Laman

Jumat, 19 November 2021

Bab Doa Sebelum dan Sesudah Wudhu

  1. Hadits 09895 [ Menyebut Nama Allah swt ketika wudhu ] SHAHIH
  2.  Hadits 08675 [ Dzikir wudhu ] DHAIF
=

1.      

٩٨٩٥ــ لَاصَلَاةَ لِمَنْ لَاوُضُوْءَ لَهُ، وَلَاوُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ عَلَيْهِ (حم د ه ك) عن أبى هريرة (ه) عن سعيد بن زيد (صح) ـ

          9895- Tiada shalat bagi orang yang tidak punya wudhu, dan tiada wudhu bagi orang yang tidak menyebut Nama Allah atas (wudhunya). (HR. Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Haakim dari Abu Hurairah. Riwayat Ibnu Majah dari Sa`id bin Zaid. SHAHIH)

          Tidak sempurna wudhu seseorang yang tidak di dahului dengan membaca basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ) atau bismillah (بِسْمِ اللهِ). Membaca Asma Allah pada permulaan wudhu mustahab menurut ulama syai`iyyah dan hanafiyyah dan wajib menurut Imam Ahmad berdasarkan makna zhahir hadits ini.[1]

          Doa sebelum wudhu membaca basmalah (بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ) atau cukup  bismillah (بِسْمِ اللهِ) berdasarkan hadits diatas, sedangkan doa sesudah wudhu membaca (أَشْهَدُ أَنْ لا إلٰه اِلاّ اللهُ وحده لا شريك له، وأشهد أنَّ محمدًا عبدُه ورسولُه . اللهم اجعلني من التوابين، واجعلني من المتطهِّرينَ) berdasarkan hadits berikut:

مَن توضَّأ فأحسَن الوُضوءَ ثمَّ قال: أشهَدُ أن لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهَدُ أنَّ مُحمَّدًا عبدُه ورسولُه، اللَّهمَّ اجعَلْني مِن التَّوَّابِينَ، واجعَلْني مِن المُتطهِّرِينَ، فُتِحَتْ له ثمانيةُ أبوابِ الجنَّةِ، يدخُلُ مِن أيِّها شاءـ

          Barangsiapa berwudhu kemudian membaguskan wudhunya lalu berdoa (أشهَدُ أن لا إلهَ إلَّا اللهُ وحدَه لا شريكَ له، وأشهَدُ أنَّ مُحمَّدًا عبدُه ورسولُه، اللَّهمَّ اجعَلْني مِن التَّوَّابِينَ، واجعَلْني مِن المُتطهِّرِينَ) Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Ya Allah, jadikanlah aku termasuk orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termasuk orang yang menyucikan diri. Maka dibukakan untuknya delapan pintu surga, ia bisa masuk dari pintu mana saja yang dia suka. (HR. Tirmidzi (55), Muslim (234), Abu Dawud (169). SHAHIH)



[1] Jaami`ush Shaghiir 9895. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 9895.

=

Kamis, 18 November 2021

Jaami`ush Shaghiir 6724 Cara menjawab tasyahud muadzin seperti Nabi SAW

  

٦٧٢٤ــ كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ يَتَشَهَّدُ قَالَ وَأَنَا وَأَنَا (د ك) عن عائشة (صح)ـ

          6724- Apabila beliau mendengar orang adzan bertasyahud maka beliau mengucapkan : “Dan aku, dan aku”. (HR. Abu Dawud dan Haakim dari Aisyah. SHAHIH)[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 6724. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6724.

Jaami`ush Shaghiir 6723 Cara menjaab adzan esuai sunnah Nabi SAW

  

٦٧٢٣ــ كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ قَالَ مِثْلَ مَا يَقُوْلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ (حم) عن أبى رافع (ح)ـ

          6723- Apabila beliau mendengar orang adzan maka beliau mengucapkan seperti apa yang diucapkan orang adzan tersebut sehingga apa bila sampai pada Hayya ‘alash shalaah, Hayya ‘alal falaah (حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ) Mari kita menunaikan sholat, Mari kita meraih kemenangan beliau mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illaa billah “ (لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ) “Tiada daya dan tiada kekuatan, selain dengan (pertolongan) Allah”. (HR. Ahmad dari Abi Abu Rai`. HASAN)[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 6723. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6723.

Rabu, 17 November 2021

Jaami`ush Shaghiir 702 Doa stelah adzan (Shalawat, Al-Wasiilah, Syafaat, dan Rahmat Allah swt)

  

٧٠٢ــ إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ فإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَليَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ؛ فإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ تعالى وَأَرْجُو أنْ أكونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ (حم م ٣) عن إبن عمر (صح)ـ

          702- Apabila kalian mendengar (suara adzan) muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bershalawatlah kalian kepadaku karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh, setelah itu kalian mohonlah al-wasiilah kepada Allah untukku, karena sesungguhnya al-wasiilah adalah suatu kedudukan di surga yang tidak patut terkecuali bagi seorang hamba dari hamba – hamba Allah swt dan aku berharap hamba tersebut adalah aku, maka barangsiapa yang meminta al-wasiilah untukku maka halal-lah (wajiblah mendapatkan) syafaat. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasaa-I, dan Tirmidzi dari Ibnu Umar. SHAHIH)

          Syafaat bisa diperoleh oleh orang shalih dan orang durhaka karena fungsi syafaat adalah menambahkan pahala kebaikan dan atau menghapuskan siksaan. Dalil ini membatalkan pendapat mu`tazilah yang mengatakan jika syafaat khusus untuk orang shalih saja.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 702. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 702.

=

Shahih Bukhari Hadits 614

مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ، حَلَّتْ له شَفَاعَتي يَومَ القِيَامَةِ.

Barangsiapa saat mendengar panggilan adzan berkata: (اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ) maka halal (wajib) baginya syafaatku. (HR. Bukhari dari Jabir bin Abdillah. SHAHIH)

Jaami`ush Shaghiir 689 Menjawab panggilan adzan

  

٦٨٩ــ إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللهَ (طب) عن كعب بن عجرة (ح)ـ

          689- Apabila kalian mendengar seruan (adzan) maka penulihah (seruan) penyeru Allah. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Ka`b bin Ujrah. SHAHIH)

          Jika muadzin mengumandangkan adzan maka jawablah dengan melakukan tiga hal berikut: pertama mendengarkan suara adzan, kedua jawablah muadzin dengan cara mengucapkan lafazh yang sama seperti yang dikumandangkan muadzin, ketiga mendatangi shalat jamaah jika tidak ada udzur.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 689. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 689.

Senin, 15 November 2021

Jaami`ush Shaghiir 868 Doa ketika pintu - pintu langit terbuka

 1.      

٨٦٨ــ إِذَا نَادَى الْمُنَادِى فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ واسْتُجِيْبَ الدُّعَاءُ (ع ك) عن أبى أسامة (صح)ـ

          868- Apabila penyeru (adzan) menyeru maka dibukalah pintu – pintu langit dan dikabulkanlah doa. (HR. Abu Ya`laa dan Hakim dari Abu Umamah. SHAHIH)

          Dibukanya pintu langit merupakan perumpamaan dari diangkatnya hijab dan dihilangkannya penghalang sehingga doa diterima Allah swt. Pintu langit tetap terbuka selama muadzin mengumandangkan adzan.

          Hadits ini aslinya memiliki lafazh yang panjang yaitu:

إذا نادَى المُنادي فُتِّحَتْ أبوابُ السَّماءِ ، واستُجيبَ الدُّعاءُ ، فمَن نزلَ بهِ كربٌ أو شِدَّةٌ فلْيتحَينِ المُنادي ، فإذا كبَّرَ كبَّرَ ، وإذا تشهَّدَ تشهَّدَ ، وإذا قال : ( حيَّ على الصَّلاةِ ) قال : ( حيَّ على الصَّلاةِ ) ، وإذا قال : ( حيَّ على الفلاحِ ) قال : ( حيَّ على الفلاحِ ) ، ثمَّ يقولُ : ( اللَّهمَّ ربَّ هذهِ الدَّعوةِ التَّامَّةِ الصَّادقةِ المُستَجابةِ المُستَجابُ لها دعوةُ الحقِّ ، وكلمةُ التَّقوَى ، أحْينا علَيها ، وأمتْنا علَيها ، وابعثْنا علَيها ، واجعلْنا مِن خيارِ أهلِها مَحْيَانَا وَمَمَاتَنَا ) . ثمَّ يسألُ اللهَ حاجتَهُ ـ[1]

=



[1] Jaami`ush Shaghiir 868. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 868.

Jaami`ush Shaghiir 1514 Doa minta kebaikan di dunia dan di akherat

  

١٥١٤ــ اللّٰهُمَّ أَصْلِحْلِى دِيْنِى الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِىْ، وَأَصْلِحْ لي دُنْيَايَ الَّتي فِيهَا معاشِي، وَأَصْلِحْ لي آخِرَتي الَّتي فِيهَا معادِي، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لي في كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ المَوْتَ رَاحَةً لي مِن كُلِّ شَرٍّ (م) عن أبى هريرة (صح)ـ

          1514- Ya Allah perbaikilah agamaku untukku yang merupakan penjaga urusanku, dan perbaikilah duniaku untukku yang di situ penghidupanku, dan perbaikilah akhiratku untukku yang di situ tempat aku kembali, dan jadikanlah hidup ini tambahan bagiku dalam segala kebaikan, dan jadikanlah kematian kebebasan bagiku dari semua keburukan. (HR. Muslim dari Abu Hurairah. SHAHIH)[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1514. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1514.

Minggu, 14 November 2021

Bab Doa Adzan (Sebelum, Ketika, dan Sesudah Adzan)

 

  1. Hadits 00868 [ Ketika adzan dikumandangkan terbukalah pintu langit ] SHAHIH
  2. Hadits 00691 [ Menjawab Adzan ] SHAHIH BUKHARI MUSLIM
  3. Hadits 00689 [ Memenuhi panggilan adzan] HASAN
  4. Hadits 00702 [ Membaca shalawat dan memintakan washilah setelah adzan dikumandangkan ] SHAHIH 
  5. Hadits 06723 [ Cara menjawab adzan sesuai sunnah ] HASAN
  6. Hadits 06724 [ Cara menjawab tasyahud muadzin seperti Nabi SAW] SHAHIH
  7. Hadits 06762
=

1.      

 

٨٦٨ــ إِذَا نَادَى الْمُنَادِى فُتِحَتْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ واسْتُجِيْبَ الدُّعَاءُ (ع ك) عن أبى أسامة (صح)ـ

          868- Apabila penyeru (adzan) menyeru maka dibukalah pintu – pintu langit dan dikabulkanlah doa. (HR. Abu Ya`laa dan Hakim dari Abu Umamah. SHAHIH)

          Dibukanya pintu langit merupakan perumpamaan dari diangkatnya hijab dan dihilangkannya penghalang sehingga doa diterima Allah swt. Pintu langit tetap terbuka selama muadzin mengumandangkan adzan.

          Hadits ini aslinya memiliki lafazh yang panjang yaitu:

إذا نادَى المُنادي فُتِّحَتْ أبوابُ السَّماءِ ، واستُجيبَ الدُّعاءُ ، فمَن نزلَ بهِ كربٌ أو شِدَّةٌ فلْيتحَينِ المُنادي ، فإذا كبَّرَ كبَّرَ ، وإذا تشهَّدَ تشهَّدَ ، وإذا قال : ( حيَّ على الصَّلاةِ ) قال : ( حيَّ على الصَّلاةِ ) ، وإذا قال : ( حيَّ على الفلاحِ ) قال : ( حيَّ على الفلاحِ ) ، ثمَّ يقولُ : ( اللَّهمَّ ربَّ هذهِ الدَّعوةِ التَّامَّةِ الصَّادقةِ المُستَجابةِ المُستَجابُ لها دعوةُ الحقِّ ، وكلمةُ التَّقوَى ، أحْينا علَيها ، وأمتْنا علَيها ، وابعثْنا علَيها ، واجعلْنا مِن خيارِ أهلِها مَحْيَانَا وَمَمَاتَنَا ) . ثمَّ يسألُ اللهَ حاجتَهُ ـ[1]

Doa Setelah Adzan

اللَّهمَّ ربَّ هذهِ الدَّعوةِ التَّامَّةِ الصَّادقةِ المُستَجابةِ المُستَجابُ لها دعوةُ الحقِّ ، وكلمةُ التَّقوَى ، أحْينا علَيها ، وأمتْنا علَيها ، وابعثْنا علَيها ، واجعلْنا مِن خيارِ أهلِها مَحْيَانَا وَمَمَاتَنَا

Apabila adzan dikumandangkan maka maka jawablah panggilan adzan tersebut dengan cara mengikuti bacaan muadzin. Setelah itu bacalah doa sesudah adzan, doa taradhi, shalawat Nabi Saw, dan berdoalah hajat apa saja yang kita inginkan.

٦٩١ــ إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ المُؤَذِّنُ (حم ق ٤) عن أبى سعيد (صح)ـ

          691- Apabila kalian mendengar panggilan azan maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkan muadzin. (HR Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaa-i dan Ibnu Majah dari Abu Sa`id. SHAHIH)

Hukum menjawab adzan adalah sunat menurut madzhab syafi`i dan wajib menurut madzhab hanafi.[2]

٦٨٩ــ إِذَا سَمِعْتُمُ النِّدَاءَ فَأَجِبْ دَاعِيَ اللهَ (طب) عن كعب بن عجرة (ح)ـ

          689- Apabila kalian mendengar seruan (adzan) maka penulihah (seruan) penyeru Allah. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Ka`b bin Ujrah. SHAHIH)

          Jika muadzin mengumandangkan adzan maka jawablah dengan melakukan tiga hal berikut: pertama mendengarkan suara adzan, kedua jawablah muadzin dengan cara mengucapkan lafazh yang sama seperti yang dikumandangkan muadzin, ketiga mendatangi shalat jamaah jika tidak ada udzur.[3]

٧٠٢ــ إِذَا سَمِعْتُمُ الْمُؤَذِّنَ فَقُوْلُوْا مِثْلَ مَا يَقُوْلُ ثُمَّ صَلُّوْا عَلَيَّ فإنَّهُ مَنْ صَلَّى عَليَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا، ثُمَّ سَلُوْا اللهَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ؛ فإنَّهَا مَنْزِلَةٌ فِي الْجَنَّةِ لا تَنْبَغِي إلَّا لِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ تعالى وَأَرْجُو أنْ أكونَ أَنَا هُوَ، فَمَنْ سَأَلَ لِيَ الْوَسِيْلَةَ حَلَّتْ عَلَيْهِ الشَّفَاعَةُ (حم م ٣) عن إبن عمر (صح)ـ

          702- Apabila kalian mendengar (suara adzan) muadzin maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya, kemudian bershalawatlah kalian kepadaku karena sesungguhnya barangsiapa yang bershalawat atasku sekali maka Allah akan bershalawat kepadanya sepuluh, setelah itu kalian mohonlah al-wasiilah kepada Allah untukku, karena sesungguhnya al-wasiilah adalah suatu kedudukan di surga yang tidak patut terkecuali bagi seorang hamba dari hamba – hamba Allah swt dan aku berharap hamba tersebut adalah aku, maka barangsiapa yang meminta al-wasiilah untukku maka halal-lah (wajiblah mendapatkan) syafaat. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Nasaa-I, dan Tirmidzi dari Ibnu Umar. SHAHIH)

          Syafaat bisa diperoleh oleh orang shalih dan orang durhaka karena fungsi syafaat adalah menambahkan pahala kebaikan dan atau menghapuskan siksaan. Dalil ini membatalkan pendapat mu`tazilah yang mengatakan jika syafaat khusus untuk orang shalih saja.[4]

          Shahih Bukhari Hadits 614

مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ، حَلَّتْ له شَفَاعَتي يَومَ القِيَامَةِ.

Barangsiapa saat mendengar panggilan adzan berkata: (اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ) maka halal (wajib) baginya syafaatku. (HR. Bukhari dari Jabir bin Abdillah. SHAHIH)

 

٦٧٢٣ــ كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ قَالَ مِثْلَ مَا يَقُوْلُ حَتَّى إِذَا بَلَغَ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَالَ لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ (حم) عن أبى رافع (ح)ـ

          6723- Apabila beliau mendengar orang adzan maka beliau mengucapkan seperti apa yang diucapkan orang adzan tersebut sehingga apa bila sampai pada Hayya ‘alash shalaah, Hayya ‘alal falaah (حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ ، حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ) Mari kita menunaikan sholat, Mari kita meraih kemenangan beliau mengucapkan “Laa haula wa laa quwwata illaa billah “ (لَاحَوْلَ وَلَاقُوَّةَ إِلَّابِاللهِ) “Tiada daya dan tiada kekuatan, selain dengan (pertolongan) Allah”. (HR. Ahmad dari Abi Abu Rai`. HASAN)[5]

٦٧٢٤ــ كَانَ إِذَا سَمِعَ الْمُؤَذِّنُ يَتَشَهَّدُ قَالَ وَأَنَا وَأَنَا (د ك) عن عائشة (صح)ـ

          6724- Apabila beliau mendengar orang adzan bertasyahud maka beliau mengucapkan : “Dan aku, dan aku”. (HR. Abu Dawud dan Haakim dari Aisyah. SHAHIH)[6]



[1] Jaami`ush Shaghiir 868. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 868.

[2] Jaami`ush Shaghiir 691. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 691.

 

[3] Jaami`ush Shaghiir 689. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 689.

[4] Jaami`ush Shaghiir 702. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 702.

[5] Jaami`ush Shaghiir 6723. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6723.

[6] Jaami`ush Shaghiir 6724. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6724.

=
=
 مَن قالَ حِينَ يَسْمَعُ النِّدَاءَ: اللَّهُمَّ رَبَّ هذِه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ، والصَّلَاةِ القَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا الوَسِيلَةَ والفَضِيلَةَ، وابْعَثْهُ مَقَامًا مَحْمُودًا الذي وعَدْتَهُ، حَلَّتْ له شَفَاعَتي يَومَ القِيَامَةِ.
الراوي : جابر بن عبدالله | المحدث : البخاري | المصدر : صحيح البخاري 
الصفحة أو الرقم : 614 | خلاصة حكم المحدث : [صحيح] | شرح الحديث
=

Jaami`ush Shaghiir 1497 Rangkuman doa Nabi SAW

  

١٤٩٧ــ اللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ ، عَاجِلِهِ وَ آجِلِهِ ، مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَ مَا لَمْ أَعْلَمْ وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ  مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَ مَا لَمْ أَعْلَمْ، اللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِمَاسَأَلَكَ بِهِ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ،  وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّمَاعَاذَ بِكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَنَبِيُّكَ، اللّٰهُمَّ إنِّي أَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَ مَا قَرَّبَ إليها مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ ، وَ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَ مَا قرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ و أَسْأَلُكَ أَنْ تَجْعَلَ كُلَّ قَضَاءٍ قَضَيْتَهُ لِى خَيْرًا (ه) عن عائشة (صح)ـ

          1497- Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada-Mu semua kebaikan, yang cepat yang lambat, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui. Dan aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan yang cepat yang lambat, yang aku ketahui dan yang tidak aku ketahui. Ya Allah sesugguhnya aku mohon kepada-Mu semua kebaikan yang pernah diminta Hamba-Mu dan Nabi-Mu, Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari semua keburukan yang Hamba-Mu dan Nabi-Mu pernah mohon perlindungan darinya, Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada surga dan sesuatu yang mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun perbuatan, dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka dan sesuatu yang mendekatkan kepadanya baik ucapan maupun perbuatan, dan aku mohon kepada-Mu agar menjadikan semua keputusan (Qadha) yang telah Engkau putuskan untukku (menjadi) kebaikan. (HR. Ibnu Majah dari Aisyah. SHAHIH)[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 1497. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1497.