Laman

Senin, 05 Maret 2018

Disfungsiereksi VS Madu


Disfungsiereksi VS Madu
Impotensi adalah ketidakmampuan untuk memulai dan mempertahankan ereksi. Penyebabnya bisa bermacam-macam seperti kelainan pembuluh darah, kelainan persyarafan, kelainan pada penis, obat-obatan kimia, dan masalah psikologis.

Kita sama-sama tahu bahwa agar penis bisa berdiri tegak membutuhkan pasokan darah yang cukup dan juga kadar hormon seksual yang cukup pula. Kekurangan keduanya bisa mengakibatkan impotensi.

Banyak cara memang untuk mencegah dan mengobati impotensi, diantaranya adalah dengan mengkonsumsi madu secara rutin. Hal tersebut dimungkinkan karena madu memang mengandung banyak sekali zat-zat berkhasiat yang bermanfaat untuk mengatasi impotensi.

Misalnya beberapa kandungan berikut : Description: trans
  1. Madu kaya akan kandungan potasium dan Vitamin B yang sangat dibutuhkan untuk proses pembentukan hormon-hormon seksual.
  2. Madu memiliki komponen kimia yang memiliki efek koligemik yakni asetilkolin. Asetilkolin berfungsi untuk melancarkan peredaran darah dan mengurangi tekanan darah.
  3. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu menyembuhkan penyakit, dan bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak.
  4. Kandungan lainnya berupa protein, zat besi, zinc dan lainnya yang sangat bermanfaat untuk menjaga dan meningkatkan fungsi organ reproduksi laki-laki.
Lengkap sudah, kandungan kandungan madu diatas membuat peredaran darah lancar, hormon normal seksual normal, syaraf-syaraf normal, dan organ reproduksi juga normal sehingga penyakit impotensi takut menghinggapi orang-orang yang rutin mengkonsumsi madu.

Para herbalis menyarankan membuat ramuan madu dengan 3 siung bawang merah yang diaduk rata diatas tungku yang tidak terlalu panas hingga membuih. Kemudian ramuan tersebut diminum satu sendok makan setiap habis makan. Lebih dasyat lagi jika ditambahkan nigella sativa / habbatussauda.

Penelitian dan pembuktian madu sebagai obat herbal impotensi misalnya dilakukan di Rumah Sakit Florenza dan juga dilakukan oleh Dr Destorm dari Universitas Bordeaux, Prancis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar