Laman

Rabu, 29 September 2021

Jaami`ush Shaghiir 3835 Hamdalah (memuji Allah swt) adalah pokoknya syukur, tidaklah dikatakan bersyukur kepada Allah seorang hamba yang tidak memuji-Nya.

  

٣٨٣٥ــ الحَمْدُ رَأْسُ الشُّكْرِ مَاشَكَرَ اللهَ عَبْدٌ لَايَحْمَدَهُ (عب هب) عن ابن عمر (ح)ـ

          3835- Hamdalah (memuji Allah swt) adalah pokoknya syukur, tidaklah dikatakan bersyukur kepada Allah seorang hamba yang tidak memuji-Nya. (HR. Abdurrahman dan Baihaqi dari Ibnu `Amr. HASAN)

          Karena memuji bisa dilakukan dengan lisan saja, sedangkan syukur bisa dilakukan dengan lisan, hati, dan anggota badan. Dari ketiga cara bersyukur tersebut maka memuji Allah swt (misalnya dengan mengucapkan alhahdulillah) merupakan pokok atau pangkalnya syukur. Karena mengucapkan nikmat dengan lisan dan memuji (Allah swt) yang memberi kenikmatan itu lebih menampakkan nikmat dan menunjukan syiar.

Berbeda jika bersyukur menggunakan hati maka orang lain tidak bisa mengetahuinya. Jika bersyukur dengan anggota badan atau perbuatan maka bisa jadi orang lain tidak memahaminya dan salah sangka.

Oleh karena itu bersyukur dengan menggunakan lisan dan memuji Allah swt dengan menggunakan lisan menjadi pokonya syukur (رَأْسُ الشُّكْرِ).

Seseorang belumlah dikatakan bersyukur jika ia belum memuji (Allah swt) yang telah memberikan kenikmatan. Karena hakekat syukur adalah menampakan nikmat (إِظْهَارُ النِّعْمَةِ) dan hakekat kufur nikmat adalah menyembunyikan nikmat (إِخْفَاءُ النِّعْمَةِ).[1]



[1] Jaami`ush Shaghiir 3835. Faidhul Qadiir penjelasan hadits 3835.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar