Laman

Selasa, 12 Oktober 2021

Jaami`ush Shaghiir 7301 Boleh mentalqin orang hidup dan orang mati

  

٧٣٠١ــ لَقِّنُوْا مَوْتَاكُمْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ (حم م ٤) عن أبى سعيد (م ه) عن أبى هريرة (ن) عن عائشة (صح)ـ

          7301- Talqin-kanlah (ajarkanlah) orang – orang (yang menjelang) kematian Laa Ilaaha Illallah (لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ). (HR. Ahmad, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasaai, dan Ibnu Majah dari Abu Said. Riwayat Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah. Riwayat Nasaai dari Aisyah. SHAHIH)

          Ketika seorang muslim sedang menghadapi kematian maka disunnahkan membaca kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah (لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ) disampingnya agar orang yang sedang menghadapi kematian tersebut mengikutinya. Jika ia sudah mengucapkannya maka jangan suruh mengucapkannya lagi, kecuali jika dia mengucapkan kata - kata lainnya lagi maka kita tuntun lagi agar mengucapkan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah (لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ), begitu terus sehingga kalimat tauhid benar – benar bisa menjadi kalimat terakhir yang diucapkan oleh orang yang sedang menghadapi kematian.

          Talqin diperlukan agar orang yang sedang menghadapi kematian tidak melupakan kalimat tauhid atau tidak tergoda oleh syetan.

          Jika yang ditalqin adalah orang islam maka cukuplah dengan kalimat tauhid saja Laa Ilaaha Illallah (لَاإِلٰهَ إِلَّا اللهُ), tetapi jika yang ditalqin adalah orang kafir maka wajib dengan dua kalimat syahadat dengan harapan orang kafir tersebut masuk islam dan meninggal dalam keadaan muslim.

          Lalu bagaimana jika seseorang telah meninggal? Apakah perlu dibacakan talqin atau tidak? Jika yang meninggal bukan seorang nabi, kelompok ulama syafi`iyyah, dan di nisbatkan kepada Ahlussunnah wal jamaah, berpendapat boleh di talqin.

          Pendapat kedua tidak boleh di talqin, seperti pendapat Abu Hanifah yang berpegang pada dalil jika orang tersebut meninggal dalam keadaan baik maka tidak butuh talqin dan jika mati dalam keadaan buruk maka talqin tidak akan bermanfaat.[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 7301. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 7301.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar