Laman

Kamis, 09 Juni 2022

Fathul Kabiir 173 : Ayam Jantan Putih

  

ـ إِتَّخِذُوْا الدِيْكَ ألْأبْيَضَ، فَإِنَّ دَارً فِيْهَا دِيْكٌ أَبْيَضُ لَا يَقْرُبُهَا شَيْطَانٌ وَ لَاسَاحِرٌ وَلَا الدُوَيْرَاتُ حَوْلَها (طس) عن أنس (ض)ـ

173- Ambilah ayam jantan putih karena sesungguhnya rumah yang ada ayam jantan putih maka tidak akan di dekati syetan dan penyihir, termasuk juga rumah - rumah disekitarnya. (HR Tabrani dalam Al-Ausath dari Anas. DHAIF)[1]

Peliharalah ayam jantan putih karena memiliki banyak manfaat seperti untuk mengusir syetan dan sihir. Manfaat tersebut juga bisa dirasakan oleh para tetangga orang yang memelihara ayam jantan putih tersebut.[2]



[1] Jaami`ush Shaghiir 101., Fathul Kabiir 173, Jam`ul Jawaami` 322., Kunuuzul Haqaaiq .

[2] Faidhul Qadiir penjelasan hadits 101.

Rabu, 08 Juni 2022

Syarah Jam`ul Jawaami` 410 : CARA ALLAH MENDAMAIKAN SESAMA ORANG BERIMAN

 


CARA ALLAH MENDAMAIKAN SESAMA ORANG BERIMAN

 

٤١٠ـ ــاتَّقُوا الله وأصْلِحُوا ذَاتَ بَيْنِكُمْ فإِنَّ الله تَعَالَى يُصْلِحُ بَيْنَ المُؤمِنِينَ يَومَ القيامَةِ (ع ك) عَن أنس (صح)ـ

          410- Bertakwalah kalian kepada Allah swt dan perbaikilah hubungan diantara kalian karena sesungguhnya Allah swt akan mendamaikan diantara orang – orang beriman kelak di hari kiamat. (HR. Abu Ya`la dan Hakim dari Anas. SHAHIH)[1]      

Sesungguhnya Allah swt mencintai perdamaian, oleh karena itu berdamailah kalian. Pada hari kiamat, Allah swt akan mendamaikan antara orang - orang beriman yang berselisih dengan cari memberi balasan yang lebih baik.

          Diriwayatkan secara marfu sebuah hadits dari Ibnu Murdawiyah dari Anas:

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ نَادَى مُنَادٍ: يَاأَهلَ التَّوْحِيد، إِنَّ اللهَ قَدْ عَفَا عَنْكُمْ، فَلْيَعفُ بَعْضُكُمْ عَنْ بَعْضٍ، وَ عَلَى اللهِ الثَّوَابُ

Apabila hari kiamat terjadi maka seorang pemanggil memanggil-manggil (membuat pengumuman): Wahai ahli tauhid, sesungguhnya Allah benar – benar telah mengampuni kalian, oleh karena itu maka kalian harus saling memaafkan, sebagian kalian memaafkan sebagian lainnya, dan Allah akan memberi balasannya.[2]

Imam Ibnu Katsir dalam Tafsir Surat Al-Anfal ayat 1 menuliskan sebuah hadits  berikut:

بَيْنا رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ جالسٌ، إذ رأَيناهُ ضحِكَ حتَّى بدَتْ ثَناياهُ، فقال له عُمَرُ رضِيَ اللهُ عنه: ما أضْحَكَك يا رسولَ اللهِ بأبي أنت وأُمِّي؟ فقال: رجُلانِ جَثَيَا مِن أُمَّتي بين يدَيْ ربِّ العزَّةِ تبارَكَ وتعالى، فقال أحدُهما: يا ربِّ، خُذْ لي مَظْلَمتي مِن أخي، قال اللهُ عَزَّ وجَلَّ: أعْطِ أخاك مَظْلَمتَه، قال: يا ربِّ، لم يَبْقَ لي مِن حَسناتِه شَيءٌ، قال اللهُ تبارَكَ وتعالى للطَّالبِ: كيف تصنَعُ بأخيك ولم يَبْقَ مِن حَسناتِه شَيءٌ؟ قال: يا ربِّ، فلْيحمِلْ عنِّي مِن أوْزارِي. قال: وفاضَتْ عَيْنا رسولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بالبُكاءِ، ثمَّ قال: إنَّ ذلك لَيومٌ عظيمٌ؛ يومٌ يَحتاجُ النَّاسُ فيه إلى أنْ يُحْمَلَ عنهم أوزارُهم. فقال اللهُ تعالى للطَّالبِ: ارفَعْ بصَرَك، فانظُرْ في الجِنانِ، فرفَعَ رأْسَه، فقال: يا رَبِّ، أرى مدائنَ مِن فِضَّةٍ وقُصورًا مِن ذَهبٍ، مُكلَّلةً باللُّؤلؤِ، فيقولُ: لأيِّ نَبِيٍّ هذا؟! لأيِّ صِدِّيقٍ هذا؟! لأيِّ شَهيدٍ هذا؟! قال: هذا لمَن أعْطى الثَّمنَ، قال: يا ربِّ، ومَن يَملِكُ ذلك؟ قال: أنت تَملِكُه، قال: بماذا يا ربِّ؟ قال: تَعْفو عن أخيكَ، قال: يا ربِّ إنِّي قد عَفَوتُ عنه، قال اللهُ تعالى: خُذْ بيَدِ أخيكَ، فأدخِلْه الجنَّةَ. ثمَّ قال رسولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ عند ذلك: فاتَّقُوا اللهَ وأصْلِحوا ذاتَ بينِكم؛ فإنَّ اللهَ يُصلِحُ بين المُؤمنينَ يومَ القيامةِ. (الراوي : أنس بن مالك | المحدث : البوصيري | المصدر : إتحاف الخيرة المهرة الصفحة أو الرقم : 8/203 | خلاصة حكم المحدث : سنده ضعيف)ـ

            Suatu saat Rasulullah saw sedang duduk, tiba – tiba kami melihat beliau tertawa hingga terlihat dua gigi beliau. Kemudian Umar rdh bertanya: “Apa yang membuat engkau tertawa wahai Rasulullah, demi ayah dan ibumu?” Beliau menjawab: “Dua orang laki – laki dari umatku sedang berlutut dihadapan Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Pemberi Berkah dan Maha Tinggi, kemudian salah seorang dari keduanya berkata: “Wahai Tuhanku, ambillah kebaikan saudaraku untukku sebagai pengganti kezhalimannya kepadaku” Maka Allah swt berfirman: “Berikanlah (kebaikanmu) kepada saudaramu (sebagai pengganti kezhalimanmu kepadanya)!”  Maka laki – laki tersebut berkata: “Wahai Tuhanku, tidak ada lagi kebaikan yang masih tersisa”. Dan Allah berfirman kepada laki – laki yang menuntut (keadailan): “Apa yang akan kamu perbuat kepada saudaramu yang sudah tidak memiliki sisa kebaikan?” Maka dia menjawab:” Wahai Tuhanku, ambillah dosa-dosaku yang aku tanggung dan berikanlah kepada saudaraku tersebut (agar dia yang menanggungnya)”.  Dikatakan: Mengalirlah air mata dari kedua mata Rasulullah saw karena menangis, kemudian beliau bersabda: “Sesungguhnya hari itu adalah hari yang besar, hari dimana manusia harus menaggung dosa – dosa mereka.”

Kemudian Allah swt berfirman kepada orang yang menuntut: “Angkatlah pandanganmu, lihatlah apa yang ada di dalam surga!?” Kemudian dia menengadahkan kepalanya ke atas dan berkata:”Wahai Tuhanku, aku melihat tempat – tempat dari perak dan istana – istana dari emas yang berhiaskan mutiara”, kemudian ia melanjutkan bertanya: “Untuk Nabi siapakah semua ini?  Untuk shiddiqin siapakah ini? Untuk orang syahid siapakah ini?” Allah berfirman:”Untuk orang - orang yang bisa membelinya”  Dia bertanya lagi:”Wahai Tuhanku, siapakah yang bisa memilikinya?” Allah berfirman:”Kamu bisa memilikinya”  Dia bertanya lagi:”Dengan apa aku bisa memilikinya, Wahai Tuhanku?” Allah berfirman:”Dengan cara memaafkan saudaramu”  Dia berkata:”Wahai Tuhaku, aku benar – benar telah memaafkannya”  Allah swt berfirman:”Peganglah tangan saudaramu, masukanlah ia ke dalam surga (bersamamu)”

Setelah itu kemudian Rasululah saw bersabda: (فَاتَّقُوا اللهَ وأصْلِحوا ذاتَ بينِكم فإنَّ اللهَ يُصلِحُ بين المُؤمنينَ يومَ القيامةِ) Bertakwalah kalian kepada Allah swt dan perbaikilah hubungan diantara kalian karena sesungguhnya Allah swt akan mendamaikan diantara orang – orang beriman kelak di hari kiamat.[3] (HR. Anas bin Malik)



[1] Jaami`us Shaghiir 123., Fathul Kabiir 226., Jam`ul Jawaami` 410., Kunuuzul Haqaaiq.

[2] Faidhul Qadiir penjelasan hadits nomor 123. Imam Munawi menjelaskan ada ulama yang menshahihkan hadits ini dan ada juga yang mendhaifkannya.

[3] Tafsir Ibnu Katsir penjelasan Surat Al-Anfal ayat 1.

SYARAH JAM`UL JAWAAMI` IMAM SUYUTHI HADITS 94 - 104 : CARA BENAR MEMULAI SESUATU


 

٩٤ـ اِبْدَأْ بِأُمِّكَ وأبيكَ وأُخْتِكَ وأخِيْكَ والأَدْنَى فَالْأَدْنَى ولَا تَنْسَوِا الْجِيْرَانَ وَذَا الْحَاجَةِ (طب) عن معاذ (ض)ـ

94- Mulailah dengan ibumu, ayahmu, saudara perempuanmu, saudara laki-lakimu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat lagi, dan jangan kalian lupakan para tetangga kalian dan orang – orang yang memiliki hajat. (HR. Thabrani dari Muadz. DHAIF)[1]

Ketika kita memiliki rizki berlebih dan ingin berbagi dengan orang lain maka urutan prioritasnya bisa mengikuti apa yang disebutkan dalam hadits ini.

٩٥ـ ابدَأْ بنفسِك فتصدَّقْ عليها ثمَّ على أبوَيْكَ ثمَّ على قرابتِك ثمَّ هكذا ثمَّ هكذا (خ م حب) عن جابر (صح)ـ

95- Mulailah dengan dirimu kemudian bersedekahlah untuknya, setelah itu kemudian kedua orang tuamu, setelah itu kemudian kerabatmu, setelah itu begituh seterusnya. (HR. Bukhari, Muslim, dan Ibnu Hibban dari Jabir. SHAHIH)[2]

٩٦ـــ اِبْدَأْ بِنَفْسِكَ، فَتَصَدَّقْ عَليْهَا، فَاِنْ فَضُلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ، فإِنْ فَضُلَ شَيْئٌ عَنْ أَهْلِكَ فَلِذِىْ قَرَابَتِكَ، فَإِنْ فَضُلَ عَنْ ذِىْ قَرابَتِكَ شيْئٌ فَهَكَذَ وَ هَكَذَا (ن) عن جابر (صح)ـ

96- Mulailah dengan diri sendiri, maka bersedekahlah untuknya. Jika masih berlebih sesuatu maka untuk keluargamu, jika masih berlebih sesuatu maka untuk sanak kerabatmu, jika masih berlebih sesuatu maka bersedekahlah untuk yang lain dan yang lainnya lagi. (HR. Nasaa-i dari Jabir, SHAHIH)[3]

Ketika kita mendapatkan nikmat maka yang pertama kali harus diberi haknya adalah diri kita sendiri karena diri kitalah yan diberi nikmat dan dengan memenuhi kebutuhan diri kita maka sama artinya dengan menerima dan bersyukur atas nikmat tersebut. Kemudian istri kita, kemudian anak-anak kita, kemudian sanak kerabat kita, kemudian yang lain-lainnya.[4]

٩٧ـــ إِبْدَأْ بِمَنْ تَعُوْلُ (طب) عن حكيم بن حزام (صح)ـ

97- Mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Hakim bin Hizam, SHAHIH)[5]

Dalam memberikan infak yang pertama adalah untuk diri sendiri, kemudian istri, kemudian sanak kerabat dan seterusnya.[6]

٩٨ـ ابدأوا بالأكابر فإن البركة مع أكابرهم ـ الحكيم عن إبن عباس بسند ضعيف

                98- Kalian mulailah dari orang – orang tua (atau para pembesar) karena sesungguhnya keberkahan ada bersama mereka. (HR. Hakim dari Ibnu Abbas. DHAIF)[7]

٩٩ـــ اِبْدَأُوْا بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ (قط) عن جابر (صح)ـ

99- Mulailah dari apa yang Allah telah memulainya. (HR. Daaraquthni dari Jabir, SHAHIH)[8]

Dalam melakukan sesuatu yang berupa perbuatan atau perkataan dianjurkan memulainya seperti bagaimana Allah telah memulainya. Contohnya dalam melakukan ibadah sai mulailah dari bukit shafa seperti telah Allah SWT firmankan dalam Al-Qur`an Surat Al-Baqarah ayat 158 (إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ (البقرة:158)). Mendahulukan membasuh wajah dalam wudhu. Mendahulukan zakat fitri sebelum shalat idul fitri.[9]

١٠٠ـ ابدأوا يا اسلم فَتَنَّسموا الرياح وَاسْكُنُوا الشِّعَابَ إنَّكُمْ مُهَاجِرُوْنَ حيث كُنْتُم ـ حم طب (بإسناد حسن) ض عن سلمة بنالأكوع رضي الله عنه ـ[10]

                100- Ya Aslam, Mulailah maka angin akan bertiup dengan lembut dan diamilah tempat - tempat atau jalan - jalan diantara dua gunung karena sesungguhnya kalian dimanapun berada adalah sebagai orang yang hijrah. (HR. Ahmad dan Thabrani dalam kitab Al-Kabir (dengan isnad hasan ) dan Dhiya dari Salmah bin Al-Akwa`)[11]

          Ada sebagian orang baduy yang ikut hijrah bersama Rasulullah saw, kemudian sebagian mereka pulang lagi ke kampung halamannya. Nah mereka yang tidak mendapatkan ijin diangap keluar dari hijrah dan yang mendapatan ijin tidak dianggap keluar dari hijrah. Orang Aslam mrupakan salah satu yang mendapatkan ijin.

١٠١ـ  أَبْدَأُ بما بَدَأَ اللَّهُ به ـ عبد بن حميد م عن جابر ـ

                101- Aku memulai sebagaimana Allah swt telah memulainya. (HR. Muslim dari Jabir bin Abdillah, nomor 1218, SHAHIH)[12]

١٠٢ـ ابْدَأ بِالْأَحْمَسِيِّيْنَ على القسريِّين اللهُمَّ بَارك فى الْأَحْمَسِيِّيْنَ وَرِجَالِهِمْ ـ طب عن طارق بن شهاب ـ

                102- Mulailah dengan orang – orang ahmas, kemudian baru orang Qisri. Ya Allah berkahilah orang-orang Ahmas dan laki-laki mereka. (HR. Thabrani dalam Al-Kabir dari Thariq bin Syihab.).[13]

          Rasulullah saw memerintahkan kepada Bilal agar mendahulukan melayani rombongan orang – orang Ahmas ketika itu, baru rombongan lainnya. Hal tersebut bisa jadi karena mereka termasuk suku Quraisy

١٠٣ـ ابْدَأْنَ بِميامنها وَمَوَاضِعِ الْوُضُوْءِ مِنْهَا (حم خ م د ت ن) عن أم عطية أن النبي صلى الله عليه وسلم قال فى غسل إبنته قال فذكره (صح)ـ

                103- Kalian mulailah (dalam memandikan dan mewudhukan mayit) dengan sebelah kanan dan tempat – tempat wudhunya. (HR. Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Nasai dari Umi `Athiyyah sesungguhnya Nabi saw bersabda dalam memandikan anaknya (Zainab ). SHAHIH)[14]

١٠٤ـ ابدئي بالرجل قبل المرأة (ه ك) عن عائشة أنها كان لها غلام وجارية زوج فقالت يا رسول الله إني أريد أن أعتقها قال  فذكره ـ

                104- Mulailah dengan yang laki – laki sebelum perempuan (HR. Ibnu Majah dan Hakim dari Aisyah).[15]

Sesungguhnya Aisyah punya budak laki – laki dan perempuan yang ingin dimerdekakannya dan bertanya kepada Nabi saw. Kemudian Nabi menjawab seperti hadits diatas.


[1] Jam`ul Jawaami` 92., Fathul Kabiir nomor 61.

[2] Jam`ul Jawaami` 93.

[3] Jaami`ush Shaghiir 46., Fathul Kabiir 63., Jam`ul Jawaami 96., Kunuuzul Haqaaiq .

[4] Faidhul Qadiir penjelasan hadits nomor 46.

[5] Jaami`ush Shaghiir 47., Fathul Kabiir 62., Jam`ul Jawaami 97., Kunuuzul Haqaaiq 14.

[6] Faidhul Qadiir penjelasan hadits nomor 47.

[7] Jam`ul Jawaami` 98.

[8] Jaami`ush Shaghiir 48., Fathul Kabiir 64., Jam`ul Jawaami 99., Kunuuzul Haqaaiq 15.

[9] Faidhul Qadiir penjelasan hadits nomor 48.

[10] وفي «مسند الإمام أحمد بن حنبل»: حدثنا يحيى بن غيلان قال ثنا المفضل يعنى بن فضالة قال حدثني يحيى بن أيوب عن عبد الرحمن بن حرملة عن سعيد بن إياس بن سلمة بن الأكوع أن أباه حدثه أن سلمة قدم المدينة فلقيه بريدة بن الحصيب فقال: (ارتددت عن هجرتك يا سلمة؟!) فقال معاذ الله إني في إذن من رسول الله، صلى الله عليه وسلم: (إني سمعت رسول الله، صلى الله عليه وسلم، يقول: «ابدوا يا أسلم فتنسموا الرياح واسكنوا الشعاب!»، فقالوا: (إنا نخاف، يا رسول الله، أن يضرنا ذلك في هجرتنا!!)، قال: «أنتم مهاجرون حيث كنتم».ـ

[11] ابدوا يا أسلم فتنسموا الرياح واسكنوا الشعاب إنكم مهاجرون حيث كنتم (أحمد ، والطبرانى ، والضياء عن سلمة بن الأكوع)ـ

أخرجه أحمد (4/55 ، رقم 16601) ، والطبرانى (7/24 ، رقم 6265) قال الهيثمى (5/254) : فيه سعيد بن إياس ولم أعرفه ، وبقية رجاله ثقات . وأخرجه أيضا : ابن أبى عاصم فى الآحاد والمثانى (4/337 ، رقم 2372) ، والبخارى فى التاريخ الكبير (1/21)ـ

ومن غريب الحديث : ((ابدوا)) : اسكنوا البادية . ((فتنسموا)) : اطلبوا النسيم واستنشقوه ، ((الشعاب)) : مفردها الشعب : وهو المتسع بين جبلين ؛ وقيل : هو الطريق فى الجبل ـ

[12] Jam`ul Jawaami` 101.

[13] Jam`ul Jawaami` 102., قال ابن سعد رحمه اللَّه تعالى: قدم قيس بن غربة [ (1) ] الأحمسيّ في مائتين وخمسين رجلا من أحمس فقال لهم رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم: «من أنتم؟» فقالوا: نحن أحمس اللَّه، وكان يقال لهم ذلك في الجاهلية. فقال لهم رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم: «وأنتم اليوم للَّه» . وقال رسول اللَّه صلى اللَّه عليه وسلم، لبلال: «أعط ركب بجيلة وابدأ، بالأحمسيين» . ففعل ـ

[14] Jam`ul Jawaami 103., Bukhari 1254.

[15] Jam`ul Jawaami` 104.