Laman

Selasa, 25 Oktober 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-212 : WUSHUL / Sampai kepada Allah swt

 




KITAB HIKAM HIKMAH KE - 212

وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَىْءٍ

Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu.

A.    Definisi Wushul

Wushul (sampai kepada Allah) maksudnya adalah sampai kepada ilmu tentang Allah swt (وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ). (Hikam)

Wushul kepada Allah swt yang di maksud oleh ahli tarekat adalah mengetahui ilmu hakekat tentang Allah swt (العلم الحقيقي بالله تعالى). Ini menjadi puncaknya orang yang meniti jalan menuju Allah swt (غاية السالكين) dan menjadi batas akhir perjalanan orang yang mengadakan perjalanan menuju Allah swt (سير السائرين). Adapun pemahaman wushul adalah persentuhan antara beberapa dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adahal sesuatu yang tidak mungkin (وأما الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). (Ghaitsul Mawahib)

Wushul adalah mengetahui sifat – sifat Allah swt. Bukan wushul secara fisik (jasmani), seperti misalnya kamu bisa duduk berdampingan dengan Allah swt. Sebab manusia yang hadits tidak akan bisa bersama dengan Allah Yang Qadim. (Gus Baha)

B.     Pembagian Wushul

Menurut Ibnu `Athaillah as-Sakandari dalam kitab Hikam Wushul itu ada dua:

1.      Wushul kepada ilmu tentang Allah swt. Ini wushul yang benar.

2.      Wushul selain itu, seperti sesuatu bersentuhan (nyambung) dengan Allah swt atau Allah swt bersentuhan (nyambung) dengan sesuatu. Ini wushul yang sesat.

Menurut Muhammad bin Ibrahim An-Nafzi dalam kitab Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah wusshul itu ada dua:

1.      Wushul kepada ilmu hakekat tentang Allah swt. Ini wushul yang benar

2.      Wushul antara beberapa dzat, seperti persentuhan dzat mahluk dan Dzat Khalik, adalah sesuatu yang tidak mungkin (وأما الوصول المفهوم بين الذوات متعال عنه). Ini wushul yang sesat.

Menurut Gus Baha Wushul itu ada dua:

1.      Mengetahui sifat Allah. Ini wushul yang benar

2.      Wushul jasmaniah, yaitu bersandingnya manusia dengan dzat Allah swt. Ini wushul yang sesat

 

C.     Contoh orang yang pernah wushul : Abu Hasan Asy-Syazili, Abu Yazid Al-Busthomi, Abu Qasim Al-Junaidi (Gus Baha)

 

D.    Pondasi Memahami Teori Wushul

Agar tidak sesat dalam memahami teori wushul maka Gus Baha membangun penjelasannya minimal di atas beberapa pondasi berikut:

1.      Pertama

Allah swt bersifat Mukhalafatu lil hawaditsi (مخالفة للحوادث) berbeda dengan sesuatu yang baru.

2.      Kedua

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ (الشورى:١١)ـ

Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, (Asy-Syura [42] ayat 11)

3.      Ketiga

Allah bersifat Qadim dan manusia bersifat hadits, yang hadits tidak mungkin sampai pada hakekat yang Qadim

4.      Keempat

لَّا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ (الأنعام:١٠٣)ـ

Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.  (Al-An`am [6] ayat 103)

5.      Kelima

كُلُّ ما خطر ببالك فإنّ الله بخلاف ذلك

E.     Penjelasan Tentang Melihat Allah, Allah Bertempat, Dan Sejenisnya

Lalu bagaimana menjelaskan ayat – ayat yang mengabarkan bahwa manusia bisa melihat Allah di surga, tetang kursi, arasy, dan sejenisnya?

Maka penjelasannya tetap berpatokan pada lima pondasi di atas plus tidak bisa kita banyangkan tetang bagaimana, cara, dan detailnya (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ).

1.      Tentang melihat Allah swt

 وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَّاضِرَةٌ (22) إِلَىٰ رَبِّهَا نَاظِرَةٌ (23) (القيامة)ـ

Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri, kepada Tuhannyalah mereka melihat. (Al-Qiyamah [75] ayat 22-23)

2.      Terbukanya hijab Allah swt

كَلَّا إِنَّهُمْ عَن رَّبِّهِمْ يَوْمَئِذٍ لَّمَحْجُوبُونَ ( المطففين : 15 ) ـ

Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (melihat) Tuhan mereka. (Al-Muthaffifin [83] ayat 15)

Imam Syafii mengatakan bahwa hal ini menunjukkan bahwa orang-orang mukmin tidak terhalang untuk melihat Tuhan mereka Yang Mahasuci lagi Mahatinggi.

Walaupun nanti di akherat manusia diijinkan melihat Allah swt, tetap saja penglihatannya berbeda dengan yang kita gambarkan (بِلاَ كَيْفٍ ولا انْحِصَارِ), karena sifat qadim tidak bisa di sentuh sifat hadits.

3.      Tentang arasy Allah swt

الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ (طه:٥)ـ

            (yaitu) Yang Maha Pengasih, yang bersemayam di atas 'Arsy (Taha [20] ayat 5)

4.      Tentang kursi Allah swt

وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ (البقرة:٢٥٥)ـ

Kursi Allah meliputi langit dan bumi. (Al-Baqarah [2] ayat 255)

5.      Tentang Melihat Allah di Surga

Adapun mengenai dalil dari sunnah, maka banyak hadis mutawatir diriwayatkan dari Abu Sa'id, Abu Hurairah, Anas, Juraij, Suhaib, Bilal, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang dari kalangan sahabat, dari Nabi Saw.; semuanya menyebutkan bahwa orang-orang mukmin kelak di akhirat dapat melihat Allah di 'Arasat (halaman-halaman surga) dan di taman-taman surga. (Tafsir Ibnu Katsir)

F.     Kritik Gus Baha

Ketika menjelaskan teori wushul, Gus Baha mengkritik beberapa orang yang di sinyalir tidak paham, kurang paham, salah paham, atau tersesat dari jalan Allah swt. Kelompok tersebut misalnya

1.      Orang yang berpandangan wushul adalah sampai kepada hakekat Allah swt, padahal yang benar adalah pada ilmu hakekat tentang Allah swt.

2.      Orang yang ingin wushul agar bisa satu majlis dengan Allah swt, padahal keinginan tersebut merupakan sesuatu yang tidak mungkin.

3.      Orang yang mengaku wali tetapi bodoh, tidak pernah wushul kepada Allah swt.

4.      Para Mubaligh yang menjelaskan bahwa manusia bisa bertemu Allah swt tanpa ilmu yang cukup sehingga banyak di salah pahami orang awam.

5.      Para mubaligh yang menjelaskan tentang melihat Allah swt secara tidak proporsional, padahal banyak mazhab mengenai hal ini

 

G.    Tambahan

Mengenai bisa atau tidak melihat Allah, dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan tiga pendapat besar. Pendapat pertama Siti Aisyah dan kawan kawan yang mengatan walaupun di dunia tidak bisa di lihat tetapi di akherat Allah swt bisa dilihat. Pendapat kedua Ibnu Abbas penglihatan ini bersifat mutlak (yakni di dunia dan akhirat). Menurut suatu riwayat yang bersumberkan darinya, Nabi Saw. pernah melihat Tuhannya dengan pandangan kalbunya sebanyak dua kali. Pendapat ketiga pendapat bodoh Mu`tazilah bahwa Allah tidak dapat dilihat, baik di dunia maupun di akhirat. Dengan demikian, mereka berpendapat berbeda dengan ahli sunnah wal jama'ah. (Tafsir Ibnu Katsir)

H.    Sumber:

1.      Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) :  hlm.259

2.      Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.1. , hlm.409.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 212, hlm. 252.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 213. Hlm. 142.

5.      Terjemah A. Sunarto Hikmah 94. Hlm. 292.

6.      Terjemah Salim B. : Hikmah 225. Hlm.161. pdf. 83.

7.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 205. Hlm. 786.

8.      Terjemah Matan Hikam : Hikmah 213. Hlm. 214.

9.      Gus Baha: https://www.youtube.com/watch?v=uVt_lK1pBVc Ghaitsul Mawahib Al-`Aliyyah [Hikmah 213]

10.  Guru Bahith : https://www.youtube.com/watch?v=uEFO04gBpbU [ Hikmah 213]

11.  Hikam online https://www.nafahat-tarik.com/2015/01/soufia_22.html [Hikmah 215]

12.  Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar