Laman

Selasa, 25 Oktober 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-214 : Hakekat dan Tajalli yang masuk ke dalam hati seseorang

 




Kitab Hikam Hikmah 214

اَلْحَقَائِقُ تَرِدُ فِى حَالِ التَّجَلِّى مُجْمَلَةً وَبَعْدَ الْوَعْىِ يَكُوْنُ الْبَيَانُ (فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ). (القيامة:١٨ـ١٩)ـ

            Ilmu hakekat yang datang dalam keadaan tajalli secara global dan setelah ada penerimaan maka akan ada penjelasan . (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah [75] ayat 18 – 19).

            Ilmu hakekat akan datang ke dalam hati ketika seseorang mengalami alam tajalli, yaitu ketika seseorang merasa sangat dekat dengan Allah swt.

Sebab seseorang mengalami tajalli sangat banyak, diantaranya adalah tajalli melalui ilmu tauhid. Seperti ketika seseorang berpikir mendalam hingga sampai pada kesimpulan dan kesadaran bahwa dirinya bukanlah siapa – siapa, tidak penting sama sekali. Yang penting hanyalah Allah swt. Mau percaya mahluk mahluk akhirnya rusak, mau percaya amal akhirnya tidak jelas, akhirnya yang pantas di sebut hanyalah Allah semata.

Contoh takbir dalam shalat sebagai salah satu cara untuk menanamkan keyakinan dalam diri jika Allah Maha Besar.

A.    Pengertian Hakekat

            Hakekat (اَلْحَقَائِق) adalah “sesuatu” yang datang ke dalam hati seseorang (al`arifin) ketika dia mengalami tajalli.

B.     Macam – Macam Hakekat

Hakekat yang datang ke dalam hati seseorang terkadang berupa ilmu hakekat (ilmu laduni), terkadang berupa hikmah, terkadang berupa pengetahuan (ma`arif), dan terkadang berupa tersingkapnya tabir ghaib mengenai sesuatu yang sudah terjadi atau akan terjadi.

C.    Cara Datangnya Hakekat

Hakekat masuk ke dalam hati seseorang bisa melalui beberapa proses seperti melalui ilham, mimpi, proses belajar, dan wahyu ahkam (khusus untuk Nabi dan Rasul).

Wahyu (الوحي) dalam bahasa arab memiliki beberapa arti seperti mewahyukan, mengajarkan, menunjukan, mengilhamkan, atau mengutus.

لأن الوحي على أربعة أقسام : وحي إلهام ووحي منام ووحي إعلام ووحي أحكام. فشاركت الأولياء الأنبياء فى ثلاثة: وحي إلهام ووحي منام ووحي إعلام. وانفردت الأنبياء بوحي الأحكام

Karena sesungguhnya wahyu itu ada empat bagian: wahyu ilham, wahyu manam, wahyu i`lam, dan wahyu ahkam. Para wali dan Nabi sama – sama memiliki tiga wahyu: wahyu ilham, wahyu manam, wahyu i`lam. Namun wahyu ahkam hanya dimiliki oleh para Nabi dan Rasul. (Ghaitsul Mawahib).

Wahyu yang diterima oleh para Nabi dan Rasul di jaga oleh Allah swt sedangkan ilham yang diterima oleh para wali tidak, oleh karena itu perlu menuliskannya agar tidak lupa.

D.    Jumlah Hakekat Yang Datang

Hakekat yang datang ke dalam hati seseorang terkadang datang secara mujmal (global) atau mufashalat (terperinci).

Hakekat yang awalnya datang secara mujmal (global) pada akhirnya akan mendapatkan penjelasan dari syariat atau dari dalil naqli dan `aqli sehingga kemudian jelas apakah hakekat tersebut sesuai dengan syariat atau tidak. Hakekat tersebut akan terus bertambah atau terlupakan oleh orang yang pernah menerima hakekat.

Sementara hakekat yang datang secara mufashalat (terperinci) bisa terus bertambah sedikit demi sedikit atau terhenti atau terlupakan sama sekali oleh orang yang pernah menerima hakekat tersebut.

E.     Hubungan Hakekat dan Syariat

Hakekat yang diterima seseorang ada dua macam: sesuai dengan syariat (dalil naqli dan `aqli) atau tidak sesuai dengan syariat.Yang sesuai dengan syariat bisa diterima dan yang tidak sesuai dengan syariat jangan diterima, buang jauh – jauh karena hakekatnya itu bukanlah hakekat tetapi bisikan dari syetan.

Ilmu hakekat haruslah sesuai dengan ilmu syariat, jika tidak, maka setiap ilmu hakekat yang tidak sesuai dengan ilmu syariat bisa menyebabkan kekafiran (كل حقيقة تخالف الشريعة فهي كفر).

            Hakekat tanpa syariat adalah bathil dan syariat tanpa hakekat adalah ibarat tanpa hiasan (حقيقة بلا شريعة باطلة و شريعة بلا حقيقة عاطلة). (Syarqawi)

ومع هذا كان الشيخ أبو الحسن رضي الله عنه يقول إذا عارض كشفك الصحيح الكتاب والسنة فاعمل بالكتاب والسنة ودع الكشف وقل لنفسك أن الله تعالى ضمن لي العصمة في الكتاب والسنة ولم يضمنها لي في جانب الكشف والإلهان ومثل هذا أيضاً قول الجنيد أن النكتة لتقع في قلبي من جهة الكشف فلا أقبلها إلا بشاهدى عدل الكتاب والسنة (إيقاظ الهمم شرح متن الحكم)ـ

            Syekh Abul Hasan rda. Berkata: “apabila kasyafmu yang shahih bertentangan dengan Al-Kitab dan sunnah maka beramallah dengan Al-Kitab dan Sunnah dan tinggalkanlah kasyafmu tersebut. Dan katakanlah kepada hatimu sesungguhnya Allah swt menjamin kebenaran Al-Qur`an dan sunnah dan tidak menanggung kebenaran kasyaf dan ilham”. Hal serupa dikataan oleh Al-Junaid:”Sesungguhnya ilham telah jatuh ke dalam hatiku ketika kasyaf , kemudian aku tidak akan menerimanya sampai ada dua saksi yang adil, yakni Al-Kitab dan As-Sunnah”. (Iqazhul Himam Syarah Matan Hikam)

F.     Cara Mendapatkan Hakekat

Hakekat (اَلْحَقَائِق) yang datang kepada seseorang adalah murni karunia dari Allah swt sehingga siapa saja bisa memperolehnya dan siapa saja bisa tidak memperolehnya, tergantung kehendak Allah swt kepada siapa Dia mau memberikan hakekat tersebut.

            Tetapi bagaimana cara kita bisa mendapatkan ilmu hakekat dan menilai apakah ilmu yang kita peroleh adalah ilmu hakekat atau bukan itu bisa kita pelajari. Misalnya seperti teori yang diajarkan oleh kitab Hikam untuk bisa mendapatkan ilmu hakekat atau ilmu laduni, mulailah dari wushul (وُصُوْل), Qarbuhu (قُرْبُهُ), tajalli (تَجَلِّى), barulah akan turun hakekat atau ilmu laduni secara mujmal (global), kemudian ilmu hakekat yang turun tersebut akan menghilangkan kebiasan – kebiasaan buruk penerimanya, setelah itu jika ada sesuatu yang melawan ilmu hakekat maka dia akan terkalahkan, dan pada akhirnya seseorang akan melihat cahaya Allah swt begitu terang.

            Mari kita pelajari kembali cara memperoleh hakekat tersebut:

1.      Wushul (وُصُوْل)

وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَىْءٍ

Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu. (Matan Hikam)

 

2.      Qarbuhu (قُرْبُهُ)

قرْبُكَ مِنْهُ أَنْ تَكُوْنَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ وَإِلَّا فَمِنْ أَيْنَ أنْتَ وَوُجُوْدُ قُرْبِهِ

Dekatmu kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak (bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya. (Matan Hikam)

 

3.      Tajalli (تَجَلِّى)

Tajalli (تَجَلِّى) terjadi ketika hati seseorang menyaksikan betapa jelasnya Allah swt (تجلى الله على قلوبهم), ketika seseorang paham terhadap sifat – siat Allah swt dan menyaksikan betapa dekatnya Allah swt.

Ikuti fase berikutnya pada artikel berikutnya

G.    Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 260.

2.      Abil Abbas (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.3. hlm. 411.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 214, hlm. 254.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 215. hlm.142.

5.      Terjemah Salim B. : Hikmah 227. Hlm.163. pdf. 84

6.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 207. Hlm. 792.

7.       GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=jUHhvJHP-68  [Hikam 215]

8.       Guru Bahit : https://www.youtube.com/watch?v=74yiGer9W_Y [Hikmah 215]

9.       Matan Hikam online : https://www.nafahat-tarik.com/2015/08/sufism22.html

=



Tidak ada komentar:

Posting Komentar