Laman

Rabu, 07 Oktober 2020

Bab Adab Dalam Berdo`a

 ADAB BERDO`A

  1. Hadits 00664 [ Menyodorkan telapak tangan ] HASAN
  2. Hadits 04705 [ Menyodorkan telapak tangan ] SHAHIH
  3. Hadits 01730 [ Mengangkat tangan ] HASAN
  4. Hadits 06686 [ Menghadapkan tapak tangan ke arah wajah ] HASAN
  5. Hadits 06716 [ Membalik tapak tangan ketika minta perlindungan ] HASAN
  6. Hadits 06685 [ Mengusap wajah] HASAN
  7. Hadits 04706 [ Mengusap wajah ] SHAHIH
  8. Hadits 00181 [ Berlutut dan pakai lafazh "Ya Rabb" dalam berdoa] SHAHIH
  9. Hadits 06684 [ Memulai doa untuk sendiri] HASAN
  10. Hadits 06689 [ Memulai doa untuk sendiri] SHAHIH
  11. Hadits 00316 [ Yakin dalam berdoa ] HASAN
  12. Hadits 00597 [Yakin dalam berdo`a ] SHAHIH 
  13. Hadits 10009 [ Doa pasti terkabul selagi tidak tergesa-gesa ] SHAHIH
  14. Hadits 00532 [ Perbanyak cita - cita sebagai doa ] SHAHIH
  15. Hadits 06303 [ Membaca shalawat ] HASAN
  16. Hadits 04266 [ Membaca shalawat ] HASAN
  17. Hadits 00491 [ Bacaan aamiin] SHAHIH
  18. Hadits 08664 [ Amin para Malaikat ] SHAHIH
  19. Hadits 00020 [ Pentingnya lafazh aamiin ] DHAIF
  20. Hadits 00598 [ MengAminkan doa sendiri ]  DHAIF
=

1.      

٦٦٤ــ إِذَا سَأَلْتُمُ اللهَ فَاسْأَلُوْهُ بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ، وَلَا تَسْأَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا (د) عن مالك بن يسَار السكونى (ه طب ك) عن إبن عباس ، وزاد وامْسَحُوا بِهَا وُجُوْهَكُمْ (ح)ـ

          664- Apabila kalian minta kepada Allah swt maka mintalah kepada-Nya dengan sebelah dalam telapak tangan kalian, dan janganlah meminta kepada-Nya dengan punggung-punggunya. (HR. Abu Daud dari Malik bin Yasar as-Sukuni. Riwayat Ibnu Majah, Thabrani dalam Al-Kabir, dan Hakim dari Ibnu Abbas, dan Ia memberi tambahan: Dan usaplah wajah-wajah kalian dengannya. HASAN)

          Asal dari syariat doa adalah menunjukan kelemahan dan kekurangan dihadapan Allah swt dan memuji-Nya, hal tersebut bisa lebih maksimal dengan cara menyodorkan telapak tangan sebagaimana dilakukan oleh orang – orang ketika meminta sesuatu kepada orang lain dan bersiap –siap menerima pemberian orang tersebut.[1]

 

٤٧٠٥ــ سَلُوْا الله بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا (طب) عن أبي بكرة (صح)ـ

          4705- Mintalah kepada Allah swt dengan bagian dalam telapak tangan kalian, dan jangan memohon-Nya dengan bagian punggungnya. (HR. Thabrani dari Abu Bakrah. SHAHIH).[2]

١٧٣٠ــ إِنَّ اللهَ تَعَالَى حَيِيٌ كَرِيْمٌ يَسْتَحْيِى إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ (حم د ت ك) عن سلمان (ح)ـ

          1730- Sesungguhnya Allah swt Pemalu, Pemurah yang malu apabila seorang laki – laki mengangkat kedua tangannya kepada-Nya akan menolaknya kosong tanpa harapan. (HR. Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan Hakim dari Salman. SHAHIH)

          Allah swt adalah Dzat Yang Maha Pemalu dan Pemurah sehingga Dia akan merasa malu jika menolak dan tidak memberi kepada seseorang yang telah meminta kepada-Nya dengan mengangkat kedua tangannya.[3]

٦٦٨٦ــ كَانَ إِذَا دَعَا جَعَلَ بَاطِنَ كَفِّهِ إِلَى وَجْهِهِ (طب) عن إبن عباس (ح)ـ

          6686- Apabila beliau berdoa, beliau menghadapkan tapak tangan kearah wajahnya. (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas. HASAN).[4]

٦٧١٦ــ كَانَ إِذَا سَأَلَ اللهَ جَعَلَ بَاطِنَ كَفَّيْهِ إِلَيْهِ، وَإِذَا اسْتَعَاذَ جَعَلَ ظَاهِرَهُمَا إِلَيْهِ (حم) عن السائب بن خلاد (ح)ـ

          6716- Apabila meminta kepada Allah swt, beliau menghadapkan bagian dalam tapak tangannya kepadanya, dan apabila memohon perlindungan, beliau menghadapkan bagian punggung kedua tapak tangan kepadanya. (HR. Ahmad ari As-Saaib bin Khalaad. HASAN).[5]

٦٦٨٥ــ كَانَ إِذَا دَعَا فَرَفَعَ يَدَيْهِ مَسَحَ وَجْهَهُ بِيَدَيْهِ (د) عن يزيد (ح)ـ

          6685- Apabila beliau berdoa, beliau mengangkat kedua tangannya, mengusap wajah dengan kedua tangannya. (HR Abu Dawud dari Yaziid. HASAN).

          Tujuan dari mengusap wajah adalah tafaulan karena tangannya penuh dengan kebaikan maka diusapkannya ke wajah sehingga keberkahannya makin merserap ke wajah dan seluruh tubuh.[6]

٤٧٠٦ــ سَلُوا اللهَ بِبُطُوْنِ أَكُفِّكُمْ وَلَا تَسْأَلُوْهُ بِظُهُوْرِهَا فَإِذَا فَرَغْتُمْ فَامْسَحُوْا بِهَا وُجُوْهَكُمْ (د هق) عن إبن عباس (صح)ـ

          4706- Mohonlah kepada Allah dengan bagian dalam telapak tangan kalian, dan janganlah kalian meminta dengan bagian punggungnya. Apabila kalian telah selesai (berdoa) maka usapkanlah tapak tangan tersebut ke wajah kalian. (HR. Abu Dawud dan Baihaqi dari Ibnu Abbas. SHAHIH).[7]

١٨١ــ أُجْثُوْا عَلَى ٱلرَّكْبِ ثُمَّ قُوْلُوا يَارَبِّ يَارَبِّ (أبو عوانة والبغوي) عن سعد (صح)ـ

          181- Berlututlah (duduklah) dan ucapkanlah (mintalah kepada Allah) "ya Rabbi ya Rabbi" (HR. Abu `Uwaanah dan Baihaqi dari Sa`d, SHAHIH)

          Salah satu adab dalam berdoa adalah dengan cara duduk diatas lutut seperti duduknya seorang hamba, kemudian menggunakan dan mengulangi lafazh Ya Rabbi , karena lafaz ini (rabb) menurut sebagian ulama adalah salah satu asma al-a`zham yang apabila meminta dengannya akan dikabulkan.[8]

٦٦٨٤ــ كَانَ إِذَا دَعَا بَدَأَ بِنَفْسِهِ (طب) عن أبي أيوب (ح)ـ

          6684- Apabila beliau berdoa, beliau memulai dengan dirinya. (HR. Thabrani dari Ayyub. HASAN).

          Salah satu sunnah dalam berdoa adalah berdoa untuk diri sendiri terlebih dahulu sebelum berdoa untuk orang lain. Hal tersebut bisa membantu seseorang lebih ikhlas dan lebih khusus dalam berdoa dan beribadah.[9]

٦٦٨٩ــ كَانَ إِذَا ذَكَرَ أَحَدًا فَدَعَا لَهُ بَدَأَ بِنَفْسِهِ (٤ ك) عن أبى (صح)ـ

          6689- Apabila beliau ingat seeseorang, kemudian berdoa untuknya, maka dia memulai dengan dirinya (sendiri). (HR. Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Hibban, dan Haakim dari Ubay. SHAHIH)[10]

٣١٦ــ أُدْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالْإِجَابَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ لَا يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لَاءٍ (ت ك)عن أبي هريرة (ح)ـ

          316- Berdoalah kalian kepada Allah seranya kalian meyakini akan dikabulkan. Dan ketahuilah oleh kalian sesungguhnya Allah tidak akan mengabulkan doa dari hati yang lalai dan main – main. (HR. Tirmidzi dan Hakim dari Abu Hurairah. HASAN)

          Salah satu adab dalam berdoa adalah yakin doanya akan dikabulkan, hatinya tidak lalai, dan tidak main – main.[11]

٥٩٧ــ إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيَعْزِمِ الْمَسْأَلَةَ، وَلَا يَقُلْ: اللّهُمَّ إِنْ شِئْتَ فَأَعْطِنِى، فَإِنَّ اللّهَ لَا مُسْتَكْرِهَ لَهُ (حم ق ن) عن أنس (صح)ـ

          597- Apabila salah satu dari kalian berdoa maka kuatkanlah permintaan, dan janganlah berkata: Ya Alah jika Engkau berkenan maka berilah aku, karena sesungguhnya Allah tidak ada yang memaksa-Nya. (HR Ahmad, Bukhari, Muslim dan Nasaa-i dari Anas. SHAHIH)

Berdoalah sungguh – sungguh dan penuh keyakinan jika Allah akan mengabulkan doa kita. Karena sesungguhnya hanya Dia-lah yang mengabulkan semua doa.[12]

١٠٠٠٩ــ يُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ يَقُوْلُ: دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِى (ق د ت ه) عن أبي هريرة (صح)ـ

          10009- (Doa) salah seorang dari kalian akan diijabah (dikabulkan) selama kalian tidak tergesa-gesa, (misalnya dengan) berkata : Aku telah berdoa tetapi tidak dikabulkan. (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)

Setiap doa pasti dikabulkan selama tidak tergesa-gesa minta dikabulkannya, salah satu contoh bentuk ketergesa-gesaan dalam minta dikabulkan adalah dengan perkataannya, aku telah berdoa tetapi Allah SWT tidak kunjung mengabulkannya. Bisa juga kata-kata tersebut tidak terucap hanya dalam batin saja atau tercermin dari prilaku. Karena perkataan tersebut menandakan tidak percaya lagi kepada Allah SWT akan mengabulkan doanya atau dia merasa lebih tahu dari Allah SWT yang telah menentukan mengakhirkan terkabulnya doa baginya adalah lebih baik.[13]

 

٥٣٢ــ إِذَا تَمَنَّى أَحَدُكُمْ فَلْيُكْثِرْ فَإِنَّمَا يَسْأَلُ رَبَّهُ (طس) عن عائشة (صح)ـ

          532- Apabila salah seorang dari kaliam bercita-cita maka perbanyaklah, karena sesungguhnya ia hanya meminta kepada Tuhan-nya. (HR. Thabrani dalam Al-Ausath dari Aisyah. SHAHIH)

          Apabila seseorang punya cita-cita maka perbanyaklah cita-cita tersebut karena pada hakekaknya dia hanya meminta kepada Allah swt akan terwujudnya cita-cita tersebut. Mintalah baik perkara kecil maupun besar, perkara sedikit maupun banyak hanya kepada Allah swt semata.

٦٣٠٣ـ كُلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٌ حَتَّى يُصَلَّى عَلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم (فر) عن أنس (هب) عن على موقوفا (ض)ـ

          6303- Semua doa dihalangi sehingga dibacakan shalawat atas Nabi SAW. (HR. Dailami dari Anas dan riwayat Baihaqi dari Ali dengan mauquf. DHAIF / HASAN).

          Doa tidak akan diangkat kepada Allah swt sehingga bersama doa tersebut ada shalawat Nabi SAW. Karena shalawat merupakan wasilah diterima dan diijabahnya doa. Shalawat merupakan salah satu syarat dalam berdoa. Sedangkan doa adalah ibadah. Maka ibadah tidaklah sah jika tidak memenuhi syarat-syaratnya. Meskipun demikian Allah swt Maha Mendengar untuk menerima sebagian doa dan menolak sebagian yang lainnya.[14]

٤٢٦٦ــ الدُّعَاءُ مَحْجُوْبٌ عَنِ اللهِ، حَتَّى يُصَلِّى عَلَى مُحَمَّدٍ وَأَهْلِ بَيْتِهِ (أبو الشيخ) عن على (ح)ـ

          4266- Doa itu dihalangi dari Allah swt, sehingga bershalawat kepada Nabi saw dan ahli baitnya. (HR. Abu Syeh dari Ali. HASAN).[15]

٤٩١ــ إِذَا أَمَّنَ الْإِمَامُ أَمِّنُوْا فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنُهُ تَأْمِيْنَ الْمَلَائِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (مالك حم ق ٤) عن أبي هريرة (ق)ـ

          491- Apabila imam telah membaca “aamiin” maka bacalah “aamiin”, sesungguhnya barangsiapa yang aamiinnya bertepatan dengan aamiinnya Malaikat maka diampuni dosa-dosa yang telah lalu. (HR. Malik, Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaa-I, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. SHAHIH)

          Disunnahkan bagi ma`mum membaca amin bersamaan dengan bacaan aminnya imam. Bacaan aminnya imam bersamaan dengan bacaan aminnya MalaikatDosa-dosa yang dimaksud disini adalah dosa – dosa yang kecil.[16]

٨٦٦٤ــ مَنْ دَعَا لِأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ، قَال الْمَلَكُ المُوَكِّلُ بِهِ: آمِيْنَ وَلَكَ بِمِثْلٍ (م د) عن بي الدرداء (صح)ـ

      8664- Barangsiapa yang mendoakan saudaranya yang tidak ada dihadapannya maka Malaikat yang diserahi dia berkata: “aamiin” dan bagimu sepertinya”

          Saudara yang dimaksud disini adalah saudara dalam agama. Mitslin yang dimaksud disini adalah doa sama seperti doamu untuk saudaramu tersebut.[17]

٢٠ــ آمِيْنْ خَاتَمُ رَبِّ ٱلْعَالَمِيْنَ عَلَى لِسَانِ عِبَادِهِ الْمُؤْمِنِيْنَ (عد طب) في الدعاء عن أبي هريرة (ض)ـ

          20- "Aamiin" adalah materai (stempel/cap) Tuhan sekalian alam atas lisan hamba - hamba-Nya yang beriman. (HR Ibnu `Adi dan Thabrani dalam Al-Kabir dalam bab doa dari Abu Hurairah. Dhaif)

Lafazh aamiin ibarat materai atau stempel yang memberikan jaminan doa-doa orang beriman tidak akan sia-sia dan tidak akan ditolak.[18]

٥٩٨ــ إِذَا دَعَا أَحَدُكُمْ فَلْيُؤَمِّنْ عَلَى دُعَاءِ نَفْسِهِ (عد) عن أَبِى هريرة و بيض له الديلمي (ض)ـ

          598- Apabila salah seorang kalian berdoa maka hendaklah mengamini doanya sendiri. (HR. Ibnu Adi dari Abu Hurairah, dan ia termasuk yang dibiarkan putih (tanpa catatan sanad) oleh Dailami. DHAIF)

          Disunnahkan membaca aamiin untuk doa sendiri maupun doa orang lain karena ketika membaca aamiin maka Malaikat akan mengikutinya dan bisa menjadi salah satu sebab dikabulkannya doa.[19]



[1] Jami`ush Shaghiir 664. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 664.

[2] Jami`ush Shaghiir 4705. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4705.

[3] Jami`ush Shaghiir 1730. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 1730.

[4] Jami`ush Shaghiir 6686. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6686.

[5] Jami`ush Shaghiir 6716. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6716.

[6] Jami`ush Shaghiir 6685. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6685.

[7] Jami`ush Shaghiir 4706. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4706.

[8] Jami`ush Shaghiir 181. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 181.

[9] Jami`ush Shaghiir 6684. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6684.

[10] Jami`ush Shaghiir 6689. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6689.

[11] Jami`ush Shaghiir 316. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 316.

[12] Jami`ush Shaghiir 597. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 597.

[13] Jami`ush Shaghiir 10009. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 10009.

[14] Jami`ush Shaghiir 6303. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 6303.

[15] Jami`ush Shaghiir 4266. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 4266.

[16] Jami`ush Shaghiir 491. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 491.

[17] Jami`ush Shaghiir 8664. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 8664.

[18] Jami`ush Shaghiir 20. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 20.

[19] Jami`ush Shaghiir 598. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 598.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar