Laman

Sabtu, 05 November 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-219 : Hanya Bersama Allah swt

 Kitab Hikam Hikmah 219

٢١٩ـ لا تَطْلُبَنَّ بَقَاءَ الوَارِداتِ بَعْدَ أَنْ بَسَطَتْ أَنْوَارَهَا وَأَوْدَعَتْ أَسْرَارَهَا ، فَلَكَ فِي اللهِ غِنىً عَنْ كُلِّ شَيْءٍ ، وَلَيْسَ يُغْنِيكَ عَنْهُ شَيْءٌ. تَطَلُّعُكَ إِلَى بَقَاءِ غَيْرِهِ دَلِيْلٌ عَلَى عَدَمِ وِجْدَانِكَ لَهُ وَاسْتِيَحاشُك بِفِقْدَانِ مَا سِوَاهُ دَلِيلٌ عَلَى عَدَمِ وُصْلَتِكَ بِهِ

219- Janganlah kamu menuntut langgengnya warid setelah terbentang cahaya – cahayanya dan minggalkan rahasia – rahasianya, Cukuplah Allah untukmu (sehingga kamu) tidak membutuhkan segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu yang bisa menggantikan kebutuhanmu kepada Allah. Keinginanmu kepada kekalnya sesuatu selain Allah menunjukan kamu belum menemukan-Nya dan Kegelisanmu karena kehilangan sesuatu selain-Nya menjadi tanda kamu belum sampai kepada-Nya.

 

Mencari sesuatu berarti mencintai sesuatu tersebut, mencintai sesuatu berarti mengabdi kepada sesuatu tersebut, dan Allah swt tidak suka kepada hamba yang mengabdi kepada selain-Nya. Oleh karena itu janganlah kamu mencari warid, ahwal, maqam, atau karomah ketika kamu mengabdi kepada Allah swt.

Ketika Allah swt telah memberikan warid ilahiyyah kepada kita, dan warid ilahiyyah tersebut telah berbuah, kemudian warid tersebut pergi dari kita maka janganlah kita mencari – carinya kembali karena kita hanya perlu Allah swt saja, tidak perlu selain-Nya, dan tidak ada yang bisa menggantikan kebutuhan kita kepada Allah swt.

Contoh buah dari warid ilahiyyah adalah hilangnya perkara  perkara buruk dari dalam hati kita dan tumbuhnya perkara – perkara baik dari dalam diri kita.

Keinginanmu kepada kekalnya sesuatu selain Allah menunjukan kamu belum menemukan-Nya (تَطَلُّعُكَ إِلَى بَقَاءِ غَيْرِهِ دَلِيْلٌ عَلَى عَدَمِ وِجْدَانِكَ لَهُ), sesuatu selain Allah swt misalnya adalah warid, ahwal, maqam, karomah, dan lainnya.

Setiap orang yang butuh kepaa selain Allah maka dia bukan arif billah (orang yang tahu Allah) (كُلُّ مَنْ يَفْتَقِرُّ لِغَيْرِ اللهِ فَلَيْسَ بِعَارِفِ اللهِ).

Seandainya seseorang di beri karomah seperti mukasyafah, bisa melihat barang ghaib, atau bisa terbang ke Makkah dalam sekejap dan sejenisnya, tiba – tiba keramat tersebut hilang maka yang harus di lakukan adalah jangan mencari kembali keramat – keramat tersebut karena walau bagaimanapun keramat cumalah keramat, yang penting kita sudah bersama Allah dan tidak ada yang bisa menggantikan kebutuhan kita kepada Allah swt. (Gus Baha)

لِكَيْ لَا تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلا تَفْرَحُوا بِمَا آتَاكُمْ (الحديد:٢٣)ـ

(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (Al-Hadid: 23)

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 262-263.

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.8. Hlm.422-424.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 219, hlm. 257

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 221-222. Hlm 146.

5.      Terjemah A. Sunarto Hikmah 98. Hlm. 299-300.

6.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 213. Hlm. 814.

7.       Terjemah Salim B. : Hikmah 233. Hlm.165-166. pdf. 85-86

8.      Gus Baha https://www.youtube.com/watch?v=2EZdgRZIFLY  [21:16 – 47:00]

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-18 : Beribadah dengan Hudhurul Qalbi

 Kitab Hikam Hikmah 218

٢١٨ـ لا تَيْأَسْ مِنْ قَبُولِ عَمَلٍ لا تَجِدُ فِيْهِ وُجُودَ الحُضُورِ ، فَرُبَّمَا قَبِلَ مِنَ العَمَلِ مَا لَمْ تُدْرَكْ ثَمَرَتُهُ عَاجِلاً. لا تُزَكِّيَنَّ وَارِداً لا تَعْلَمُ ثَمَرَتَهُ ، فَلَيْسَ المُرَادُ مِنَ السَّحَابَةِ الإِمْطَارَ ، وَإِنَّمَا المُرَادُ مِنْهَا وُجُودُ الأَثْمَارِ

218- Janganlah kamu berputus asa dari diterimanya amalmu yang kamu lakukan tanpa wujudnya hudhur (الحُضُورِ), sebab terkadang Allah swt menerima Amal yang tidak bisa ditemukan buahnya segera (ketika mengerjakan amal). Janganlah kamu bahagia dengan warid yang kamu tidak tahu buahnya. Bukan tujuan dari awan itu hujan, tetapi yang di harapkan dari awan adalah wujudnya buah – buahan.

Amal perbuatan seseorang terkadang dilakukan dengan hudhurul qalbi, merasa nikmat ketika melakukannya, dan merasa manisnya amal, yang kesemuanya tersebut bisa menjadi salah satu tanda diterimanya amal oleh Allah swt.

Tetapi orang – orang yang tidak bisa melakukan amal dengan cara di atas tidak boleh berputus asa, karena terkadang Allah swt menerima amal yang tidak memiliki salah satu tanda seperti hal di atas.

Gus Baha mencontohkan orang yang tidak bisa hudhur atau tidak bisa merasakan manisnya ibadah dengan seorang pendosa yang kebetulan datang ke majlis zikir kemudian duduk bukan untuk zikir tetapi tetap mendapat ampunan dari Allah swt seperti yang lainnya, seperti yang diriwayatkan hadits Bukhari nomor 6408 dan Hadits muslim nomor 2689.

Ketahuilah sesungguhnya warid adalah ahwal, dan ahwal pada umumnya adalah buah dari amal.

Kamu jangan merasa senang karena telah mendapatkan warid ilahi, sebelum warid ilahi tersebut merubah hatimu menjadi baik dan berbuah amal kebaikan, yaitu takwa kepada Allah swt. Karena dalam warid seperti itu biasa jadi ada tipu daya.

Banyak orang – orang yang melakukan amal dan mendapatkan warid kemudian berbuah ahwal di dalam hati, justru malah terbujuk meninggalkan amal zahir (muamalah), padahal mereka mempunyai akal.

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 261-262.

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23. 7. Hlm.420.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 218, hlm. 257.

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 219-220. Hlm 145.

5.       Al-Buthi (الحكم العطاية شرح وتحليل) Hikmah 214. Juz 5. Hlm.12.

6.      Terjemah A. Sunarto Hikmah 97. Hlm. 297-298.

7.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 210. Hlm. 805.

8.       GUS BAHA https://www.youtube.com/watch?v=2EZdgRZIFLY [00:00-21:16] [ 219 – 223 ]

SYARAH HIKAM HIKMAH KE - 217 : Allah swt tidak terhalang sesuatu

 Kitab Hikam Hikmah 217

٢١٧ـ كَيْفَ يَحْتَجِبُ الحَقُّ بِشَيْءٍ ، وَالَّذِي يَحْتَجِبُ بِهِ هُوَ فِيهِ ظَاهِرٌ وَمَوْجُودٌ حَاضِرٌ؟

217- Bagaimana mungkin Allah terhalangi sesuatu, sedangkan pada sesuatu yang menghalangi tersebut Allah Nampak jelas (zhaahir), maujud dan haadhir?

            Setiap kita melihat sesuatu seharusnya kita tahu kalau sesuatu tersebut ada yang menciptakannya, setiap kali kita melihat mahluk seharusnya tahu ada khaliknya, yaitu Allah swt. Allah Dzat Yang zhahir dan Yang Bathin (الظاهر و الباطن). (Gus Baha)

Sesungguhnya Allah swt tidak terhalang oleh sesuatu dan tidak ada sesuatupun yang bisa menghalangi-Nya. Kalaulah Allah swt terhalang dengan sesuatu yang wujud, maka sesuatu yang wujud tersebut merupakan bagian dari Qudrat Allah swt, dan Qudrat Allah swt tidak bisa berpisah dari Dzat-Nya, karena sesungguhnya sifat tidak bisa terpisah dari mausuf. Tidaklah Nampak pada lautan jabarut terkecuali merupakan sebagian dari cahaya – cahaya-Nya dan merupakan atsar dari sifat  sifat-Nya. Maka dalam setiap sesuatu yang maujud ada nur ilahi yang hadir dan maujud. (Iiqaazhul Himam)

Ali-Imran ayat 190 -191

إِنَّ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلافِ اللَّيْلِ وَالنَّهارِ لَآياتٍ لِأُولِي الْأَلْبابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِياماً وَقُعُوداً وَعَلى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنا مَا خَلَقْتَ هَذَا باطِلاً سُبْحانَكَ فَقِنا عَذابَ النَّارِ (191) (آل عمران:١٩٠ـ١٩١)ـ

 

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali Imran ayat 190-191)

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 261

2.       Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23. 6. . Hlm.419.

3.       Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 217, hlm. 256

4.       Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 218. Hlm 145.

5.       Al-Buthi (الحكم العطاية شرح وتحليل) Hikmah 213. Juz 5. Hlm.7

6.       Terjemah Syarnubi : Hikmah 210. Hlm. 805.

7.      Terjemah Salim B. : Hikmah 230. Hlm.164. pdf. 85.

8.       Gus Baha : https://www.youtube.com/watch?v=Vj0zpLalGP4 [49:19]

Rabu, 02 November 2022

SYARAH HIKAM HIKMAH KE-216 : WARID AL-QAHHAAR

 Kitab Hikam Hikmah 216

الوَارِدُ يَأْتِي مِنْ حَضْرَةِ قَهَّارٍ ، لأَجْلِ ذلِكَ لا يُصَادِمُهُ شَيْءٌ إِلاَّ دَمَغَهُ (بلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلى البَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ)ـ

Warid (الوَارِد) datang dari sisi Allah swt yang bersifat Al-Qahhaar (القَهَّار), oleh karena itu, tidak ada sesuatupun yang menabraknya terkecuali ia akan meluluhlantakkannya. [Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiyaa` [21] ayat 18)].

Warid (الوَارِد) yang di maksud di sini adalah sesuatu yang datang dari sisi Allah swt yang punya nama Al-Qahhaar (القَهَّار) Yang Maha Memaksa, yang punya kekuatan yang sangat kuat dalam menghancurkan semua hal bathil yang ada dalam jiwa dan hati seseorang.

Al-Bathil (البَاطِل) adalah sesuatu selain Allah swt. Al-Bathil oleh pengarang diumpamakan seperti otak seekor binatang yang apabila di tumbuk kepalanya sampai hancur maka matilah binatang tersebut. Begitu juga dengan perkara bathil, ketika di tumbuk dengan al-warid maka dia akan hancur dan menghilang.

Kitab Hikam kemudian mengambil dasar atau dalil surat Al-Anbiyaa` [21] ayat 18:

بَلْ نَقْذِفُ بِالْحَقِّ عَلَى الْبَاطِلِ فَيَدْمَغُهُ فَإِذَا هُوَ زَاهِقٌ (الأنبياء:١٨)ـ

Sesungguhnya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil, lalu yang hak itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil itu lenyap. (Al-Anbiyaa` [21] ayat 18).

Dalam kitab – kitab tafsir dijelaskan bahwaa yang di maksud Al-Haq dalam ayat di atas adalah kitabullah, Al-Qur`an, iman, hujjah, mau`izhah hasanah dan penjelasan kebenaran. Sedangkan yang di maksud Al-Baathil adalah Iblis, syetan, kafir, kebodohan, maksiat dan kebohongan.

Lalu kenapa Al-Warid bisa sampai mempunya kekuatan yang sangat dasyat? Maka sebagian syarah hikam menjelaskan karena Al-Warid muncul dari sisi nama Al-Qahhaar (القَهَّار) dan dari setiap Nama Allah muncul kekuatan dari sisi-Nya, berdasarkan dalil (Al-Hijr [15] ayat 21)

وَإِن مِّن شَيْءٍ إِلَّا عِندَنَا خَزَائِنُهُ وَمَا نُنَزِّلُهُ إِلَّا بِقَدَرٍ مَّعْلُومٍ (الجر:٢١)ـ

Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kamilah khazanahnya; (Al-Hijr [15] ayat 21).

Gus Baha menjelaskan bahwa salah satu al-warid (الوَارِد) adalah bayyinah, bayyinah adalah sesuatu yang sangat jelas.

قُلْ إِنِّي عَلَىٰ بَيِّنَةٍ مِّن رَّبِّي وَكَذَّبْتُم بِهِ (الأنعام:٥٧)ـ

            Katakanlah, "Sesungguhnya aku (berada) di atas hujah yang nyata (Al-Qur'an) dari Tuhanku, sedangkan kalian mendustakannya. (Al-An-`am [6] ayat 57)

لِّيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَن بَيِّنَةٍ وَيَحْيَىٰ مَنْ حَيَّ عَن بَيِّنَةٍ (الأنفال:٤٢)ـ

Yaitu agar orang yang binasa itu binasanya dengan keterangan yang nyata dan agar orang yang hidup itu hidupnya dengan keterangan yang nyata. (Al-Anfaal [8] ayat 42)

Orang – orang yang hidupnya punya bayyinah yang meresap di dalam diri maka semua barang bathil akan pergi dalam dirinya.

Contoh bayyinah

1.      Batu itu batu, Cuma oleh orang musyrik di sebut berhala atau Tuhan.

2.      Keris itu besi biasa, Cuma kadang dianggap punya kekuatan

3.      Setiap yang hidup pasti di kasih rizki, bukan sebab ketahanan pangan dan lainnya

4.      Istri itu pasangan yang bisa mengendalian haw nafsu

5.      Anak itu penerus tauhid, bukan pewaris lainnya

6.      Berkaitan dengan santet

7.      Berkaitan dengan orang yang bisa membaca hati

Sumber

1.       Ibnu `Abad (غيث المواهب العلية) hlm. 261

2.      Ibnu `Ajibah (إيقاظ الهِمَم) Bab 23.5. hlm. 418.

3.      Syarqawi (المنح القدسية) Hikmah 216, hlm. 256.

4.      Syarnubi (شرح الحكم العطائية) Hikmah 217. hlm.144.

5.      Terjemah Syarnubi : Hikmah 209. Hlm. 802.

6.      Terjemah Salim B. : Hikmah 229. Hlm.164. pdf. 85.

7.      GUS BAHA : https://www.youtube.com/watch?v=Vj0zpLalGP4 [ 11:50 ] [Hikam 216]

8.      Guru Bahiet https://www.youtube.com/watch?v=MraD-IuowsM  [Hikmah 217] [27:13]

Minggu, 30 Oktober 2022

TERJEMAH JAAMI`USH SHAGHIIR HADITS KE-51 - 60

  

٥١ــ أَبْشِرُوْا وَ بَشِّرُوْا مَنْ وَرَاءَكُمْ، أَنَّهُ مَنْ شَهِدَ أنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهَ صَادِقًا بِهَا دَخَلَ الْجنَّةِ (حم طب) عن أبي موسى (صح)ـ

51- Bergembiralah kalian dan berilah kabar gembira orang - orang dibelakang kalian, sesungguhnya barang siapa yang bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhah selain Allah dengan kesaksian yang benar maka ia masuk surga. (HR. Ahmad dan Tabrani dalam Al-Kabri dari Abu Musa, SHAHIH)[1]

٥٢ــ أبْعَدُ النَّاسِ مِنَ الله يَوْمَ القِيَامَةِ القاضِي الَّذِي يُخالِفُ إِلَى غَيْرِ مَا أُمِرَ بِهِ (فر) عَن أبي هُرَيْرَة (ض)ـ

52- Orang yang paling jauh dari Allah pada hari kiamat adalah pembicara / pencerita yang beralih kepada sesuatu yang tidak diperintahkan kepadanya. (HR Dailami dari Abu Hurairah. DHA`IF)[2]

٥٣ــ أَبْغَضُ الْحَلالِ إِلَى أللَّهِ الطَّلَاقُ (د ه ك) عن إبن عمر (صح)ـ

            53- Perkara halal yang paling dimurkai Allah adalah Talak. (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan Hakim dari Ibnu Umar, SHAHIH)[3]

٥٤ــ أَبْغَضُ الْخَلْقِ إِلَى اللهِ مَنْ آمَنَ ثُمَّ كَفَرَ (تمام) عن معاذ (ض)ـ

54- Mahluk yang paling dibenci Allah adalah orang yang beriman kemudian kafir. HR Tamam dari Mu`adz. DHAIF)[4]

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللّهِ أَلْلأَلَدُّ الْخَصِمُ (ق حم ت ن) عن عائشة (صح)ـ

55- Laki - laki yang paling dibenci Allah adalah orang yang bengis dan suka bermusuhan. (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Tirmidzi dan Nasaa-i dari Aisyah, SHAHIH)[5]

٥٦ــ  أَبْغَضُ الْعِبَادِ إِلَى ٱللهِ مَنْ كَانَ ثَوْبَاهُ خَيْرًا مِنْ عَمَلِهِ، أَنْ تَكُوْنَ ثِيَابُهُ ثِيَابَ الْأَنْبِيَاءِ وَعَلُهُ عَمَلَ الْجَبَّارِيْنَ (عق فر) عن عائشة (ض)ـ

56- Hamba yang paling dimurkai Allah adalah orang yang kedua pakaiannya (ijar dan rida`) lebih bagus daripada amalnya. Pakaiannya seperti pakaian para Nabi tetapi perbuatannya seperti perbuatan orang takabur. (HR `Uqaili dan Dailami dari Aisyah. DHA`IF)[6]

٥٧ــ أَبْغَضُ النَّاسِ إِلى آللَّهِ ثَلَاثَةٌ٬ مُلْحِدٌ فِى الْحَرَمِ٬ وَ مُبْتَغٍ فِى الْإِسْلَامِ سُنَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ٬ وَ مُطَّلِبٌ دَمَ ٱمْرِئٍ بِغَيْرِ حَقٍّ لِيُهْرِيْقَ دَمَهُ (خ) عن إبن عباس (صح)ـ

57- Tiga kelompok manusia yang dimurkai Allah adalah : Orang yang melanggar kehormatan tanah haram, orang yang mengharapkan tradisi jahiliah dalam islam, orang yang menuntut darah orang lain tanpa hak karena ingin mengalirkan darahnya. (HR. Bukhari dari Ibnu Abbas, SHAHIH)[7]

٥٨ــ أَبْغُوْنِى آلضُّعَفَاءَ فَإِنَّمَا تُرْزَقُوْنَ وَ تُنصَرُوْنَ بِضُعَفَائِكُمْ (حم م حب ك) عن أبي الدرداء (صح)ـ

58- Carikanlah aku para dhuafa, karena sesungguhnya kalian diberi rizki dan pertolongan karena para dhuafa. (HR. Ahmad, Muslim, Ibnu Hibban dan Hakim dari Abu Dardaa, SHAHIH)[8]

٥٩ــ أَبْلِغُوْا حَاجَةَ مَنْ لَايَسْتَطِيْعُ إِبْلَاغَ حَاجَتِهِ، فَمَنْ أَبْلَغَ سُلْطَانًا حَاجَةَ مَنْ لَايَسْتَطِيْعُ إِبْلَاغَهَا ثَبَّتَ اللهُ قَدَمَيْهِ عَلَى الصِّرَاطِ يَوْمَ الْقِيامَةِ (طب) عَن أبي الدَّرْداءِ (ح)ـ

59- Sampaikanlah hajat orang yang tidak bisa menyampaikan hajatnya. Karena barang siapa yang menyampaikan kepada penguasa hajat orang yang tidak mampu menyampaikannya maka Allah SWT akan meneguhkan kedua kakinya diatas shirat pada hari kiamat. (HR Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Darda. HASAN)[9]

٦٠ــ  ابْنُوا المَساجِدَ واتَّخِذُوهَا جَمّاً (ش هق) عَن أنَسٍ (ح)ـ

60- Bangunlah masjid-masjid dan jadikanlah tanpa hiasan. (HR Ibnu Abi Syaibah dan Baihaqi dari Anas. HASAN)[10]



[1] Jaami`ush Shaghiir 51., Fathul Kabiir 74., Jam`ul Jawaami 131., Kunuuzul Haqaaiq.

[2] Jaami`ush Shaghiir 52., Fathul Kabiir 80., Jam`ul Jawaami 145., Kunuuzul Haqaaiq.

[3] Jaami`ush Shaghiir 53., Fathul Kabiir 82., Jam`ul Jawaami 146., Kunuuzul Haqaaiq 23.

[4] Jaami`ush Shaghiir 54., Fathul Kabiir 83., Jam`ul Jawaami 148., Kunuuzul Haqaaiq 24.

[5]Jaami`ush Shaghiir 55., Fathul Kabiir 84., Jam`ul Jawaami 149., Kunuuzul Haqaaiq 25.

[6] Jaami`ush Shaghiir 56., Fathul Kabiir 85., Jam`ul Jawaami 150., Kunuuzul Haqaaiq .

[7] Jaami`ush Shaghiir 57., Fathul Kabiir 86., Jam`ul Jawaami 151., Kunuuzul Haqaaiq .

[8] Jaami`ush Shaghiir 58., Fathul Kabiir 87., Jam`ul Jawaami 156., Kunuuzul Haqaaiq .

[9] Jaami`ush Shaghiir 59., Fathul Kabiir 89., Jam`ul Jawaami 161., Kunuuzul Haqaaiq .

[10] Jaami`ush Shaghiir 60., Fathul Kabiir 100., Jam`ul Jawaami 183., Kunuuzul Haqaaiq 56.

TERJEMAH JAAMI`USH SHAGHIIR HADITS KE-41 - 50

  

٤١ــ  اَبَى اللهُ أَنْ يَجْعَلَ لِلْبِلَاءِ سُلْطَانًا عَلَى بَدَنِ عَبْدِهِ الْمُؤْمِنِ (فر) عن أنس (ض) ـ

41- Allah menolak memberikan kekuasaan kepada "cobaan/bala" atas badan hambanya yang beriman. (HR Dailami dari Anas. DHA`IF)[1]

٤٢ــ اِبْتَدِرُوْا الْأَذَانَ وَلَاتَبْتَدِرُوْا الإِمَامَةَ (ش) عن يحيى بن أبي كثير مرسلا (ض)ـ

42- Berlombalah (mengumandangkan) adzan dan jangan berlomba (menjadi) imam. (HR Ibnu Abi Syaibah dari Yahya bin Abi Katsir dengan mursal. DHAIF)[2]

٤٣ــ اِبْتَغُوْا الرِفْعَةَ عِنْدَ اللهِ: تَحْلُمُ عَمَّنْ جَهِلَ عَلَيْكَ، وَتُعْطِى مَنْ حَرَمَكَ (عد) عن ابن عمر (ض)ـ

            43- Carilah kemuliaan di sisi Allah (dengan cara) memaafkan orang yang berbuat bodoh kepadamu dan memberi kepada orang yang tidak mau memberimu. (HR Ibnu Addi dari Ibnu Umar. DHAIF)[3]

٤٤ــ اِبْتَغُوْا الْخَيْرَ عِنْدَحِسَانِ الْوُجُوْهِ (قط) في الأفراد عن أبي هريرة (موضوع)ـ

44- Carilah kebaikan pada orang - orang yang berwajah cantik (manis muka). (HR. Darul Quthni dalam Al-Afraad dari Abu Hurairah. MAUDHU)[4]

٤٥ــ اَبْدِ الْمَوَدَّةَ لِمَنْ وَادَّكَ فَإِنَّهَا أَثْبَتُ (الحارث طب) عن أبي حميد الساعدي (ض)ـ

45- Tunjukanlah rasa cintamu kepada orang yang mencintaimu karena sesungguhnya hal tersebut bisa mengabadikan cinta kalian. (HR Al-Harts dan Thabrani dalam Al-Kabir dari Abu Humaid Assaa`idi. DHAIF)[5]

٤٦ــ اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ، فَتَصَدَّقْ عَليْهَا، فَاِنْ فَضُلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فإِنْ فَضُلَ شَيْئٌ عَنْ أَهْلِكَ فَلِذِىْ قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضُلَ عَنْ ذِىْ قَرابَتِكَ شيْئٌ فَهَكَذَ وَ هَكَذَا (ن) عن جابر (صح)ـ

46- Mulailah dengan diri sendiri, maka bersedekahlah untuknya. Jika masih berlebih sesuatu maka untuk keluargamu, jika masih berlebih sesuatu maka untuk sanak kerabatmu, jika masih berlebih sesuatu maka bersedekahlah untuk yang lain dan yang lainnya lagi. (HR. Nasaa-i dari Jabir, SHAHIH)[6]

٤٧ــ  إِبْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ (طب) عن حكيم بن حزام (صح)ـ

            47- Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Hakim bin Hizam, SHAHIH)[7]

٤٨ــ  اِبْدَأُوْا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ (قط) عن جابر (صح)ـ

48- Mulailah dari apa yang Allah telah memulainya. (HR. Daaraquthni dari Jabir, SHAHIH)[8]

٤٩ــ أَبْرِدُوْا بِالظُّهْرِ ، فَإِنَّ شِدَّةَ الْحَرِّ مِنْ فَيْحِ جَهَنَّمَ (خ هـ) عن أبي سعيد (حم ك) عن صفوان بن مخرمة (ن) عن أبي موسى (طب) عن ابن مسعود (عد) عن جابر (هـ) عن المغيرة بن شعبة (صح)ـ

49- (Tunggulah sampai udara agak) Dingin (dalam melaksanakan) shalat dzuhur. Karena sesunguhnya panas yang sangat itu dari hembusan neraka Jahanam. (HR. Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Sa`id. HR. Ahmad dan Haakim dari Shafwan bin Makhramah. HR. Nasaa-i dari Abu Musa. HR. Thabraani dalam Al-Kabir dari Ibnu Mas`ud HR. Ibnu Adi dari Jaabir. HR. Ibnu Maajah dari Mughirah bin Syu`bah. SHAHIH)[9]

٥٠ــ أَبْرِدُوْا بِالطّعَامِ فَإِنَّ الحَارَّ لَابَرَكَتَ فِيْهِ (فر) عن ابن عمر (ك) عن جابر وعن أسماء (مسدد) عن أبي يحيى (طس) عن أبي هريرة (حل) عن أنس (ض)ـ

50- Dinginkanlah makanan (kemudian baru kalian makan) karena sesungguhnya makanan yang panas tidak ada keberkahan di dalamnya. (HR Dailami dari Ibnu Umar, riwayat Hakim dari Jabir dan dari Asma, riwayat Musaddad dari Abu Yahya dan riwayat Abu Nu`aim dari Anas. SHAHIH)[10]



[1]Jaami`ush Shaghiir 41., Fathul Kabiir 50., Jam`ul Jawaami 83., Kunuuzul Haqaaiq .

[2] Jaami`ush Shaghiir 42., Fathul Kabiir 56., Jam`ul Jawaami 88., Kunuuzul Haqaaiq .

[3] Jaami`ush Shaghiir 43., Fathul Kabiir 58., Jam`ul Jawaami 90., Kunuuzul Haqaaiq .

[4] Jaami`ush Shaghiir 44., Fathul Kabiir 57., Jam`ul Jawaami 91., Kunuuzul Haqaaiq .

[5] Jaami`ush Shaghiir 45., Fathul Kabiir 60., Jam`ul Jawaami 93., Kunuuzul Haqaaiq .

[6] Jaami`ush Shaghiir 46., Fathul Kabiir 63., Jam`ul Jawaami 96., Kunuuzul Haqaaiq .

[7] Jaami`ush Shaghiir 47., Fathul Kabiir 62., Jam`ul Jawaami 97., Kunuuzul Haqaaiq 14.

[8] Jaami`ush Shaghiir 48., Fathul Kabiir 64., Jam`ul Jawaami 99., Kunuuzul Haqaaiq 15.

[9] Jaami`ush Shaghiir 49., Fathul Kabiir 67., Jam`ul Jawaami 105., Kunuuzul Haqaaiq 18.

[10] Jaami`ush Shaghiir 50., Fathul Kabiir 65., Jam`ul Jawaami 115., Kunuuzul Haqaaiq.