Laman

Sabtu, 05 Maret 2022

Ketika Allah swt Ridha (Jaami`ush Shaghiir 1669., Faidhul Qadhiir 1669.)

 1.      

 

١٦٦٩ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا رَضِىَ عَنِ الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ أَصْنَافٍ مِنَ الْخَيْرِ لَمْ يَعْمَلْهُ وَإِذَا سَخِطَ عَلَى الْعَبْدِ أَثْنَى عَلَيْهِ بِسَبْعَةِ أَصْنَافٍ مِنَ الشَّرِّ لَمْ يَعْمَلْهُ (حم حب) عن أبى سعيد (ح)ـ

1669- Sesungguhnya Allah swt apabila ridha kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya dengan tujuh puluh macam kebaikan yang tidak pernah dilakukannya. Sesungguhnya apabila Allah swt murka kepada seorang hamba maka Ia akan memujinya (mencelanya) dengan tujuh puluh macam keburukan yang tidak pernah dilakukannya. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban dari Abu Sa`id. HASAN)

Apabila Allah swt ridha kepada seorang hamba maka Ia akan memberitahu para Malaikat dan memujinya dihadapan para Malaikat, kemudian hal tersebut di tembakan ke dalam hati – hati penghuni bumi sehingga merekapun memuji hamba tersebut.

Apabila Allah swt ridha kepada seorang hamba maka Ia kuasa memberikan taufiq kepada hamba tersebut untuk mengerjakan tujuh puluh kebaikan di masa datang, dan memuji hamba tersebut sebelum ia mengerjakan tujuh puluh kebaikan tersebut.

Kamis, 03 Maret 2022

Jiwa yang tenang (النَّفس المطمئنة) (Jaami`ush Shaghiir 6136., Faidhul Qadhiir 6136.)

 1.      

٦١٣٦ـ قُلْ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَسْأَلُكَ نَفْسًا مُطْمَئِنَّةً تُؤْمِنُ بِلِقَائِكَ وَتَرْضَى بِقَضَائِكَ وَتَقْنَعُ بِعَطَائِكَ (طب والضياء) عن أبى أمامة (ض)ـ

          6173- Bacalah: “Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu jiwa (hati) yang tenang yang percaya akan bertemu dengan-Mu dan yang ridha dengan putusan – putusan-Mu dan yang puas dengan pemberian-Mu. (HR. Thabrani dan Dhiyaa dari Abu Umamah. DHAIF)[1]

          Jiwa yang tenang (النَّفس المطمئنة) adalah jiwa yang aman dari azab Allah swt (الآمنة من عَذَاب الله), yang benar dalam meng-Esa-kan Allah swt (الصادقة بتوحيد الله), yang bersyukur terhadap nikmat – nikmat Allah swt (الشاكرة بنعماء الله), yang sabar terhadap cobaan - cobaan Allah swt (الصابرة ببلاء الله), yang ridha terhadap ketentuan - ketentuan Allah swt (الراضية بِقَضَاء الله), yang terima dengan pemberian – pemberian Allah swt (القانعة بعطاء الله). (Tafsir Ibnu Abbas)



[1] Jaami`ush Shaghiir 6136., Faidhul Qadhiir 6136.

Berlindung dengan Ridha Allah swt (Jaami`ush Shaghiir 1521., Faidhul Qadhiir 1521., Muslim 486.)

 1.      

١٥٢١ــ اللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوْبَتِكَ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْكَ لَا أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلٰى نَفْسِكَ (م ٤) عن عائشة (صح)ـ

          1521- Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan ridha-Mu dari murka-Mu dan dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari (amarah) Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah dari Aisyah. SHAHIH)

          Ya Allah sesungguhnya aku berlindung dengan sesuatu yang Engkau ridhai dari sesuatu yang Engkau murkai dan aku berlindung dengan penyelamatan-Mu dari siksa-Mu dan aku berlindung dengan rahmat-Mu dari amarah-Mu. Aku tidak bisa menghitung pujian atas-Mu seperti Engkau memuji diri-Mu. Sesungguhnya aku tidak bisa menghitung dan bersyukur atas satu nikmat yang telah Engkau berikan.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1521., Faidhul Qadhiir 1521., Muslim 486.

Surat Al-Maidah ayat 119 Allah swt ridha kepada para shadiqin

  

٨٧٠٦ــ مَنْ رَضِيَ عَنِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ (ابن عساكر) عن عائشة (ض)ـ

          8706- Barangsiapa ridha kepada Allah maka Allah ridha kepadanya. (HR. Ibnu `Asakir. DHAIF)

          Barangsiapa yang ridha kepada Qadha dan Takdir Allah swt maka Allah swt akan meridhainya dengan cara memasukannya ke dalam surga dengan segala kenikmatan tertinggi plus ridha Allah swt.[1]

Surat Al-Maidah ayat 119

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Al-Maidah 119)

          Inilah saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin) memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)



[1] Jaami`ush Shaghiir 8706., Faidhul Qadhiir 8706.

Allah ridha kepada mereka yang ridha (Jaami`ush Shaghiir 8706., Faidhul Qadhiir 8706.)

  

٨٧٠٦ــ مَنْ رَضِيَ عَنِ اللهِ رَضِىَ اللهُ عَنْهُ (ابن عساكر) عن عائشة (ض)ـ

          8706- Barangsiapa ridha kepada Allah maka Allah ridha kepadanya. (HR. Ibnu `Asakir. DHAIF)

          Barangsiapa yang ridha kepada Qadha dan Takdir Allah swt maka Allah swt akan meridhainya dengan cara memasukannya ke dalam surga dengan segala kenikmatan tertinggi plus ridha Allah swt.[1]

Surat Al-Maidah ayat 119

قَالَ اللّٰهُ هٰذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصّٰدِقِيْنَ صِدْقُهُمْ ۗ لَهُمْ جَنّٰتٌ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ

Allah berfirman, “Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida kepada mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung.” (Al-Maidah 119)

          Inilah saat orang yang benar (shaadiq) memperoleh manfaat dari kebenarannya, orang yang beriman (mukmin) memperoleh manfaat dari keimanannya, orang yang menyampaikan kebenaran (muballigh) memperoleh manfaat dari apa yang disampaikannya, dan orang yang menepati (muufin) memperoleh manfaat dari apa yang ditepatinya, orang yang beramal shaleh (`Aamilush Shaalihaat) memperoleh manfaat dari keshalehannya. (Tafsir Ibnu Abbas)



[1] Jaami`ush Shaghiir 8706., Faidhul Qadhiir 8706.

Rabu, 02 Maret 2022

Mempermudah urusan orang lain Jaami`ush Shaghiir 9108., Faidhul Qadhiir 9108., Ibnu Majah 2417.

  

٩١٠٨ــ مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ (ه) عن أبي هريرة (صح)ـ

          9108- Barangsiapa yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkannya di dunia dan akherat. (HR. Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Orang yang mau membantu meringankan beban atau kesusahan orang lain, baik yang dibantunya muslim atau non muslim, dengan berbagai cara yang memungkinkan seperti membebaskannya dari hutangnya, memberinya hadiah, memberinya sedekah, memberinya nasehat, memberinya jalan keluar atau bentuk pertolongan lainnya maka Allah swt akan memudahkan urusan dan hajat orang tersebut di dunia dan akherat. Balasan di dunia misalnya dengan dijaga dari segala kesusahan, dilapangkan rizkinya, dan ditolong dalam menjalankan kebaikan demi kebaikan. Balasan di akherat misalnya dimudahkan hisab, diampuni dari siksaan, dan di beri kemulian – kemulian akherat lainnya. [1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 9108., Faidhul Qadhiir 9108., Ibnu Majah 2417.

Selasa, 01 Maret 2022

Allah Ridha Terhadap Kemudahan (Jaami`ush Shaghiir 1742., Faidhul Qadhiir 1742.)

  

١٧٤٢ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى رَضِىَ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ الْيُسْرَ وَكَرِهَ لَهَا العُسْرَ (طب) عن محجن بن الأدرع (صح)ـ

          1742- Sesungguhnya Allah swt meridhai (menghendaki) kemudahan untuk umat ini dan membenci kesusahan untuknya. (HR. Thabrani dari Mihjan bin Al-Adra`. SHAHIH)

Allah menghendaki kemudahan bagi umat ini dengan menurunkan syariat yang mudah dan tidak berat dan tidak menghendaki kesukaran bagi umat ini. Sejalan dengan yang difirmankan dalam Al-Qur`an surat Al-Baqarah ayat 185 (يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ) Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.

Menurut Al-Haraani mudah adalah perbuatan yang tidak membuat jiwa susah payah dan tidak memberatkan jasmani, sedangkan susah adalah perbuatan yang membuat jiwa bersusah payah dan membahayakan jasmani.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1742., Faidhul Qadhiir 1742.

Perkara - Perkara Yang diridhai Ibnu Mas`ud (Jaami`ush Shaghiir 4458., Faidhul Qadhiir 4458)

 Bab Perkara Yang Diridhai Ibnu Mas`ud

٤٤٥٨ــ رَضِيْتُ لِأُمَّتِى مَا رَضِىَ لَهَا ابْنُ أُمِّ عَبْدٍ (ك) عن إبن مسعود (صح)ـ

          4458- Aku ridha untuk umatku apa – apa yang Ibnu Umi `Abdin (Abdullah Ibnu Mas`ud) ridha kepadanya. (HR. Hakim dari Ibnu Mas`ud. SHAHIH)

          Rasulullah saw ridha terhadap pilihan – pilihan Ibnu Mas`ud untuk umat Nabi.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 4458., Faidhul Qadhiir 4458.

Senin, 28 Februari 2022

Tiga perkara yang diridhai Allah swt (Jaami`ush Shaghiir 1908., Faidhul Qadhiir 1908., Muslim 1715)

  

١٩٠٨ــ  إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلَاثًا فَيَرْضَى لَكُمْ: أنْ تَعْبُدُوهُ، ولا تُشْرِكُوا به شيئًا، وأَنْ تَعْتَصِمُوا بحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا ولا تَفَرَّقُوا، وأن تُنَاصِحوا مَن وَلَّاهُ اللهُ أمرَكُمْ  ويَكْرَهُ لَكُمْ: قيلَ وقالَ، وكَثْرَةَ السُّؤالِ، وإضاعَةَ المالِ. (حم م) عن أبى هررة (صح)ـ

          1908- Sesungguhnya Allah swt meridhai tiga perkara dan membenci tiga perkara untuk kalian, maka Allah swt ridha kepada kalian (1) apabila kalian menyembahnya dan tidak menyekutukannya dengan sesuatupun, (2) apabila kalian berpegang teguh dengan tali Allah swt dan tidak bercerai berai, dan (3) apabila kalian berbuat tulus terhadap orang – orang yang telah Allah swt angkat untuk mengurusi urusan kalian. Dan membenci tiga perkara untuk kalian, (1) qil wa qal (banyak bicara dan larut dalam cerita manusia), (2) banyak bertanya-tanya (tentang khabar atau harta), (3) menyia-nyiakan harta (menggunakannya di jalan yang tidak diridhai Allah swt). (HR. Ahmad dan Muslim dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Tiga hal yang diridhai Allah swt dan Allah swt ridha kepada orang  orang yang melakukannya: (1) menyembah Allah swt dan tidak menyekutukannya dengan apapun, (2) berpegang teguh dengan tali Allah swt (Al-Qur`an) dan janganlah bercerai berai (mengenai Al-Quran), (3) bersikap baik terhadap pemimpin dan para wakilnya yang telah Allah jadikan untuk memimpin dan mengurusi urusan kalian. Jika harus melakukan kritik maka lakukanlah dengan baik, selama pemimpin tersebut amanah dalam memimpin.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1908., Faidhul Qadhiir 1908., Muslim 1715.

Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah (paling baik) Jaami`ush Shaghiir 9661., Faidhul Qadhiir 9661., Tirmidzi 1900., Ibnu Majah 3663.

  

٩٦٦١ــ الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ (حم ت ه ك) عن أبي الدرداء (صح)ـ

          9661- Orang tua adalah pintu surga yang paling tengah (paling baik). (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Hakim dari Abu Dardaa`. SHAHIH)

          Maksudnya taat kepada orang tua dan tidak durhaka kepadanya bisa menyebabkan kita masuk surga dari pintu tengah. Menurut Al-Baidhawi awsathu abwaabil jannah adalah pintu terbaik atau pintu tertinggi. Maknanya adalah sesuatu yang bisa kita jadikan wasilah untuk sampai dan masuk surga adalah taat dan berada di sisi orang tua.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 9661., Faidhul Qadhiir 9661., Tirmidzi 1900., Ibnu Majah 3663.

Minggu, 27 Februari 2022

Ridha Kedua Orang Tua (Jaami`ush Shaghiir 4457., Faidhul Qadhiir 4457)

  

٤٤٥٧ــ رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُهُ فِى سُخْطِهِمَا (طب) عن إبن عمرو (صح)ـ

4457- Keridhaan Tuhan itu di dalam keridhaan kedua orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan keduanya. (HR. Thabrani dari Ibnu Umar. SHAHIH)

Imam Ghaali berkata, diantara beberapa adab seorang anak kepada orang tua adalah mendengarkan perkataannya, berdiri apabila ia berdiri, mematuhi perintahnya, tidak berjalan di depannya, tidak meninggikan suara, bersegera memenuhi panggilannya, bersemangat mencari keridhaannya, merendahkan sikap, tanpa pamrih berbakti kepada keduanya, tidak memandang buruk kepadanya, tidak merendahkannya, tidak bermuka masam kepadanya.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 4457., Faidhul Qadhiir 4457.

Ridha Kedua Orang Tua Jaami`ush Shaghiir 4456., Faidhul Qadhiir 4456., Tirmidzi 1899.

  

٤٤٥٦ــ رِضَا الرَّبِّ فِى رِضَا الْوَالِدِ وَسُخْطُ الرَّبِّ فِى سُخْطِ الْوَالِدِ (ت ك) عن إبن عمرو (البزار) عن إبن عمر (صح)ـ

4456- Keridhaan Tuhan itu di dalam keridhaan orang tua dan kemurkaan Tuhan itu di dalam kemurkaan orang tua. (HR. Tirmidzi dan Malik dari Ibnu Umar. Riwayat Al-Bazzar dari Ibnu Umar. SHAHIH)

Sesungguhnya Allah swt memerintahkan agar taat dan memuliakan bapak (termasuk ibu) maka barangsiapa yang mengikuti perintah Allah swt maka benar – benar telah berbuat baik, memuliakan dan mengagungkan Allah swt dan oleh karena itu maka Allah swt ridha kepadanya dan barangsiapa yang tidak mengikuti perintah Allah swt maka Allah swt murka kepadanya.

Tetapi jika kedua orang tua memerintahkan sesuatu yang bertentangan dengan perintah Allah swt maka ridha Allah swt terletak pada tidak menjalankan perintah orang tua tersebut.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 4456., Faidhul Qadhiir 4456., Tirmidzi 1899.