Laman

Sabtu, 26 November 2022

KITAB HIKAM IBNU ATHAILLAH BAB KE-23 : Wushul, Dekat, Ilmu Hakekat, Warid dan Karomah Para Wali Allah swt

 BAB 23

1.      Hikmah Ke-212

٢١٢ـ وُصُولُكَ إِلَى اللهِ وُصُولُكَ إِلَى الْعِلْمِ بِهِ ، وَإِلاَّ فَجَلَّ رَبُّنَا أَنْ يَتَّصِلَ بِهِ شَىْءٌ ، أَوْ يَتَّصِلَ هُوَ بِشَىْءٍ

212- Sampaimu kepada Allah adalah sampaimu kepada ilmu tentang Allah, jika tidak demikian maka Maha Luhur Tuhan Kami kalau berhubungan dengan-Nya sesuatu atau berhubungan Dia dengan sesuatu.

2.      Hikmah Ke-213

٢١٣ـ قرْبُكَ مِنْهُ أَنْ تَكُوْنَ مُشَاهِدًا لِقُرْبِهِ وَإِلَّا فَمِنْ أَيْنَ أنْتَ وَوُجُوْدُ قُرْبِهِ؟

213- Dekatmu kepada Allah adalah jika kamu menyaksikan kalau Allah itu dekat, jika tidak (bermakna demikian) maka siapakah kamu (merasa) wujudmu dekat dengan-Nya.

3.      Hikmah Ke-214

٢١٤ـ اَلْحَقَائِقُ تَرِدُ فِى حَالِ التَّجَلِّى مُجْمَلَةً وَبَعْدَ الْوَعْىِ يَكُوْنُ الْبَيَانُ (فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ . ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ) (القيامة:١٨ـ١٩)ـ

            214- Ilmu hakekat yang datang dalam keadaan tajalli secara global dan setelah ada penerimaan maka akan ada penjelasan . (Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaannya itu. Kemudian sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya. (Al-Qiyamah [75] ayat 18 – 19).

4.      Hikmah Ke-215

٢١٥ـ مَتَى وَرَدَتِ الْوَارِدَاتُ الإِلَهِيَّةُ عَلَيْكَ هَدَمَتِ الْعَوَائِدَ عَلَيْكَ {إِنَّ المُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا}ـ

215- Apabila datang warid ilahiyyah kepadamu maka ia akan menghancurkan kebiasaan – kebiasaan (buruk) mu.( "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya”An-Naml [27] ayat 34.)

5.      Hikmah Ke-216

٢١٦ـ الوَارِدُ يَأْتِي مِنْ حَضْرَةِ قَهَّارٍ ، لأَجْلِ ذلِكَ لا يُصَادِمُهُ شَيْءٌ إِلاَّ دَمَغَهُ (بلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلى البَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ) ـ

216- Warid (الوَارِد) datang dari sisi Allah swt yang bersifat Al-Qahhaar (القَهَّار), oleh karena itu, tidak ada sesuatupun yang menabraknya terkecuali ia akan meluluhlantakkannya. [Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiyaa` [21] ayat 18)].

6.      Hikmah Ke-217

٢١٧ـ كَيْفَ يَحْتَجِبُ الحَقُّ بِشَيْءٍ ، وَالَّذِي يَحْتَجِبُ بِهِ هُوَ فِيهِ ظَاهِرٌ وَمَوْجُودٌ حَاضِرٌ؟

217- Bagaimana mungkin Allah terhalangi sesuatu, sedangkan pada sesuatu yang menghalangi tersebut Allah Nampak jelas (zhaahir), maujud dan haadhir?

7.      Hikmah Ke-18

٢١٨ـ لا تَيْأَسْ مِنْ قَبُولِ عَمَلٍ لا تَجِدُ فِيْهِ وُجُودَ الحُضُورِ ، فَرُبَّمَا قَبِلَ مِنَ العَمَلِ مَا لَمْ تُدْرَكْ ثَمَرَتُهُ عَاجِلاً. لا تُزَكِّيَنَّ وَارِداً لا تَعْلَمُ ثَمَرَتَهُ ، فَلَيْسَ المُرَادُ مِنَ السَّحَابَةِ الإِمْطَارَ ، وَإِنَّمَا المُرَادُ مِنْهَا وُجُودُ الأَثْمَارِ

218- Janganlah kamu berputus asa dari diterimanya amalmu yang kamu lakukan tanpa wujudnya hudhur (الحُضُورِ), sebab terkadang Allah swt menerima Amal yang tidak bisa ditemukan buahnya segera (ketika mengerjakan amal). Janganlah kamu bahagia dengan warid yang kamu tidak tahu buahnya. Bukan tujuan dari awan itu hujan, tetapi yang di harapkan dari awan adalah wujudnya buah – buahan.

8.      Hikmah Ke-219

٢١٩ـ لا تَطْلُبَنَّ بَقَاءَ الوَارِداتِ بَعْدَ أَنْ بَسَطَتْ أَنْوَارَهَا وَأَوْدَعَتْ أَسْرَارَهَا ، فَلَكَ فِي اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَيْءٍ ، وَلَيْسَ يُغْنِيكَ عَنْهُ شَيْءٌ. تَطَلُّعُكَ إِلَى بَقَاءِ غَيْرِهِ دَلِيْلٌ عَلَى عَدَمِ وِجْدَانِكَ لَهُ وَاسْتِيَحاشُك بِفِقْدَانِ مَا سِوَاهُ دَلِيلٌ عَلَى عَدَمِ وُصْلَتِكَ بِهِ

219- Janganlah kamu menuntut langgengnya warid setelah terbentang cahaya – cahayanya dan minggalkan rahasia – rahasianya, Cukuplah Allah untukmu (sehingga kamu) tidak membutuhkan segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan kebutuhanmu kepada Allah. Keinginanmu kepada kekalnya sesuatu selain Allah menunjukan kamu belum menemukan-Nya dan Kegelisanmu karena kehilangan sesuatu selain-Nya menjadi tanda kamu belum sampai kepada-Nya.

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-223 : Hakekat ilmu yang bermanfaat

 


Kitab Hikam Hikmah 223

٢٢٣ـ العِلْمُ النَّافِعُ الَّذِي يَنْبَسِطُ فِي الصَّدْرِ شُعَاعُهُ ، وَيَنْكَشِفُ بِهِ عَنِ القَلْبِ قِنَاعُهُ، خَيْرُ العِلْمِ مَا كَانَتِ الخَشْيَةُ مَعَهُ، العِلْمُ إِنْ قَارَنَتهُ الخَشْيَةُ فَلَكَ ، وَإِلاَّ فَعَلَيْكَ ـ

223- Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang cahayanya memancar di dalam dada dan bisa menyingkap tutupnya hati. Ilmu yang terbaik adalah ilmu yang melahirkan Al-Khasyyah (الخَشْيَةُ) (takut yang disertai takzim) bersama Allah. Ilmu yang diserati rasa takut (kepada Allah swt) maka bermanfaat bagimu tetapi jika tidak maka berbahaya bagimu.

            Ilmu manfaat adalah ilmu tentang Allah, sifat Allah, asma Allah, ilmu tentang cara beribadah dan adab di hadapan Allah swt. (Ghaitsul Mawhib)

Gus Baha menjelaskan bahwa ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang membuat dada menjadi lapang (enak) dan hidup bertambah konaah. Beliau berdalil dengan salah satu ayat Al-Qur`an surat Al-An'am [6] ayat 125.

Gus Baha menjelaskan Al-Khasyyah (الخَشْيَةُ) takut menurut orang – orang ahli tasawuf adalah rasa takut yang di sertai takzhim kepada Allah swt seperti membaca tasbih, dzikir, takbir, dlln.

.
فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ وَمَنْ يُرِدْ أَنْ يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ (125)

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa pada orang-orang yang tidak beriman.  (Al-An'am [6] ayat 125)

Firman Allah Swt.:

{فَمَنْ يُرِدِ اللَّهُ أَنْ يَهدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإسْلامِ}

Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. (Al-An'am: 125)
            Yaitu memudahkan jalan baginya untuk memeluk Islam, memberinya semangat, serta melancarkannya untuk memeluknya; hal ini merupakan alamat kebaikan bagi orang yang bersangkutan. 

نُورٌ يُقْذَف فِيهِ، فَيَنْشَرِحُ لَهُ وَيَنْفَسِحُ

Merupakan suatu nur yang dipancarkan ke dalam dadanya, sehingga dada orang yang bersangkutan menjadi lapang dan mau menerimanya (Tafsir Ibnu Katsir)

=

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 274.

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 24.4. Hlm.435.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 223, hlm. 262.

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 231. Hlm 151.

5.      GUS BAHA https://www.youtube.com/watch?v=9elTpm9qnHE  [58:35 - ..]

6.      GUS BAHA https://www.youtube.com/watch?v=E45pprn8Klc  [00:00 - 23:03]

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-222 : Sebagian nikmat yang paling sempurna

 


Kitab Hikam Hikmah 222

٢٢٢ـ مِنْ تمَامِ النِّعْمَةِ عَلَيْكَ أَنْ يَرْزُقَكَ مَا يَكْفِيكَ وَيَمْنَعَكَ مَا يُطْغِيكَ، لِيَقِلَّ مَا تَفْرَحُ بِهِ يَقِلُّ مَا تَحْزَنُ عَلَيْهِ، إِنْ أَرَدْتَ أَنْ لا تُعْزَلَ فَلاَ تَتَوَلَّ وِلاَيةً لا تَدُومُ لَكَ، إِنْ رَغَّبَتْكَ البِدَايَاتُ زَهَّدَتْكَ النِّهَايَاتُ، إِنْ دَعَاكَ إِلَيْهَا ظَاهِرٌ نَهَاكَ عَنْهَا بَاطِنٌ، إِنَّمَا جَعَلَهَا مَحَلاً لِلأَغْيَارِ وَمَعْدِناً لِوُجُودِ الأَكْدَارِ تَزْهِيداً لَكَ فِيهَا، عَلِمَ أَنَّكَ لا تَقْبَلُ النُّصْحَ (المجرّد) لِمُجَرَّدِ القَوْلِ ، فَذَوَّقَكَ مِنْ ذَوَاقِهَا مَا سَهَّلَ عَلَيْكَ فِرَاقَهَا ـ

            222- Sebagian dari kesempurnaan nikmat Allah swt kepadamu adalah apabila Allah memberimu rizki yang mencukupimu dan mencegahmu dari sesuatu yang membuatmu sesat (lepas kendali). Sedikitkanlah sesuatu yang bisa menyenangkanmu maka sedikit pula yang bisa membuatmu sedih. Apabila kamu berharap tidak pernah di pecat maka janganlah kamu menguasai kekuasaan yang tidak langgeng bagimu. Jika permulaan menyenangkanmu maka akhir akan membosankanmu. Jika yang zhahir menarikmu maka yang batin akan mencegahmu. Sesungguhnya Allah menjadikan dunia sebagai tempat perubahan dan jadi tempat kesumpekan hidup agar kamu jemu kepadanya. Allah itu tahu kalau kamu tidak akan menerima nasehat semata maka dia mencicipkan kepadamu suatu rasa (kejadian) yang membuatmu mudah berpisah dengannya (duniawi).

مِنْ تمَامِ النِّعْمَةِ عَلَيْكَ أَنْ يَرْزُقَكَ مَا يَكْفِيكَ وَيَمْنَعَكَ مَا يُطْغِيكَ         

Sebagian dari kesempurnaan nikmat Allah swt kepadamu adalah apabila Allah memberimu rizki yang mencukupimu dan mencegahmu dari sesuatu yang membuatmu sesat (lepas kendali).

Rizki yang cukup yang harus diperjuangkan seseorang adalah punya aset yang cukup untuk menunaikan ibadah haji dan cukup satu nisab untuk mengeluarkan zakat sehingga dengan demikian syariat haji dan syariat zakat akan terus berjalan. Kemuddian secara pribadi akan membuat seseorang tenang dan bisa muamalah dengan manusia lainnya.

            Jika fatwa juhud tidak seperti di atas maka dia akan bisa meruntuhkan syariat haji dan zakat serta tidak bisa berperan serta dalam mengembangkan syiar islam karena tidak punya aset.

            Jangan sampai dalam islam ada fatwa seseorang hanya punya rizki hari perhari, karena hal tersebut akan meruntuhkan syariat islam.

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 265.

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 24.3. Hlm.428.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 222, hlm. 259.

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 225. Hlm 148.

5.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 218. Hlm. 828. Hlm pdf 828.

6.       GUS BAHA https://www.youtube.com/watch?v=9elTpm9qnHE  [03:28 – 24:40, 24:40 – 43:38, 43:38 – 58:00]

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-221 : Yang Bisa Membuat Hati Senang dan Sedih

 


Kitab Hikam Hikmah 221

٢٢١ـ مَا تَجِدُهُ القُلُوبُ مِنَ الهُمُومِ وَالأَحْزَانِ فَلأَجْلِ مَا مُنِعَتْ مِنْ وُجُودِ العِيَانِ ـ

221- Kalau hati masih merasa risau dan sedih itu karena hati terhalang dari melihat Allah swt.

Adanya risau dan sedih pada urusan duniawiyah dan ukhrawiyah adalah karena kita melihat diri kita dan menganggap penting diri kita, inilah yang membuat kita tidak bisa melihat Allah swt dengan `ainul bashirah. Seandainya kita tidak lagi melihat kepentingan diri kita dan hanya melihat kepentingan Allah semata maka kita bisa melihat Allah swt dan hilanglah segala macam risau dan sedih. Kemudian kita akan selalu terhubung dengan Allah swt dalam kebahagiaan seperti Firman Allah swt At-Taubah [9] ayat 40. (لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا) Janganlah bersedih sesungguhnya Allah bersama kita.

Barangsiapa yang hatinya terang dengan cahaya ma`rifatullah maka tidak akan merasakan kerisauan selamanya.

Segala sesuatu yang datang dari kekasih adalah kekasih juga.

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 265.

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 24.2. Hlm.427.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 221, hlm. 259.

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 224. Hlm 148.

5.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 217. Hlm. 826. Hlm pdf 820.

6.       GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=9elTpm9qnHE [00:00 – 03:28]

=

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-220 : Hakekat Nikmat dan Azab




 Kitab Hikam Hikmah 220

٢٢٠ـ النَّعِيمُ وَإِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ إِنَّمَا هُوَ بِشُهُودِهِ وَاقْتِرَابِهِ ، وَالْعَذَابُ وَإِنْ تَنَوَّعَتْ مَظَاهِرُهُ إِنَّمَا هُوَ بِوُجُودِ حِجَابِهِ ، فَسَبَبُ الْعَذَابِ وُجُودُ الْحِجَابِ ، وَإِتْمَامُ النَّعِيمِ بِالنَّظَرِ إِلَى وَجْهِهِ الْكَرِيمِ. ـ

220- Nikmat itu walaupun bermacam – macam kelihatannya tetapi semuanya itu karena menyaksikan dan dekat Allah swt, dan azab walaupun bermacam – macam kelihatannya tetapi semuanya itu karena adanya hijab. Sebabnya azab adalah wujudnya hijab dan sempurnanya nikmat adalah sebab melihat Zat Allah Yang Mulia.

            Kenikmatan yang hakiki adalah kenikmatan yang ketika kita menikmatinya disertai musyahadah kepada Allah swt dan Hadir bersama Allah swt (مشاهدا له وحاضرا معه). Jika tidak demikian maka kenikmatan tersebut hakekatnya bukan kenikmatan melainkan azab.

            Sakitnya azab yang hakiki adalah ketika kita merakasan sakitnya azab tersebut tidak disertai musyahadah kepada Allah swt dan tidak hadir bersama Allah (مشاهدا له وحاضرا معه), jika disertai musyahadah dan hadir maka azab tersebut hakekatnya bukanlah azab melainkan nikmat.

            Kesimpulannya, kenikmatan sejati adalah menyaksikan Allah swt dan azab sejati adalah terhalang dari Allah swt. Adapun kenikmatan – kenikmatan yang tampak atau azab – azab yang tampak pada hakekatnya bukanlah azab atau nikmat. (Minahul Qudsiyyah Imam Syarqawi)

            Kenikmatan di akherat sangat banyak macamnya seperti bidadari, istana, anak – anak, pembantu, makanan, minuman, pakaian, dan lain sebagainya. Begitu pula azab sangat banyak macamnya seperti neraka, jahim, hamim, zaqum, ular, kalajengking, rantai, dan lainnya. Tetapi kenikmatan dan azab hakiki bukanlah karena adanya hal – hal tersebut tetapi karena adanya musyahadah dan kedekatan dengan Allah swt (مشاهدا له وحاضرا معه) bagi yang menerima nikmat dank karena terhijab dari Allah swt bagi yang menerima azab. (Ghaitsul Mawahib Ibnu Abad)

            Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 264..

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 24.1. Hlm.425.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 220, hlm. 258.

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 223. Hlm 147.

5.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 216. Hlm. 820. Hlm pdf 814.

6.       GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=2EZdgRZIFLY  [47:00 - ]

=