirinya bukanlah siapa – siapa, tidak penting sama sekali. Yang penting hanyalah Allah swt. Mau percaya mahluk mahluk akhirnya rusak, mau percaya amal akhirnya tidak jelas, akhirnya yang pantas di sebut hanyalah Allah semata.

Contoh takbir dalam shalat sebagai salah satu cara untuk menanamkan keyakinan dalam diri jika Allah Maha Besar.

A.    Pengertian Hakekat

            Hakekat (اَلْحَقَائِق) adalah “sesuatu” yang datang ke dalam hati seseorang (al`arifin) ketika dia mengalami tajalli.

B.     Macam – Macam Hakekat

Hakekat yang datang ke dalam hati seseorang terkadang berupa ilmu hakekat (ilmu laduni), terkadang berupa hikmah, terkadang berupa pengetahuan (ma`arif), dan terkadang berupa tersingkapnya tabir ghaib mengenai sesuatu yang sudah terjadi atau akan terjadi.

C.    Cara Datangnya Hakekat

Hakekat masuk ke dalam hati seseorang bisa melalui beberapa proses seperti melalui ilham, mimpi, proses belajar, dan wahyu ahkam (khusus untuk Nabi dan Rasul).

Wahyu (الوحي) dalam bahasa arab memiliki beberapa arti seperti mewahyukan, mengajarkan, menunjukan, mengilhamkan, atau mengutus.

لأن الوحي على أربعة أقسام : وحي إلهام ووحي منام ووحي إعلام ووحي أحكام. فشاركت الأولياء الأنبياء فى ثلاثة: وحي إلهام ووحي منام ووحي إعلام. وانفردت الأنبياء بوحي الأحكام

Karena sesungguhnya wahyu itu ada empat bagian: wahyu ilham, wahyu manam, wahyu i`lam, dan wahyu ahkam. Para wali dan Nabi sama – sama memiliki tiga wahyu: wahyu ilham, wahyu manam, wahyu i`lam. Namun wahyu ahkam hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. (Ghaitsul Mawahib).

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan Rasul di jaga oleh Allah swt sedangkan ilham yang diterima oleh para wali tidak, oleh karena itu perlu menuliskannya agar tidak lupa.

D.    Jumlah Hakekat Yang Datang

Hakekat yang datang ke dalam hati seseorang terkadang datang secara mujmal (global) atau mufashalat (terperinci).

Hakekat yang awalnya datang secara mujmal (global) pada akhirnya akan mendapatkan penjelasan dari syariat atau dari dalil naqli dan `aqli sehingga kemudian jelas apakah hakekat tersebut sesuai dengan syariat atau tidak. Hakekat tersebut akan terus bertambah atau terlupakan oleh orang yang pernah menerima hakekat.

Sementara hakekat yang datang secara mufashalat (terperinci) bisa terus bertambah sedikit demi sedikit atau terhenti atau terlupakan sama sekali oleh orang yang pernah menerima hakekat tersebut.

E.     Hubungan Hakekat dan Syariat

Hakekat yang diterima seseorang ada dua macam: sesuai dengan syariat (dalil naqli dan `aqli) atau tidak sesuai dengan syariat.Yang sesuai dengan syariat bisa diterima dan yang tidak sesuai dengan syariat jangan diterima, buang jauh – jauh karena hakekatnya itu bukanlah hakekat tetapi bisikan dari syetan.

Ilmu hakekat haruslah sesuai dengan ilmu syariat, jika tidak, maka setiap ilmu hakekat yang tidak sesuai dengan ilmu syariat bisa menyebabkan kekafiran (كل حقيقة تخالف الشريعة فهي كفر).

            Hakekat tanpa syariat adalah bathil dan syariat tanpa hakekat adalah ibarat tanpa hiasan (حقيقة بلا شريعة باطلة و شريعة بلا حقيقة عاطلة). (Syarqawi)

ومع هذا كان الشيخ أبو الحسن رضي الله عنه يقول إذا عارض كشفك الصحيح الكتاب والسنة فاعمل بالكتاب والسنة ودع الكشف وقل لنفسك أن الله تعالى ضمن لي العصمة في الكتاب والسنة ولم يضمنها لي في جانب الكشف والإلهان ومثل هذا أيضاً قول الجنيد أن النكتة لتقع في قلبي من جهة الكشف فلا أقبلها إلا بشاهدى عدل الكتاب والسنة (إيقاظ الهمم شرح متن الحكم)ـ

            Syekh Abul Hasan rda. Berkata: “apabila kasyafmu yang shahih bertentangan dengan Al-Kitab dan sunnah maka beramallah dengan Al-Kitab dan Sunnah dan tinggalkanlah kasyafmu tersebut. Dan katakanlah kepada hatimu sesungguhnya Allah swt menjamin kebenaran Al-Qur`an dan sunnah dan tidak menanggung kebenaran kasyaf dan ilham”. Hal serupa dikataan oleh Al-Junaid:”Sesungguhnya ilham telah jatuh ke dalam hatiku ketika kasyaf , kemudian aku tidak akan menerimanya sampai ada dua saksi yang adil, yakni Al-Kitab dan As-Sunnah”. (Iqazhul Himam Syarah Matan Hikam)

F.     Cara Mendapatkan Hakekat

Hakekat (اَلْحَقَائِق) yang datang kepada seseorang adalah murni karunia dari Allah swt sehingga siapa saja bisa memperolehnya dan siapa saja bisa tidak memperolehnya, tergantung kehendak Allah swt kepada siapa Dia mau memberikan hakekat tersebut.

            Tetapi bagaimana cara kita bisa mendapatkan ilmu hakekat dan menilai apakah ilmu yang kita peroleh adalah ilmu hakekat atau bukan itu bisa kita pelajari. Misalnya seperti teori yang diajarkan oleh kitab Hikam untuk bisa mendapatkan ilmu hakekat atau ilmu laduni, mulailah dari wushul (وُصُوْل), Qarbuhu (قُرْبُهُ), tajalli (تَجَلِّى), barulah akan turun hakekat atau ilmu laduni secara mujmal (global), kemudian ilmu hakekat yang turun tersebut akan menghilangkan kebiasan – kebiasaan buruk penerimanya, setelah itu jika ada sesuatu yang melawan ilmu hakekat maka dia akan terkalahkan, dan pada akhirnya seseorang akan melihat cahaya Allah swt begitu terang.

            Mari kita pelajari kembali cara memperoleh hakekat tersebut:

1.      Wushul (وُصُوْل)

وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَىْءٍ

Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu. (Matan Hikam)

 

2.      Qarbuhu (قُرْبُهُ)

قرْبُكَ مِنْهُ أَنْ تَكُوْنَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ وَإِلَّا فَمِنْ أَيْنَ أنْتَ وَوُجُوْدُ قُرْبِهِ

Dekatmu kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak (bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya. (Matan Hikam)

 

3.      Tajalli (تَجَلِّى)

Tajalli (تَجَلِّى) terjadi ketika hati seseorang menyaksikan betapa jelasnya Allah swt (تجلى الله على قلوبهم), ketika seseorang paham terhadap sifat – siat Allah swt dan menyaksikan betapa dekatnya Allah swt.

Ikuti fase berikutnya pada artikel berikutnya

G.    Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 260.

2.      Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.3. hlm. 411.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 214, hlm. 254.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 215. hlm.142.

5.      Terjemah Salim B. : Hikmah 227. Hlm.163. pdf. 84

6.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 207. Hlm. 792.

7.       GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=jUHhvJHP-68  [Hikam 215]

8.       Guru Bahit : https://www.youtube.com/watch?v=74yiGer9W_Y [Hikmah 215]

9.       Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html

=